Senin, 19 September 2016

PEMBENIHAN IKAN ARWANA SUPER RED (Scleropages formosus)



PEMBENIHAN IKAN ARWANA SUPER RED  (Scleropages formosus)

1.  Latar Belakang
Ikan Arwana Super Red (Scleropages formosus) merupakan ikan hias air tawar asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Eksploitasi yang berlebihan terhadap ikan ini menyebabkan ikan ini masuk dalam daftar merah satwa langka. Mengingat nilai ekonomisnya yang tinggi maka perdagangan ikan ini masih diperbolehkan asalkan merupakan generasi F3 dari penangkaran. Oleh karena itu peran budidaya sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan konservasi dan pemanfaatan Arwana Super Red. Budidaya
Pada pembenihan ikan arwana super red membutuhkan keahlian yang memadai dalam persiapan wadah, pemeliharaan induk, pemanenan larva, pemeliharaan larva dan benih, pengelolaan kualitas air dan penanganan terhadap penyakit. Dengan wadah pemeliharaan yang baik akan menghasilkan produk yang berkualitas dan menurunkan tingkat timbulnya penyakit serta kematian ikan. Selain itu, induk harus dipelihara dengan baik karena akan menentukan keberhasilan dalam pemijahan dan pengeraman larva.

2. Ciri-ciri Ikan Arwana Super Red
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan betina yang selengkapnya tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Morfologi Jantan dan Betina Ikan Arwana Super Red
Jantan
Betina
Mulut lebih lebar
Mulut lebih keceil
Pipi lebih besar
Pipi lebih kecil
Badan lebih ramping
Badan agak gemuk

3. Tahap-tahap dalam Pembenihan
3.1. Persiapan kolam
Pertama kolam dikeringkan terlebih dahulu, kemudian lumpur pada kolam tersebut dibuang dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi. Setelah itu konstruksi kolam seperti kaki lima, tanggul, kelamir inlet dan outlet yang rusak diperbaiki. Kolam yang telah dirombak diisi dengan pasir sebanyak 0,2 l/m3 untuk meningkatkan alkalinitas yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) pH air. Setelah kolam diisi air kemudian ditambahkan soda kue sebanyak 48 gram/m3 untuk meningkatkan pH, dan didiamkan selama 1 tahun untuk kolam baru dan 1 minggu untuk kolam lama. Setelah itu kolam dikeringkan kembali dan ditambahkan kapur sebanyak 96 gram/m3 dan pupuk kandang sebanyak 19,2 gram/m3 dan direndam kembali selama 2 bulan untuk kolam baru dan 1 minggu untuk kolam lama.

3.2. Penebaran Induk          
Sebelum ditebar ke kolam, induk diaklimatisasi terlebih dahulu agar tidak mengalami stres akibat kondisi lingkungan yang baru, terutama terhadap parameter suhu dan pH air. Induk yang ditebar di kolam merupakan induk yang memiliki kriteria yang baik seperti sehat, tidak cacat, dan berumur lebih dari empat tahun. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara ikan yang dibungkus dalam plastik packing dimasukkan ke kolam dalam posisi terapung selama 1-5 menit kemudian sedikit demi sedikit air dari kolam pemeliharaan dimasukkan ke dalam wadah plastik tersebut agar ikan terbiasa dengan lingkungan barunya. Selanjutnya ikan dilepas secara perlahan-lahan ke dalam kolam. Induk ditebar ke kolam dengan padat tebar 7-10 ekor/100 m2. Dalam penebaran perbandingan induk jantan dan betina yang ideal       adalah 1 : 1.

3.3. Pemeliharaan Induk
Induk Arwana Super Red dipelihara secara masal dalam satu wadah. Pemeliharaan Arwana Super Red yang dilakukan meliputi pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, dan pemeriksaan kesehatan ikan.

3.4. Pemberian Pakan Induk
Pemberian pakan dilakukan 1-2 hari sekali pada sore hari berupa kodok sawah atau udang. Metode yang digunakan untuk pemberian pakan induk merupakan gabungan dari metode retricted (jumlah pakan 1,25% dari bobot tubuh ikan) dan ad satiation (pemberian pakan sekenyangnya ikan). Jumlah pakan yang diberikan harus tepat dengan kebutuhan ikan karena pemberian pakan yang berlebih akan membuat kualitas air menurun akibat pencemaran bahan organic dan sisa pakan yang akan menjadi racun bagi ikan dan menjadi tempat berkembangbiaknya penyakit. Kekurangan jumlah pakan yang diberikan akan menyebabkan proses reproduksi terganggu atau terhenti bahkan telur yang sedang berkembang dapat diserap kembali oleh induk sebagai pengganti sumber energi.

4. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Induk
Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan induk dilakukan dengan mempertahankan pH pada kisaran 5,5 sampai 6,5 dengan cara mengganti air secara teratur sebanyak 40-60% dari total air di kolam setiap tiga sampai tujuh hari sekali atau disesuaikan dengan kualitas air kolam. Pergantian air juga bergantung pada kualitas air sungai Kapuas, jika kualitas air sungai memburuk akibat hujan lebat, surut atau kemarau panjang yang mengakibatkan pH turun dan air keruh maka pergantian air harus ditunda hingga kualitas air sungai membaik. Jika dalam waktu lama kualitas air sungai tidak membaik sedangkan kualitas air kolam telah kritis maka dilakukan pergantian air dengan menggunakan air dari penampungan.

5.  Pemeriksaan Kesehatan Induk
Kesehatan induk yang ditebar di kolam dipantau setiap hari dengan cara dilihat dari pos pemantauan atau dari tempat yang agak tinggi di dekat kolam tersebut. Jika ditemukan ikan yang terlihat sakit maka ikan tersebut harus diambil dari kolam lalu dilakukan karantina agar penyakit tidak menular pada ikan lain dan dilakukan pengobatan terhadap ikan tersebut.

6.  Pemijahan Induk
Pemijahan Arwana dilakukan secara masal yang merupakan turunan dari teknik pemijahan alami dengan cara menyatukan induk jantan dan betina pada suatu komunitas dalam sebuah kolam pemijahan dengan perbandingan satu jantan dan satu betina. Arwana merupakan ikan yang memiliki waktu pematangan telur yang cukup lama yaitu kurang lebih 8 bulan. Ikan ini juga merupakan jenis ikan mouthbreeder yang mengerami telurnya di mulut induk jantan sampai menetas dan anaknya mampu berenang dengan sempurna dan berburu makanan sendiri.

7.  Pemantauan Induk Mengeram
Pemantauan induk yang mengeram dilakukan pada malam hari dengan bantuan cahaya lampu halogen. Pada malam hari ikan Arwana cenderung untuk mengapung di permukaan dan ikan ini memiliki sifat fototaksis positif (menghampiri cahaya). Induk jantan yang mengeram dapat ditandai dari menggembungnya rahang bagian bawah. Pada umumnya panen larva dapat dilakukan 40 hari sejak induk ditemukan mengeram. Selama 40 hari tesebut ikan yang mengeram dipantau terus menerus karena ada kemungkinan ikan membuang telur yang dierami disebabkan tekanan dari ikan lain, persaingan teritorial atau insting memelihara anak yang belum berkembang.
8.   Pemanenan Larva
Panen dilakukan dengan menjaring semua ikan dalam kolam oleh minimal 6 orang. Ikan yang telah dijaring kemudian dipilih oleh kepala tambak untuk menemukan ikan yang sedang mengerami telur. Setelah ikan yang mengeram ditemukan maka telur dikeluarkan dari mulut induk oleh kepala tambak dengan cara memutar-mutarkan ikan agar ikan tersebut tenang, kemudian mulut ikan dibuka dengan sekali hentakan agar larva keluar dari mulut induk. Ikan Arwana dewasa merupakan ikan yang agresif, yaitu bila merasa terganggu akan meloncat kepermukaan. Jika sampai loncatan induk Arwana tersebut mengenai tubuh akan mengakibatkan luka yang fatal. Oleh karena itu proses pemanenan larva Arwana harus dilakukan dengan hati-hati dan konsentrasi tinggi.

9.  Persiapan Inkubator dan Akuarium
Inkubator digunakan untuk memelihara larva sampai kuning telurnya habis. Alat ini berupa akuarium berukuran 30x 30 x 20 cm yang keadaannya dikondisikan agar mirip dengan kondisi di dalam mulut induk. Dalam incubator disediakan arus buatan dengan cara memasang pipa segi empat berlubang didalam inkubator. Arus tersebut dibuat oleh pompa yang dirangkai bersama pipa. Air yang digunakan dalam inkubator berasal dari air sungai yang diendapkan karena baku mutu kualitas airnya mirip dengan kualitas air kolam. Penggunaan air olahan pada larva ditakutkan akan mengakibatkan iritasi akibat residu klorin. Untuk mencegah terjadinya perubahan kualitas air yang mendadak dalam inkubator maka air disimpan dalam akuarium besar yang kemudian inkubator diletakkan di kolam air dalam akuarium tersebut. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam persiapan inkubator adalah dengan menyiapkan dan membersihkan semua peralatan berupa akuarium besar berukuran 50 x 35 x 20 cm, inkubator , pipa yang telah dilubangi, pompa (Aquilla P950-1300 L/jam), aerasi, pemanas air (water heater) dan sistem filter. Setelah semua bahan siap, maka peralatan tersebut dirakit dengan merakit sistem filter, kemudian meletakkan pipa berlubang dalam akuarium besar. Selanjutnya inkubator diletakkan diatas pipa, lalu pompa dipasang pada pipa dalam inkubator. Setelah semua sistem terpasang maka akuarium besar diisi dengan air kolam sampai inkubator terendam 10 cm. Langkah terakhir adalah memasang aerasi dan heater. Setelah sistem diadaptasi selama satu hari maka inkubator tersebut siap digunakan untuk pemeliharaan larva.

10.  Penebaran Larva
Sebelum ditebar larva diaklimatisasi untuk mencegah stres larva akibat perubahan kualitas air yang mendadak. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan larva ke dalam plastik kemudian plastik tersebut diapungkan pada permukaan air selama kurang lebih 5 menit atau sampai embun air dalam plastic menghilang sebagai tanda suhu di akuarium sama dengan suhu di dalam plastik. Setelah itu plastik dibuka lalu air dari dalam akuarium sedikit demi sedikit dimasukkan dalam plastik dengan tujuan agar ikan tidak mengalami stres akibat perubahan sifat kimia air. Langkah terakhir adalah dengan menenggelamkan plastik dan membiarkan larva keluar dengan sendirinya dari dalam plastik.

11.  Pemeliharaan Larva dan Benih
Larva yang dipanen dari dalam mulut induk disebut juga dengan larva prematur. Larva tersebut biasanya masih sangat lemah karena belum mampu berenang bebas dan suplai nutrisinya masih bergantung pada kuning telur. Oleh karena itu larva yang dikeluarkan tersebut perlu ditempatkan pada inkubator untuk pemeliharaannya. Setelah larva mampu berenang atau kurang lebih larva berumur 18-21 hari dari panen, larva dipindahkan ke dalam akuarium hingga ukurannya mencapai 11-15 cm. Selama pemeliharaan larva dilakukan pengelolaan kualitas air dan pemberian pakan.
12.  Pengelolaan Kualitas Air Inkubator Larva
Pengelolaan kualitas air dalam inkubator dan akuarium dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan filter fisik dan pergantian air secara rutin. Pada sistem inkubator dan akuarium dilakukan pergantian air setiap hari sebanyak 30- 50% pada pagi hari. Air yang dimasukkan ke dalam inkubator adalah air sungai yang telah diendapkan dan difilter terus-menerus minimal selama 3 hari.

13. Pemberian Pakan Larva
Pemberian pakan pada larva dilakukan 4 kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00; 10.00; 13.00 dan 16.30. Larva yang mulai kehabisan kuning telur sampai dengan umur 3 minggu diberikan pakan berupa cacing beku (Chironomus sp.) dengan metode sekenyangnya (ad satiation). Untuk ikan yang sudah bias berenang sempurna diberikan pakan berupa kodok biji, jangkrik, ulat hongkong sesuai dengan bukaan mulut ikan secara ad satiation (pemberian pakan sekenyangnya).

14.  Chiping
Pemberian chip (chipping) pada ikan Arwana bertujuan untuk memberikan identitas pada ikan tersebut untuk tujuan sertifikasi karena ikan ini merupakan satwa yang dilindungi dan harus dikontrol perdagangannya. Proses chipping dilakukan pada ikan-ikan yang berukuran minimal 12 cm. Chip yang dimasukkan harus dalam keadaan steril untuk menghindari infeksi. Chip tersebut dimasukkan dengan menggunakan injektor pada sisik punggung ketiga dari kepala dibagian sebelah kanan ikan pada bagian daging paling tebal.
                            
15.  Penyakit dan Kesehatan Ikan Arwana Super Red
Penyakit merupakan permasalahan yang bersifat teknis dalam pemeliharaan arwana. Beberapa penyakit yang sering muncul dalam budidaya arwana yaitu telur rusak, kembang sisik, kutu bulat, kutu jarum, dan katarak.
-       Busuk telur atau telur rusak hanya terjadi pada larva yang masih menggendong kuning telur, disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi bakteri dan jamur maupun penurunan kualitas air saat telur berada dalam mulut induk.
·      Cara pengobatan busuk telur adalah dengan melakukan pemotongan kuning telur dan pemberian antibiotik oxytetracyclin dan sulfadiazin (5 ppm) sebelum pemotongan.
-       Kembang sisik merupakan penyakit dengan gejala terbukanya sisipan antar sisik. Penyakit ini biasanya terjadi sebagai bentuk stres akibat penurunan suhu yang mendadak.
·      Cara pengobatan selama kembang sisik ikan dipelihara dalam air yang direndam dengan tetracyclin (20 ppm) + Acriflavin® (5ppm) melalui metode long bath (perendaman jangka panjang).
-        Katarak ditandai dengan mata ikan yang terlihat seperti berkabut.
·      Cara pengobatan dengan merendam ikan dengan oxytetracyclin (20 ppm) dan                  garam (0,5 ppt) dalam  jangka waktu yang panjang.




0 komentar:

Posting Komentar