HAMA DAN
PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN NILA
1. Latar Belakang
Serangan
penyakit jarang ditemukan mewabah secara besar-besaran dalam budidaya ikan nila. Kalau pun ada, hanya berupa serangan
lokal. Namun pembudidaya tetap harus berhati-hati. Karena penyakit ikan nila
bukan tidak mungkin datang mengganggu.
Kondisi paling
rentan terhadap serangan hama dan penyakit biasanya terjadi pada fase pembenihan ikan nila, dari penetasan
hingga pendederan. Penyakit ikan nila bisa ditularkan lewat aliran air, udara
dan kontak langsung. Atau, terjadi karena kondisi lingkungan yang buruk.
Pengobatan hama
dan penyakit pada ikan cukup menyita sumber daya dan biayanya mahal. Oleh
karena itu, pencegahan harus lebih diutamakan dibanding pengobatan. Dilihat
dari segi ekonomi tindakan pencegahan lebih efesien.
2. Pencegahan
Hama dan Penyakit Ikan Nila
Pencegahan
merupakan langkah yang paling efektif untuk menekan resiko hama dan penyakit
ikan nila. Karena bila hama dan penyakit sudah menyerang, ongkos
penanggulangannya akan lebih besar.
Ada beberapa
cara yang bisa dilakukan untuk mencegah serangan hama dan penyakit ikan nila,
diantaranya:
·
Pengolahan
dasar kolam, yaitu pengeringan, pengapuran dan pemupukan. Pengeringan dilakukan
dengan menjemur dasar kolam setiap kali hendak memulai budidaya. Sinar matahari
bisa membunuh sebagian besar hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode
budidaya sebelumnya. Pengapuran dasar kolam juga membantu mematikan sebagian
penyakit.
·
Memasang
filter atau saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah sebagian hama dan
vektor pembawa penyakit masuk ke dalam kolam.
·
Lakukan
secara rutin pemberantasan hama secara mekanis (diambil atau dibunuh) dan
pemberantasan hama secara biologis (mempertahankan predator alami hama).
Apabila hama tetap membandel bisa dipertimbangkan menggunakan obat-obatan
kimia.
Gunakan bibit ikan nila unggul yang tahan terhadap penyakit. Bibit sebaiknya didapatkan dari sumber terpercaya, seperti litbang-litbang perikanan.
Gunakan bibit ikan nila unggul yang tahan terhadap penyakit. Bibit sebaiknya didapatkan dari sumber terpercaya, seperti litbang-litbang perikanan.
·
Mengurangi
kepadatan ikan agar tidak terjadi kontak antar ikan secara langsung. Dengan
jarangnya populasi, kadar oksigen terlarut dalam air kolam akan lebih banyak.
·
Berikan
pakan dengan takaran yang tepat untuk menghindari terjadinya penumpukan sisa
pakan dalam kolam. Sisa pakan akan membusuk sehingga menurunkan kualitas
lingkungan kolam dan menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit.
·
Lakukan
penanganan ikan secara hati-hati pada saat penebaran atau pemindahan antar
kolam, agar ikan tidak terluka yang memicu infeksi penyakit.
Apabila langkah
pencegahan sudah dilakukan dan hama penyakit tetap muncul, baru lakukan
pemberantasan hama dan pengobatan penyakit dengan menggunakan obat-obatan
kimia. Yang perlu diingat, pemberian bahan kimia akan mendatangkan efek samping
lain. Pengobatan penyakit bisa dilakukan dengan memberikan bahan kimia pada
kolam, merendam ikan yang sakit, mencampur obat dengan pakan, atau memberikan
obat secara langsung pada tubuh ikan.
3. Hama Ikan
Nila
Hama yang
memangsa ikan nila tidak jauh berbeda dengan hama ikan air tawar lainnya. Beberapa hama ikan nila yang paling
sering dijumpai dan mempunyai efek mematikan diantaranya:
3.1. Notonecta
Masyarakat Jawa
Barat menyebutnya bebeasan (menyerupai beras) karena terdapat bintik putih
seperti beras. Hama ini menyerang benih ikan yang masih kecil. Upaya
pencegahannya cukup sulit. Bila jumlahnya sudah terlalu banyak, hama ini bisa
diberantas dengan menyiramkan minyak tanah pada kolam. Jumlah minyak tanah yang
diperlukan 5 liter tiap 1000 m2 luas kolam. Cara ini cukup efektif menekan
populasi notonecta.
3.2. Larva
Cybister
Hama ini dikenal
dengan nama ucrit, lebih mematikan dibanding notonecta. Warnanya kehijauan dan
dapat bergerak dengan cepat. Bagian depan terdapat taring untuk menjepit
mangsa, sedangkan di bagian belakangnya terdapat sengatan. Ucrit biasanya
menyerang benih ikan.
Ucrit menyukai
lingkungan kolam yang banyak mengandung material organik. Untuk mencegahnya,
bersihkan kolam secara rutin dari gulma dan sampah organik. Bila sudah dewasa
akan bermetamorfosis menjadi kumbang yang bisa meloncat antar kolam. Bahan
kimia yang mematikan bagi ucrit, akan mematikan juga bagi benih ikan nila. Oleh
karena itu, hama ucrit hanya dianjurkan untuk diberantas secara mekanis dan
mengefektifkan pencegahan.
4. Penyakit Ikan
Nila
Ikan nila bisa
dikatakan relatif tahan terhadap penyakit. Hingga saat ini belum pernah
ditemukan wabah penyakit secara besar-besaran yang menyerang ikan nila. Tidak
seperti budidaya ikan mas, yang sering dilanda wabah.
Secara umum,
terdapat dua tipe penyakit ikan nila, yakni penyakit infeksi atau penyakit
menular, dan penyakit non-infeksi yaitu disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
buruk. Berikut ini beberapa penyakit ikan nila dari jenis penyakit infeksi yang
sering dijumpai:
·
Trichodina sp. Jenis mikroorganisme yang menjadi
parasit pada ikan air tawar maupun ikan air laut. Parasit ini biasanya
menyerang bagian luar seperti kulit, sirip dan insang. Tandanya terlihat luka
pada organ-organ yang diserang. Bisa dicegah dengan menjaga sanitasi kolam dan
memasang filter air atau bak pengendapan pada instalasi pengairan kolam.
Pengobatan bisa dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan garam
(NaCl) sebanyak 500-1000 mg/liter selama 24 jam. Atau dengan larutan formalin
sebanyak 25 mg/liter.
·
Saprolegniasis. Penyakit yang disebabkan oleh
sejenis jamur. Biasanya menyerang telur, larva dan benih ikan. Bagian tubuh
yang diserang organ-organ luar. Penampakan penyakit ini seperti benang halus
berwarna putih atau putih kecoklatan. Pengobatan dilakukan dengan merendam
telur atau ikan yang terserang dalam larutan malachite green 1 mg/liter
selama 1 jam, atau larutan formalin 200-300 mg/liter selama 1-3 jam, atau NaCl
5 gram/liter selama 15 menit.
·
Epistylis spp. Parasit ini umumnya menyerang
organ-organ bagian luar seperti kulit, insang dan sirip. Ciri-ciri ikan yang
terserang bagian insangnya berwarna merah kecoklatan, ikan sukar bernapas,
gerakan lambat, dan pertumbuhannya terhambat. Penularan penyakit terjadi karena
kontak langsung dengan ikan yang sakit. Pencegahannya dengan mengurangi padat
tebar ikan. Pengobatannya dengan merendam ikan dalam larutan formalin 200
mg/liter selama 40 menit, atau KMnO4 20 mg/liter selama 15-20 menit.
·
Bercak
merah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas.
Menyerang organ bagian dalam dan luar. Ciri-cirinya ada pendarahan pada bagian
tubuh yang terserang, sisik terkelupas, perut membusung. Bila menyerang kulit
akan terlihat borok. Ikan terlihat lemah dan sering muncul ke permukaan kolam.
Bila di bedah bagian dalamnya mengalami pendarahan pada hati, ginjal dan limpa.
Pengobatan bisa dilakukan dengan cara menyuntik, perendaman atau dengan
mencampur obat pada pakan. Obat perendaman kaliumpermanganat 10-20
mg/liter selama 30-60 menit. Penyuntikan dengan tetramysin 0,05 ml per 100 gram
bobot ikan atau kanamysin 20-40 mg/kg bobot ikan. Pencampuran pada pakan dengan
oxytetracylin 50mg/kg pakan, diberikan setiap hari selama 7-10 hari.
Sedangkan
penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan dalam budidaya ikan nila disebabkan
oleh:
·
Kualitas
air. Kualitas air yang buruk membahayakan perkembangan ikan. Oleh karena itu
kualitas air harus terus dipantau. Pastikan saluran masuk dan keluar tetap
lancar. Bila air disirkulasikan untuk beberapa kolam, penggunaan bak penyaringan
air lebih direkomendasikan. Air yang berkualitas akan membuat ikan selalu
berada dalam kondisi bugar dan sehat.
·
Pakan.
Pemberian
pakan harus tepat jenis dan takaran. Pakan yang tersisa akan mengendap di dasar
kolam, menurunkan kualitas air dan menimbulkan gas-gas berbahaya bagi ikan.
·
Keracunan.
Keracunan
pada ikan biasanya disebabkan oleh pemberian pakan yang salah, misalnya pakan
kadaluarsa. Bisa juga disebabkan oleh adanya senyawa beracun dalam kolam,
seperti H2S yang timbul dari pembusukan material organik di dasar
kolam. Atau, polutan berbahaya yang terbawa dari sumber air.
·
Penanganan
ikan.
Dalam
menangani ikan usahakan secara hari-hati. Misalnya saat penebaran atau
pemindahan kolam, jangan sampai tubuh ikan terluka karena jaring atau benda keras
lainnya. Luka pada tubuh ikan akan memicu penyakit.
·
Genetis.
Gunakan
selalu benih ikan yang baik. Penyakit juga bisa disebabkan oleh keturunan.
Misalnya, bentuk tubuh ikan yang tidak sempurna atau cacat.