Rabu, 10 Mei 2017

TRANSPORTASI BENIH IKAN



TRANSPORTASI BENIH IKAN



 

Pengangkutan (transportasi) benih ikan sangat perlu mendapat perhatian sehingga memerlukan pengetahuan tentang: kepadatan, kualitas benih, jumlah oksigen terlarut, teknik pemberian oksigen, teknik pemberian antibiotik, kualitas air (nilai pH, suhu, sifat fisik dan kimia), waktu pengiriman, jarak tempuh, dan perangkat yang dibutuhkan.
Hal ini terlebih lagi untuk pengangkutan benih jarak jauh dan dalam jumlah banyak, antara lain, kemampuan ikan dalam mengonsumsi O2 perlu dicermati. Biasanya, dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi ikan atas O2 selama pengangkutan adalah berat ikan dan suhu air.
Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, sedangkan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah.
Nilai pH, CO2, dan amoniak juga berpengaruh penting. Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.
Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering merupakan cara yang dianggap lebih efektif. Ikan yang dijual dalam keadaan hidup lebih tinggi nilainya dibandingkan ikan mati. Karena itu, penguasaan teknik pengangkutan ikan dalam keadaan hidup sangatlah penting, khususnya bagi pelaku usaha di bidang jasa pengangkutan ikan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pengangkutan benih ikan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Jenis ikan
     Hal ini disebabkan kebutuhan oksigen untuk setiap spesies ikan berbeda-beda. Misalnya antara ikan mas dan ikan lele.
2. Usia dan ukuran ikan
     Semakin besar ukuran benih ikan, semakin besar pula kebutuhan oksigennya.
3. Resistensi ikan
    Benih ikan yang diberi pakan buatan memiliki daya tahan lebih rentan dibandingkan dengan benih ikan yang diberi makanan alami.
4. Temperatur air
   Pengangkutan benih ikan harus dilakukan dalam kondisi temperatur air normal atau lebih rendah. Pengangkutan benih ikan dalam temperatur air lebih rendah akan mengurangi respirasi ikan sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air tinggi. Temperatur air yang tinggi akan mengurangi oksigen dalam air.
5. Lama waktu pengangkutan
     Semakin dekat jarak tempuh, semakin besar tingkat hidup benih ikan yang dicapai.
6. Sistem pengangkutan
   Semakin cepat dan mudah sistem pengangkutan yang digunakan, peluang mencapai keberhasilan dalam pengangkutan pun lebih besar.
7.  Wadah pengangkutan
     Wadah pengangkutan dapat berupa kantung plastik, blong/dirigen, bak (terbuat dari kaca, fiber atau logam), kreneng (terbuat dari anyaman bambu).
8. Alat (kendaraan) pengangkutan
    Alat/kendaraan pengangkutan dapat berjalan kaki, menggunakan sepeda motor, mobil, kereta api, kapal atau pesawat udara.
9.  Pengemasan
     Pengangkutan benih ikan biasa dilakukan dalam kemasan kantong plastik dengan kepadatan benih ikan berkisar 5.000-8.000 ekor untuk setiap 5-8 liter air. Sementara volume oksigen antara 15-20 liter.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih ikan adalah sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5.000-6.000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.

Teknik pengangkutan ikan hidup cukup mudah alias tidak memerlukan pengetahuan yang rumit. Ada sejumlah cara, dari yang tradisional hingga yang paling sederhana. Setiap cara tergantung media yang dipergunakan, juga jarak dan waktu tempuh ke tempat tujuan. Namun umumnya, teknik pengangkutan ikan hidup terbagi ke dalam dua, yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air.
Teknik basah terdiri dari dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka sudah lazim dilakukan, yaitu ikan diangkut dalam wadah terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Pengangkutan ikan hidup dengan sistem ini umumnya dilakukan untuk jarak tempuh pendek dan waktu yang singkat.
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5.000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup memerlukan suplai oksigen yang cukup. Dalam wadah tertutup, oksigen sangat terbatas. Karena itu, perlu diperhatikan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.
Sistem ini diterapkan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 8 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(HPO)4.H2O sebanyak 9 gram.
Pengangkutan sistem tertutup terbagi dua, yaitu (1) pengangkutan yang lamanya di bawah 8 jam dan (2) pengangkutan yang lamanya lebih dari 12 jam.
Pengangkutan benih ikan yang menempuh waktu perjalanan kurang dari 8 jam dapat dilakukan dengan dibungkus dalam kantong plastik. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik adalah sebagai berikut
a) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
b) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
c) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen = 1:2);
d)         kantong plastik lalu diikat.
e) kantong plastik dimasukkan ke dalam dus dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dus yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik dan temperaturnya tetap dipertahankan dengan kisaran 27-290C.

Kondisi terkait oksigen (O2) meskipun risiko kematian ikan cukup besar. Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Karena itu, ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar.
Penurunan aktivitas biologis ikan bisa dilakukan dengan pemingsanan. Setidaknya terdapat tiga cara pemingsanan ikan, yaitu
a. penggunaan suhu rendah,
-    penurunan suhu secara langsung, di mana ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-150C sehingga ikan pingsan seketika;
-    penurunan suhu secara bertahap, di mana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.
b. pembiusan dengan zat kimia bahan anestesi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbitol sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan.

Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat cauler pindan atau cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp., dan penyetruman dengan arus listrik.

0 komentar:

Posting Komentar