PROSES BUDIDAYA IKAN HIAS
AROWANA SUPER RED (Scleropages formosus)/SILUK
PROSES BUDIDAYA
Pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages
formosus)/siluk harus dilakukan melalui penerapan teknologi budidaya anjuran
sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)
sehingga mampu menjamin peningkatan produksi, mutu, daya saing, dan kelestarian
sumber daya ikan dan lingkungannya. Proses budidaya ikan hias arowana super red
(Scleropages formosus)/siluk meliputi pemeliharaan induk ikan, pemijahan dan
pemanenan larva, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih, dan pembesaran.
A. Pemeliharaan Induk Ikan
1. Persiapan wadah induk (kolam tanah) dilakukan
melalui pengeringan tanah dasar yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah
dasa kolam dan mendukung pertumbuhan pakan alami serta kualitas air
pemeliharaan. Pengeringan tanah dasar dilakukan paling singkat 3 (tiga) hari.
Apabila diperlukan dapat dilakukan perbaikan dinding dan pematang kolam.
2.
Pengisian air bervariasi dengan kedalaman
1-2 m.
3.
Setelah air mengendap selama paling
singkat 7 hari, kolam diisi induk ikan.
4.
Induk dengan ukuran paling pendek 40 cm
dipelihara dengan padat tebar paling banyak 20 ekor tiap wadah.
5.
Pakan diberikan dengan frekuensi 1 kali
sehari sekenyangnya (atsatiation).
6.
Pergantian air dilakukan 10 % per minggu.
7.
Persyaratan kualitas air untuk
pemeliharaan induk, sebagaimana
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan induk
NO PARAMETER
SATUAN NILAI
1. Suhu
°C
25 – 30
2. pH
-
5,5 – 7,5
3. Oksigen terlarut
mg/l
minimal 4
4. Tinggi air dalam wadah
Cm 100 –
200
5. Amoniak total (TAN)
mg/l
maksimal 1
6. Nitrit
mg/l
maksimal 0,1
7. Kesadahan (hardness)
° Dh
minimal 1
B. Pemijahan dan Pemanenan Larva
1.
Pemijahan dilakukan secara alami dan
massal dengan perbandingan 1 jantan dan 1 betina.
2.
Ikan yang memijah dicirikan dengan
rahangnya membesar (mengeram) dan tidak mau makan.
3.
Induk dapat memijah 2 kali dalam setahun.
4. Pemanenan larva dilakukan setelah induk
mengeram paling singkat 12 hari dengan cara dibuka mulutnya dengan hati-hati
untuk dapat dikeluarkan larvanya lalu dipindahkan ke akuarium larva.
C. Pemeliharaan Larva
1. Persiapan wadah larva berupa akuarium yang
telah dilengkapi dengan penutup, aerator, pemanas
air (water heater) dengan thermostat, dan pompa filtrasi.
2.
Pengisian air dengan ketinggian 10-15 cm.
3.
Larva dengan ukuran 0-2 cm dipelihara
dengan padat tebar 20-40 ekor tiap wadah.
4.
Tidak diberikan pakan tambahan karena
pakannya berasal dari kantong kuning telor yang masih melekat.
5.
Pergantian air dilakukan 10-30% per hari.
6.
Persyaratan kualitas air untuk
pemeliharaan larva, sebagaimana tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan larva
NO PARAMETER
SATUAN
NILAI
1. Suhu
°C
27 – 29
2. pH
-
5,5 – 7,5
3. Oksigen terlarut
mg/l
minimal 4
4. Tinggi air dalam wadah
cm
10 – 15
5. Amoniak total (TAN)
mg/l
maksimal 1
6. Nitrit
mg/l
maksimal 0,1
7. Kesadahan (hardness)
° Dh
minimal 1
7. Pemanenan larva dilakukan setelah waktu
pemeliharaan selama 15-45 hari atau sampai kantong kuning telor habis dan
mencapai ukuran 6 cm dengan sintasan 80-95%.
D. Pemeliharaan Benih
1. Persiapan wadah benih berupa akuarium yang
telah dilengkapi dengan penutup, aerator, pemanas air
(water heater), dan pompa filtrasi.
2.
Pengisian air dengan ketinggian 25-35 cm.
3.
Benih dengan ukuran 6 cm dipelihara
dengan padat tebar 20-30 ekor tiap wadah.
4.
Pakan diberikan 3-4 kali per hari sampai
sekenyangnya (at satiation).
5.
Pergantian air dilakukan 10-30% per hari.
6.
Persyaratan kualitas air untuk
pemeliharaan benih sebagaimana tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan benih
No.
Parameter Satuan Nilai
1. Suhu
°C 25 – 30
2. pH
-
5,5 – 7,5
3. Oksigen terlarut
mg/l
minimal 4
4. Tinggi air dalam wadah
Cm 25 – 35
5. Amoniak total (TAN)
mg/l maksimal 1
6. Nitrit
mg/l maksimal 0,1
7. Kesadahan (hardness)
° Dh minimal 1
7.
Pemanenan benih dilakukan setelah waktu pemeliharaan selama 30 - 45 hari atau
sampai mencapai ukuran 12 cm dengan sintasan 90-95%.
E. Pembesaran
1.
Proses pembesaran ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk ada
tiga tahap yaitu pembesaran tahap I (12-22 cm), pembesaran tahap II (22-32 cm)
dan pembesaran tahap III (32-42 cm).
2. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan
sebagaimana tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran
NO PARAMETER
SATUAN
NILAI
Pb1 Pb2
Pb3
1. Suhu
°C
25 – 30 25 – 30
25 – 30
2. pH
-
5,5 – 7,5
5,5 – 7,5
5,5 – 7,5
3. Oksigen terlarut
mg/l
minimal 4
minimal 4 minimal 4
4. Tinggi air dalam wadah
Cm
25 – 35 50 – 60
80 – 100
5. Amoniak total (TAN)
mg/l
maksimal 1 maksimal 1
maksimal 1
6. Nitrit
mg/l
maksimal 0,1 maksimal 0,1 maksimal 0,1
7. Kesadahan (hardness)
° Dh
minimal 1 minimal 1
minimal 1
Catatan : - Pb1 = pembesaran tahap I
- Pb2 = pembesaran tahap II
- Pb3 = pembesaran tahap III
3. Persiapan wadah untuk pembesaran berupa bak fiber atau
beton yang telah dilengkapi dengan aerator dan pompa filtrasi, yang sebelumnya dilakukan
sterilisasi dengan UV/ozon/bahan desinfektan yang direkomendasikan.
4. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran ikan hias arowana
super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi padat tebar, ukuran tebar,
sintasan, waktu pemeliharaan, dosis pakan, frekuensi pemberian pakan, ukuran
panen dan pergantian air sebagaimana tercantum
Tabel 5. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran
NO PARAMETER
SATUAN
PERSYARATAN
Pb1 Pb2
Pb3
1. Padat tebar
ekor/wadah
15 – 20 10 – 15
8 – 10
2. Ukuran tebar
cm
12
22
32
3. Sintasan
%
minimal 90 minimal 90 minimal 90
4. Waktu pemeliharaan
hari
35
60
70
5. Dosis pakan
%
at
satiation at satiation at satiation
6. Frekuensi pemberian pakan kali/hari
2
1
1
7. Ukuran panen
cm
22
32
42
8. Pergantian air
%/hari
10 – 20
10 – 20 10 – 20
PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN
Pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan pada budidaya ikan
hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk dilakukan dengan cara:
a.
Menerapkan cara budidaya ikan yang baik;
b.
Melakukan pengamatan kesehatan (visual, sampling) secara periodik setiap minggu
melalui sampling atau pengambilan contoh;
c.
Melakukan penanganan kasus penyakit
terhadap:
1)
Serangan penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi ikan sakit dalam
wadah yang steril dan air dibuang ke dalam unit pengelolaan limbah;
2)
Wabah penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi wadah dan penebaran ikan
omnivora untuk mencegah penularan ke wadah lain/kawasan; dan
3)
Wabah/kematian masal, dengan memberikan kaporit 30 ppm.
d.
Monitoring kesehatan ikan, dengan parameter kualitas air, respon pakan,
pertumbuhan ikan, dan penyakit dengan frekuensi paling sedikit sebagaimana
tercantum pada Tabel 6;
Tabel 6. Monitoring kesehatan ikan
NO PARAMETER
FREKUENSI (PALING SEDIKIT)
1. Kualitas air :
- suhu
setiap hari
- pH
setiap hari
- oksigen terlarut
setiap hari
- amoniak total
sesuai kebutuhan,
paling sedikit setiap minggu
- nitrit
sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu
- kesadahan
sesuai
kebutuhan, minimal pada awal pemeliharaan dan saat
kualitas air pada kondisi ekstrim
2. Respon pakan
setiap hari
3. Pertumbuhan ikan
awal dan akhir tahap pemeliharaan
4. Penyakit
- gejala klinis
- penyakit spesifik (parasit, disesuaikan dengan kebutuhan
(laboratorium), bakteri, virus, jamur) setiap hari (visual)
e. Apabila terjadi perubahan kualitas air yang ekstrim,
monitoring kesehatan ikan dapat dilakukan sesuai kebutuhan;
f.
Mencatat dan menyimpan data hasil
monitoring secara baik;
g. Menganalisis data hasil monitoring untuk
digunakan sebagai dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan, dan
pemberian pakan serta untuk perencanaan dalam pemeliharaan selanjutnya;
h.
Membuang sisa kotoran di akuarium secara
rutin melalui penyiponan kesaluran pembuangan;
i.
Mengendapkan limbah lumpur di kolam
sebelum dibuang ke perairan umum.
SUMBER DAYA MANUSIA
Usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages
formosus)/siluk memenuhi ketentuan:
1. memiliki sumber daya manusia antara lain manajer teknis
dan pelaksana teknis.
a. Manajer teknis memenuhi persyaratan:
1) mengetahui/menguasai penerapan cara budidaya ikan yang
baik;
2) telah mengikuti pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan
3) harus memiliki sertifikat kompetensi budidaya.
b. Pelaksana teknis memenuhi persyaratan:
1) mendapatkan pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan
2) mampu mengisi pencatatan/rekaman selama proses
pembudidayaan.
2. mampu menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN MUTU
Pembinaan dan pengendalian mutu dalam pembudidayaan ikan
hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk:
1. Pembinaan dilakukan oleh Direktur Jenderal,
gubernur, dan bupati/wali kota sesuai kewenangannya.
2. Pembinaan dilakukan kepada pembudidaya ikan
hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk melalui pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan mengenai usaha pembudidayaan ikan hias arowana
super red (Scleropages formosus)/siluk.
3. Pengendalian mutu ikan hias arowana super red
(Scleropages formosus)/siluk dilakukan melalui sertifikasi Cara Budidaya Ikan
yang Baik untuk menjamin kualitas hasil produksi budidaya ikan hias arowana
super red (Scleropages formosus)/siluk.
Pedoman umum ini merupakan panduan bagi pembudidaya ikan
dalam melakukan pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk
yang produktif, bermutu, berdaya saing, dengan tetap menjaga kelestarian sumber
daya ikan dan lingkungannya. Selain itu, pedoman umum ini juga sebagai panduan
bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan usaha
pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk.
DESKRIPSI IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCLEROPAGES
FORMOSUS)/SILUK
A. KLASIFIKASI
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Bangsa : Osteoglossiformes
Suku : Osteoglossidae
Marga : Scleropages
Spesies : Scleropages formosus
Nama Dagang : Super red
Nama umum : Siluk
B. CIRI-CIRI MORFOLOGI
1. Bentuk badan memanjang pipih kesamping, ukuran dapat
mencapai 50 cm.
2. Sisik amat besar dan keras berderet bagus seperti genting.
3. Mempunyai 2 (dua) sungut pendek dan lunak di bibir bawah.
4. Daerah penyebaran di perairan Kalimantan dan Sumatera.
5. Ikan hias asli Indonesia dari daerah Kalimantan Barat.
6. Bentuk punggung datar dan cenderung lurus dari mulut
hingga sirip punggung.
7. Sirip dorsal dan sirip dorsal dan sirip anal jauh
kebelakang mendekati sirip ekor.
8. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip anal berwarna merah.
C. KARAKTERISTIK BIOLOGI
1.
Induk jantan memelihara anaknya di dalam mulut sampai anaknya dapat berenang
mencari makan.
2.
Dapat dibudidayakan di kolam – kolam dengan kondisi air netral dan suhu sekitar
270 C.
3. Pakan berupa karnivora, ikan kecil sampai serangga dan
anak katak (percil).
4. Panjang induk total minimal 40 cm.
5. Umur induk minimal 3 tahun.
6. Bobot ukuran dewasa 3 – 4 kg.
7. Tinggi badan 15 – 20 cm.
8. Jumlah sisik gurat sisi 20 – 25.
9. Jumlah telur per kg induk 40 – 50 buah.
10. Diameter panjang telur 8 – 12 mm.
11. Diameter pendek telur 8 – 10 mm.
Sumber : Permen KP No. 12 Tahun 2015
0 komentar:
Posting Komentar