Senin, 26 September 2016

“ PEMIJAHAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)”



“ PEMIJAHAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)”

1.  Latar Belakang
Nama Lele Dumbo di Indonesia pertama kali muncul pada akhir tahun 1985. Tadinya ikan jenis lele ini dimasukkan ke Indonesia oleh sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang Perikanan sebagai ikan hias. Namun, dalam perkembangan selanjutnya entah bagaimana caranya Lele Dumbo itu muncul dan tenar sebagai ikan konsumsi. Begitu cepat populernya Lele Dumbo ini sehingga membuat pengusaha kewalahan dalam menyediakan benih-benih yang dipesan oleh para petani lele. Tidak sampai di situ saja hebatnya nama lele Dumbo ini, karena ternyata kemunculannya seakan-akan menenggelamkan nama-nama ikan budidaya lainnya. Dari satu daerah ke daerah lain nama Lele Dumbo dikenal. Dan sekarang ini Lele Dumbo sudah dikenal di seluruh Indonesia.Memang banyak segi keunggulan ikan jenis ini bila dibandingkan dengan ikan lele lokal. Siapa yang tidak angkat topi atau salut melihat pesatnya pertumbuhan lele dumbo ini. Dalam waktu yang relative singkat lele dumbo ini sudah dapat dikonsumsi. Lebih kurang dua sampai tiga bulan lele dumbo sudah dapat mencapai ukuran berat 0,5 kg. sedangkan bagi ikan lele lokal untuk mencapai ukuran seperti itu diperlukan waktu yang cukup lama yakni kurang satu tahun. Itupun kalau dipelihara dengan baik.
Sebelum kita membicarakan masalah pemeliharaannya, perlu kita ketahui secara umum tentang asal mula lele dumbo ini. Ada beberapa nama yang sempat disandang lele dumbo ini sebelum resmi memakai nama Dumbo. Begitu juga mengenai nama ilmiahnya sempat membingungkan para ahli perikanan.
Ikan Lele ini sebelum digelari sebagai lele dumbo rupanya dikenal sebagai Giant catfish alias king catfish atau bila diartikan ke dalam bahasa kita sehari-hari disebut sebagi raja/raksasa ikan lele. Mungkin karena bentuknya besar dan panjang maka orang mengasosiasikan ikan jenis baru ini dengan raksasa. Nama ini sempat tersebar di kalangan petani pada saat itu. Dari mulut kemulut tersebar begitu cepat, dan entah bagaimana tahu-tahu Menteri Penerangan melalui TVRI pada masa itu mengumumkan bahwa ikan lele ini bernama Lele Dumbo. hal ini pernah ditanyakan kepada salah satu Direktur Perusahaan yang bergerak dalam perikanan, beliau mengatakan bahwa nama Dumbo tersebut berasal dari bahasa Inggris Jumbo yang artinya besar.
Mengapa jumbo diucapkan dumbo? Ini mungkin karena lidah kita agak sulit mengucapkan kata jumbo, sehingga ketika diucapkan kedengarannya dumbo. Dan begitulah akhirnya ditulis dengan kata dumbo saja. Namun karena pada waktu itu kedengaran diucapkan seperti dumbo, yah jadilah nama ikan lele tersebut dumbo, dan itulah yang kita kenal sekarang ini.
Bagaimana sekarang nama ilmiah Lele Dumbo ini? Sama saja halnya dengan nama dumbo tadi, nama ilmiah lele dumbo ini sempat membingungkan para ahli Perikanan. Boleh dikatakan bahwa nama ilmiah yang diberikan adalah salah. Tapi karena para ahli pada waktu itu baru mulai memperbincangkannya sedangkan nama ilmiahnya sudah ada, maka nama ilmiah tersebut terus disandang/dipakai sampai sekarang ini.
Semula pada waktu Lele Dumbo ini tiba di Indonesia sedah berinisial atau bernama ilmiah Clarias fuscus. Tapi pertengahan tahun 1986, nama ilmiah tersebut diuabh menjadi Clarias gariepinus. Inilah yang membuat banyak orang bingung. Mengapa nama ilmiah dari Clarias fuscus diganti dengan Clarias gariepinus?
Menurut W.J.A.R. Viveen dkk, di Afrika ada 4 spesies atau jenis ikan lele yang dominan yakni : Clarias mossambicus, Clarias seneglensis, Clarias lazera, dan Clarias gariepinus. Sebenarnya keempat spesies ini mempunyai perbedaan tapi tidak begitu menyolok. Yang berbeda hanya daerah sebenarnya saja. Tapi oleh salah seorang ahli bernama Burchell (1992) keempat spesies ini dilebur menjadi satu species yakni Clarias gariepinus.
2.  Biologi Ikan Lele
Nama ilmiah Clarias fuscus yang tadinya diberikan pada lele dumbo ternyata dikatakan kurang tepat, karena warna maupun ukuran lele dumbo, tidak mirip dengan lele Clarias fuscus. Oleh sebab itu BBAT  menyimpulkan Lele Dumbo ini lebih tepat disebut sebagai Clarias gariepinus. Maka lengkaplah sudah, dan ikan lele jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

3. Klasifikasi
v  Phylum      : Chordata (bangsa hewan yang bertulang belakang)
v  Klass         : Pisces (bernafas dengan insang)
v  Sub Kelas  : Teleostei (bertulang keras)
v  Ordo          : Ostariopysi
v  Sub Ordo  : Siluroidea (bentuk memanjang dan tidak bersisik)
v  Famili                     : Clariidae (mempunyai bentuk kepala yang gepeng dan
                           Mempunyai alat pernafasan tambahan.
v  Genus        : Clarias
v  Species      : Clarias gariepinus

4. Habitat dan Tingkah Laku
            Ikan  lele di alam hidup ini di sungai-sungai terutama di daerah dataran rendah bahkan mampu hidup diperairan payau. Ia lebih menyukai tempat yang gelap, agak dalam, perairan yang tenang (tidak terlalu deras) dan aktif pada malam hari. Bisa hidup di air tergenang bahkan pada lingkungan perairan yang kotor. Ikan lele dapat disebut juga “ Walking Catfish” karena dapat merayap didarat. Memiliki alat pernafasan tambahan ssehingga mamapu memanfaatkan atau menghirup oksigen langsung dari udara.

5. Kebiasaan Makan dan Makanannya
            Lele tergolong jenis ikan pemakan segala macam seperti cacing, serangga, udang-udangan dan lain-lain. Yang lebih disukai adalah bahan organik yang membusuk sebagai makanannya, oleh kerena itu sering digolongkan sebagai jenis ikan Scevengers. Untuk usaha budidaya, makanan tambahan (adding food) atau makanan buatan (artificial food) yang bernilai protein tinggi terutama yang berasal dari hewan sangat diperlukan. Kebiasaan makan ikan lele di alam adalah pada malam hari dan mencari makan di dasar kolam.

6.  Pembenihan ikan lele Dumbo
6.1. Seleksi induk
            Induk untuk pemijahan dipilih yang benar-benar telah matang telur dan siap memijah. Pemilihan induk matang telur itu memerlukan keterampilan khusus dari seorang pembudidaya. Secara umum, ciri-ciri induk lele lokal yang siap dipijahkan adalah sebagai berikut:
a.    Induk Jantan
·       Umur minimal 10 bulan
·       Berat rata-rata 150-250 gram
·       Geran lincah
·       Badan sehat dan tidak cacat
·       Alat kelamin tampak jelas meruncing
·       Warna tubuh lebih gelap
·       Tulang kepala agak mendatar
·       Kepala kecil
·       Kulit lebih kasar
b.   Induk Betina
·       Umur lebih dari 1 tahun
·       Berat rata-rata 150-250 gram
·       Gerakan lembat
·       Warna tubuh lebih cerah
·       Bentuk alat kelamin bulat telur, terletak di dekat lubang dubur
·       Bentuk kepala agak cembung
·       Perut lembek
·       Kepala agak besar
·       Kulit lebih halus

6.2. Persiapan Kolam
            Kolam yang digunakan berupa bak/ kolam tembok berukuran 2 x 1 x 0,5 m, pada salah satu sudut atau sisi bak dibuatkan sarang untuk bertelur berupa kakaban. Untuk tempat menempel telur.
Sebelum pemijahan, bak dikeringkan dan dibersihkan dari kotoran untuk membunuh bibit-bibit penyakit. Selanjutnya bak diisi air bersih setinggi 15-20 cm. induk yang akan akan dipijahkan dari lele yang telah matang kelamin.

6.3. Sumber Air
Untuk mengairi bak pemijahan itu sebaiknya dipakai air yang bersih dan tidak tercemar. Air yang dikotori oleh limbah industri sama sekali tidak dipakai untuk mengairi bak pemijahan itu, sebab selalu ada bahaya keracunana oleh bahan-bahan kimia.
Bila dipakai air sungai yang keruh karena bahan tanah yang tererosi, maka air tersebut harus disaring dengan sand filter (saringan pasir) atau diendapkan selama 2 hari dalam bak pengendapan sebelum air itu dimasukkan kedalam bak pemijahan.
Apabila dipakai air sumur, maka air itu perlu diukur pH-nya, sebab kerap kali air sumur bersifat asam (pH rendah) (Moch. Soetomo, 1987).
           
6.4. Pemijahan
Adapun teknik pemijahan lele dumbo secara alami dan buatan adalah sebagai berikut.
a. Pemijhan alami
Pemijahan secara alami adalah pemijahan yang dilakukan dialam terbuka sesuai dengan sifat hidupnya tanpa perlakuan dan bantuan manusia.
b.  Pemijahan secara buatan.
Pemijahan secara buatan dilakukan dengan merangsang ikan lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstra kelenjar hypofisa.

6.5. Penetasan Telur
Penetasan secara buatan dilakukan di bak fibre yang berukuran 2 x 1 x 0,3 m dan ketinggian air sekitar 30-40 cm. biasanya telur-telur akan menetas selama 1-2 hari selama pemijahan. (Heru Susanto, 1988).

6.6. Pemeliharaan Larva
Beberapa hari setelah menetas, larva dapt diberi makan berupa larutan kuning telur ayam yang sudah direbus atau dapat berupa makanan hidup seperti cacing sutera, daphnia dan lain sebaginya. Pemberian makanan ini biasanya larva sudah siap ditebar dalam kolam pendederan (Usni Arie, 1999).

6.7. Hama dan Penyakit
6.7.1. Hama
            yang dimaksud hama adalah binatang-binatang yang menyebabkan matinya atau hilangnya ikan karena dimakan atau dirusak tubuhnya. Hama yang dimaksud adalah binatang-binatang yang agak besar ukurannya, jadi beda dengan penyakit yang menyebabkan suatu gejala penyakit (Dra. Ny. S. Rachmatun Suyanto, 2000).
            Adapun hama yang biasanya menyerang ikan lele adalh binatang-binatang seperti ular dan ikan gabus. Cara pemberantasan yang peling efektif adalah secara mekanis atau membunuhnya langsung jika hama tersebut diketemukan.
6.7.2. Penyakit
Adapun jenis-jenis penyakit yang diketahui menyerang ikan lele adalah :
·      Bintik Putih
Penyakit ini disebabakan oleh protozoa (binatang bersel satu) Ichtyopthirius multifiliis. Gejala yang timbul berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan juga insang lele.
            Penyakit ini timbul pada bak pemeliharaan karena airnya tidak mengalir, tapi pada kolam yang airnya mengalir, penyakit ini jarang terjadi pencegahan. Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit bintik putih ialah : Malachyte green, Dosis yang dipakai adalah 1 gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2 . pengobatan diulang selama 2 hari ; dalam 10 hari, ikan yang sakit akan sembuh. Formalin, ikan yang terkena penyakit bintik putih dapat diobati dengan cara direndam selama 24 jam dalam larutan formalin dengan dosis 1 cc untuk tiap 15 ltr air. Kemudian air bekas perendaman diganti dengan air yang bersih. Pengobatan ini dilakukan setiap hari sampai penyakitnya hilang. Garam dapur, larutan garam dapur sebanyak 30 mg/ lt air dengan waktu perendaman selama 1 menit dan dilakukan setiap hari sampai penyakitnya hilang.
·      Jamur
Jamur yang bisa menyerang adalah jamur Saprolegnia dan Achlya. Ciri-ciri adanya jamur lerlihat sebagi serabut putih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang terkena luka. Jamur ini tumbuh pada ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah menderita luka-luka, lemah, sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga menyerang telur ikan yang gagal menetas, dan kemudian menulari telur-telur lain yang sehat. Ikan diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan, sering menderita luka-luka yang kemudian terserang jamur.
Ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan direndam larutan kalium pemangat sebanyak 1 gram / 100 liter selama 60-90 menit (Suyanto, Rachmatun. 2000).

6.8.  Pemanenan
Setelah benih berukuran 1 minggu, benih sudah siap untuk di panen. Pemanenan ini tidak begitu sulit, cukup dengan mengeluarkan air dari bak pemeliharaan larva itu dengan menggunakan selang yang diberi saringan halus sampai airnya surut. Maka dengan sendirinya benih lele gtersebut akan berkumpul di dalam cekungan di dasar bak yang masih sedikit berair. Maka dengan mudah larva ditangkap dengan seser.








Senin, 19 September 2016

PEMBENIHAN IKAN ARWANA SUPER RED (Scleropages formosus)



PEMBENIHAN IKAN ARWANA SUPER RED  (Scleropages formosus)

1.  Latar Belakang
Ikan Arwana Super Red (Scleropages formosus) merupakan ikan hias air tawar asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Eksploitasi yang berlebihan terhadap ikan ini menyebabkan ikan ini masuk dalam daftar merah satwa langka. Mengingat nilai ekonomisnya yang tinggi maka perdagangan ikan ini masih diperbolehkan asalkan merupakan generasi F3 dari penangkaran. Oleh karena itu peran budidaya sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan konservasi dan pemanfaatan Arwana Super Red. Budidaya
Pada pembenihan ikan arwana super red membutuhkan keahlian yang memadai dalam persiapan wadah, pemeliharaan induk, pemanenan larva, pemeliharaan larva dan benih, pengelolaan kualitas air dan penanganan terhadap penyakit. Dengan wadah pemeliharaan yang baik akan menghasilkan produk yang berkualitas dan menurunkan tingkat timbulnya penyakit serta kematian ikan. Selain itu, induk harus dipelihara dengan baik karena akan menentukan keberhasilan dalam pemijahan dan pengeraman larva.

2. Ciri-ciri Ikan Arwana Super Red
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan betina yang selengkapnya tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Morfologi Jantan dan Betina Ikan Arwana Super Red
Jantan
Betina
Mulut lebih lebar
Mulut lebih keceil
Pipi lebih besar
Pipi lebih kecil
Badan lebih ramping
Badan agak gemuk

3. Tahap-tahap dalam Pembenihan
3.1. Persiapan kolam
Pertama kolam dikeringkan terlebih dahulu, kemudian lumpur pada kolam tersebut dibuang dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi. Setelah itu konstruksi kolam seperti kaki lima, tanggul, kelamir inlet dan outlet yang rusak diperbaiki. Kolam yang telah dirombak diisi dengan pasir sebanyak 0,2 l/m3 untuk meningkatkan alkalinitas yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) pH air. Setelah kolam diisi air kemudian ditambahkan soda kue sebanyak 48 gram/m3 untuk meningkatkan pH, dan didiamkan selama 1 tahun untuk kolam baru dan 1 minggu untuk kolam lama. Setelah itu kolam dikeringkan kembali dan ditambahkan kapur sebanyak 96 gram/m3 dan pupuk kandang sebanyak 19,2 gram/m3 dan direndam kembali selama 2 bulan untuk kolam baru dan 1 minggu untuk kolam lama.

3.2. Penebaran Induk          
Sebelum ditebar ke kolam, induk diaklimatisasi terlebih dahulu agar tidak mengalami stres akibat kondisi lingkungan yang baru, terutama terhadap parameter suhu dan pH air. Induk yang ditebar di kolam merupakan induk yang memiliki kriteria yang baik seperti sehat, tidak cacat, dan berumur lebih dari empat tahun. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara ikan yang dibungkus dalam plastik packing dimasukkan ke kolam dalam posisi terapung selama 1-5 menit kemudian sedikit demi sedikit air dari kolam pemeliharaan dimasukkan ke dalam wadah plastik tersebut agar ikan terbiasa dengan lingkungan barunya. Selanjutnya ikan dilepas secara perlahan-lahan ke dalam kolam. Induk ditebar ke kolam dengan padat tebar 7-10 ekor/100 m2. Dalam penebaran perbandingan induk jantan dan betina yang ideal       adalah 1 : 1.

3.3. Pemeliharaan Induk
Induk Arwana Super Red dipelihara secara masal dalam satu wadah. Pemeliharaan Arwana Super Red yang dilakukan meliputi pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, dan pemeriksaan kesehatan ikan.

3.4. Pemberian Pakan Induk
Pemberian pakan dilakukan 1-2 hari sekali pada sore hari berupa kodok sawah atau udang. Metode yang digunakan untuk pemberian pakan induk merupakan gabungan dari metode retricted (jumlah pakan 1,25% dari bobot tubuh ikan) dan ad satiation (pemberian pakan sekenyangnya ikan). Jumlah pakan yang diberikan harus tepat dengan kebutuhan ikan karena pemberian pakan yang berlebih akan membuat kualitas air menurun akibat pencemaran bahan organic dan sisa pakan yang akan menjadi racun bagi ikan dan menjadi tempat berkembangbiaknya penyakit. Kekurangan jumlah pakan yang diberikan akan menyebabkan proses reproduksi terganggu atau terhenti bahkan telur yang sedang berkembang dapat diserap kembali oleh induk sebagai pengganti sumber energi.

4. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Induk
Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan induk dilakukan dengan mempertahankan pH pada kisaran 5,5 sampai 6,5 dengan cara mengganti air secara teratur sebanyak 40-60% dari total air di kolam setiap tiga sampai tujuh hari sekali atau disesuaikan dengan kualitas air kolam. Pergantian air juga bergantung pada kualitas air sungai Kapuas, jika kualitas air sungai memburuk akibat hujan lebat, surut atau kemarau panjang yang mengakibatkan pH turun dan air keruh maka pergantian air harus ditunda hingga kualitas air sungai membaik. Jika dalam waktu lama kualitas air sungai tidak membaik sedangkan kualitas air kolam telah kritis maka dilakukan pergantian air dengan menggunakan air dari penampungan.

5.  Pemeriksaan Kesehatan Induk
Kesehatan induk yang ditebar di kolam dipantau setiap hari dengan cara dilihat dari pos pemantauan atau dari tempat yang agak tinggi di dekat kolam tersebut. Jika ditemukan ikan yang terlihat sakit maka ikan tersebut harus diambil dari kolam lalu dilakukan karantina agar penyakit tidak menular pada ikan lain dan dilakukan pengobatan terhadap ikan tersebut.

6.  Pemijahan Induk
Pemijahan Arwana dilakukan secara masal yang merupakan turunan dari teknik pemijahan alami dengan cara menyatukan induk jantan dan betina pada suatu komunitas dalam sebuah kolam pemijahan dengan perbandingan satu jantan dan satu betina. Arwana merupakan ikan yang memiliki waktu pematangan telur yang cukup lama yaitu kurang lebih 8 bulan. Ikan ini juga merupakan jenis ikan mouthbreeder yang mengerami telurnya di mulut induk jantan sampai menetas dan anaknya mampu berenang dengan sempurna dan berburu makanan sendiri.

7.  Pemantauan Induk Mengeram
Pemantauan induk yang mengeram dilakukan pada malam hari dengan bantuan cahaya lampu halogen. Pada malam hari ikan Arwana cenderung untuk mengapung di permukaan dan ikan ini memiliki sifat fototaksis positif (menghampiri cahaya). Induk jantan yang mengeram dapat ditandai dari menggembungnya rahang bagian bawah. Pada umumnya panen larva dapat dilakukan 40 hari sejak induk ditemukan mengeram. Selama 40 hari tesebut ikan yang mengeram dipantau terus menerus karena ada kemungkinan ikan membuang telur yang dierami disebabkan tekanan dari ikan lain, persaingan teritorial atau insting memelihara anak yang belum berkembang.
8.   Pemanenan Larva
Panen dilakukan dengan menjaring semua ikan dalam kolam oleh minimal 6 orang. Ikan yang telah dijaring kemudian dipilih oleh kepala tambak untuk menemukan ikan yang sedang mengerami telur. Setelah ikan yang mengeram ditemukan maka telur dikeluarkan dari mulut induk oleh kepala tambak dengan cara memutar-mutarkan ikan agar ikan tersebut tenang, kemudian mulut ikan dibuka dengan sekali hentakan agar larva keluar dari mulut induk. Ikan Arwana dewasa merupakan ikan yang agresif, yaitu bila merasa terganggu akan meloncat kepermukaan. Jika sampai loncatan induk Arwana tersebut mengenai tubuh akan mengakibatkan luka yang fatal. Oleh karena itu proses pemanenan larva Arwana harus dilakukan dengan hati-hati dan konsentrasi tinggi.

9.  Persiapan Inkubator dan Akuarium
Inkubator digunakan untuk memelihara larva sampai kuning telurnya habis. Alat ini berupa akuarium berukuran 30x 30 x 20 cm yang keadaannya dikondisikan agar mirip dengan kondisi di dalam mulut induk. Dalam incubator disediakan arus buatan dengan cara memasang pipa segi empat berlubang didalam inkubator. Arus tersebut dibuat oleh pompa yang dirangkai bersama pipa. Air yang digunakan dalam inkubator berasal dari air sungai yang diendapkan karena baku mutu kualitas airnya mirip dengan kualitas air kolam. Penggunaan air olahan pada larva ditakutkan akan mengakibatkan iritasi akibat residu klorin. Untuk mencegah terjadinya perubahan kualitas air yang mendadak dalam inkubator maka air disimpan dalam akuarium besar yang kemudian inkubator diletakkan di kolam air dalam akuarium tersebut. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam persiapan inkubator adalah dengan menyiapkan dan membersihkan semua peralatan berupa akuarium besar berukuran 50 x 35 x 20 cm, inkubator , pipa yang telah dilubangi, pompa (Aquilla P950-1300 L/jam), aerasi, pemanas air (water heater) dan sistem filter. Setelah semua bahan siap, maka peralatan tersebut dirakit dengan merakit sistem filter, kemudian meletakkan pipa berlubang dalam akuarium besar. Selanjutnya inkubator diletakkan diatas pipa, lalu pompa dipasang pada pipa dalam inkubator. Setelah semua sistem terpasang maka akuarium besar diisi dengan air kolam sampai inkubator terendam 10 cm. Langkah terakhir adalah memasang aerasi dan heater. Setelah sistem diadaptasi selama satu hari maka inkubator tersebut siap digunakan untuk pemeliharaan larva.

10.  Penebaran Larva
Sebelum ditebar larva diaklimatisasi untuk mencegah stres larva akibat perubahan kualitas air yang mendadak. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan larva ke dalam plastik kemudian plastik tersebut diapungkan pada permukaan air selama kurang lebih 5 menit atau sampai embun air dalam plastic menghilang sebagai tanda suhu di akuarium sama dengan suhu di dalam plastik. Setelah itu plastik dibuka lalu air dari dalam akuarium sedikit demi sedikit dimasukkan dalam plastik dengan tujuan agar ikan tidak mengalami stres akibat perubahan sifat kimia air. Langkah terakhir adalah dengan menenggelamkan plastik dan membiarkan larva keluar dengan sendirinya dari dalam plastik.

11.  Pemeliharaan Larva dan Benih
Larva yang dipanen dari dalam mulut induk disebut juga dengan larva prematur. Larva tersebut biasanya masih sangat lemah karena belum mampu berenang bebas dan suplai nutrisinya masih bergantung pada kuning telur. Oleh karena itu larva yang dikeluarkan tersebut perlu ditempatkan pada inkubator untuk pemeliharaannya. Setelah larva mampu berenang atau kurang lebih larva berumur 18-21 hari dari panen, larva dipindahkan ke dalam akuarium hingga ukurannya mencapai 11-15 cm. Selama pemeliharaan larva dilakukan pengelolaan kualitas air dan pemberian pakan.
12.  Pengelolaan Kualitas Air Inkubator Larva
Pengelolaan kualitas air dalam inkubator dan akuarium dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan filter fisik dan pergantian air secara rutin. Pada sistem inkubator dan akuarium dilakukan pergantian air setiap hari sebanyak 30- 50% pada pagi hari. Air yang dimasukkan ke dalam inkubator adalah air sungai yang telah diendapkan dan difilter terus-menerus minimal selama 3 hari.

13. Pemberian Pakan Larva
Pemberian pakan pada larva dilakukan 4 kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00; 10.00; 13.00 dan 16.30. Larva yang mulai kehabisan kuning telur sampai dengan umur 3 minggu diberikan pakan berupa cacing beku (Chironomus sp.) dengan metode sekenyangnya (ad satiation). Untuk ikan yang sudah bias berenang sempurna diberikan pakan berupa kodok biji, jangkrik, ulat hongkong sesuai dengan bukaan mulut ikan secara ad satiation (pemberian pakan sekenyangnya).

14.  Chiping
Pemberian chip (chipping) pada ikan Arwana bertujuan untuk memberikan identitas pada ikan tersebut untuk tujuan sertifikasi karena ikan ini merupakan satwa yang dilindungi dan harus dikontrol perdagangannya. Proses chipping dilakukan pada ikan-ikan yang berukuran minimal 12 cm. Chip yang dimasukkan harus dalam keadaan steril untuk menghindari infeksi. Chip tersebut dimasukkan dengan menggunakan injektor pada sisik punggung ketiga dari kepala dibagian sebelah kanan ikan pada bagian daging paling tebal.
                            
15.  Penyakit dan Kesehatan Ikan Arwana Super Red
Penyakit merupakan permasalahan yang bersifat teknis dalam pemeliharaan arwana. Beberapa penyakit yang sering muncul dalam budidaya arwana yaitu telur rusak, kembang sisik, kutu bulat, kutu jarum, dan katarak.
-       Busuk telur atau telur rusak hanya terjadi pada larva yang masih menggendong kuning telur, disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi bakteri dan jamur maupun penurunan kualitas air saat telur berada dalam mulut induk.
·      Cara pengobatan busuk telur adalah dengan melakukan pemotongan kuning telur dan pemberian antibiotik oxytetracyclin dan sulfadiazin (5 ppm) sebelum pemotongan.
-       Kembang sisik merupakan penyakit dengan gejala terbukanya sisipan antar sisik. Penyakit ini biasanya terjadi sebagai bentuk stres akibat penurunan suhu yang mendadak.
·      Cara pengobatan selama kembang sisik ikan dipelihara dalam air yang direndam dengan tetracyclin (20 ppm) + Acriflavin® (5ppm) melalui metode long bath (perendaman jangka panjang).
-        Katarak ditandai dengan mata ikan yang terlihat seperti berkabut.
·      Cara pengobatan dengan merendam ikan dengan oxytetracyclin (20 ppm) dan                  garam (0,5 ppt) dalam  jangka waktu yang panjang.