“ PEMIJAHAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)”
1. Latar Belakang
Nama Lele Dumbo
di Indonesia pertama kali muncul pada akhir tahun 1985. Tadinya ikan jenis lele
ini dimasukkan ke Indonesia oleh sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
Perikanan sebagai ikan hias. Namun, dalam perkembangan selanjutnya entah
bagaimana caranya Lele Dumbo itu muncul dan tenar sebagai ikan konsumsi. Begitu
cepat populernya Lele Dumbo ini sehingga membuat pengusaha kewalahan dalam
menyediakan benih-benih yang dipesan oleh para petani lele. Tidak sampai di
situ saja hebatnya nama lele Dumbo ini, karena ternyata kemunculannya
seakan-akan menenggelamkan nama-nama ikan budidaya lainnya. Dari satu daerah ke
daerah lain nama Lele Dumbo dikenal. Dan sekarang ini Lele Dumbo sudah dikenal
di seluruh Indonesia.Memang banyak segi keunggulan ikan jenis ini bila
dibandingkan dengan ikan lele lokal. Siapa yang tidak angkat topi atau salut
melihat pesatnya pertumbuhan lele dumbo ini. Dalam waktu yang relative singkat
lele dumbo ini sudah dapat dikonsumsi. Lebih kurang dua sampai tiga bulan lele
dumbo sudah dapat mencapai ukuran berat 0,5 kg. sedangkan bagi ikan lele lokal
untuk mencapai ukuran seperti itu diperlukan waktu yang cukup lama yakni kurang
satu tahun. Itupun kalau dipelihara dengan baik.
Sebelum kita
membicarakan masalah pemeliharaannya, perlu kita ketahui secara umum tentang
asal mula lele dumbo ini. Ada beberapa nama
yang sempat disandang lele dumbo ini sebelum resmi memakai nama Dumbo. Begitu juga mengenai nama
ilmiahnya sempat membingungkan para ahli perikanan.
Ikan Lele ini sebelum digelari sebagai lele dumbo rupanya
dikenal sebagai Giant catfish alias king catfish atau bila diartikan ke dalam
bahasa kita sehari-hari disebut sebagi raja/raksasa ikan lele. Mungkin karena
bentuknya besar dan panjang maka orang mengasosiasikan ikan jenis baru ini
dengan raksasa. Nama ini sempat tersebar di kalangan petani pada saat itu. Dari mulut kemulut tersebar begitu cepat, dan entah
bagaimana tahu-tahu Menteri Penerangan melalui TVRI pada masa itu mengumumkan bahwa ikan lele ini bernama Lele Dumbo. hal ini pernah ditanyakan kepada
salah satu Direktur Perusahaan yang bergerak dalam perikanan, beliau mengatakan
bahwa nama Dumbo tersebut berasal dari bahasa Inggris Jumbo yang artinya besar.
Mengapa jumbo
diucapkan dumbo? Ini mungkin karena lidah kita agak sulit mengucapkan kata
jumbo, sehingga ketika diucapkan kedengarannya dumbo. Dan begitulah akhirnya
ditulis dengan kata dumbo saja. Namun karena pada waktu itu kedengaran
diucapkan seperti dumbo, yah jadilah nama ikan lele tersebut dumbo, dan itulah
yang kita kenal sekarang ini.
Bagaimana
sekarang nama ilmiah Lele Dumbo ini? Sama saja
halnya dengan nama dumbo tadi, nama ilmiah lele dumbo ini sempat membingungkan
para ahli Perikanan. Boleh dikatakan bahwa nama ilmiah yang diberikan adalah
salah. Tapi karena para ahli pada waktu itu baru mulai memperbincangkannya
sedangkan nama ilmiahnya sudah ada, maka nama ilmiah tersebut terus
disandang/dipakai sampai sekarang ini.
Semula pada waktu Lele Dumbo ini tiba di Indonesia sedah
berinisial atau bernama ilmiah Clarias
fuscus. Tapi pertengahan tahun 1986, nama ilmiah tersebut diuabh menjadi Clarias gariepinus. Inilah yang
membuat banyak orang bingung. Mengapa nama ilmiah
dari Clarias fuscus diganti dengan Clarias gariepinus?
Menurut W.J.A.R. Viveen dkk, di Afrika ada 4 spesies atau jenis ikan lele yang
dominan yakni : Clarias mossambicus, Clarias seneglensis, Clarias lazera, dan
Clarias gariepinus. Sebenarnya keempat spesies ini mempunyai perbedaan tapi
tidak begitu menyolok. Yang berbeda hanya daerah sebenarnya saja. Tapi oleh salah
seorang ahli bernama Burchell (1992) keempat spesies ini dilebur menjadi satu
species yakni Clarias gariepinus.
2. Biologi Ikan Lele
Nama ilmiah Clarias fuscus yang tadinya diberikan pada
lele dumbo ternyata dikatakan kurang tepat, karena warna maupun ukuran lele
dumbo, tidak mirip dengan lele Clarias fuscus. Oleh sebab itu BBAT menyimpulkan Lele Dumbo ini lebih tepat
disebut sebagai Clarias gariepinus. Maka lengkaplah sudah, dan ikan lele jenis
ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
3. Klasifikasi
v Phylum : Chordata (bangsa hewan yang bertulang
belakang)
v Klass : Pisces (bernafas dengan insang)
v Sub Kelas : Teleostei (bertulang keras)
v Ordo : Ostariopysi
v Sub Ordo : Siluroidea (bentuk memanjang dan tidak
bersisik)
v Famili : Clariidae (mempunyai
bentuk kepala yang gepeng dan
Mempunyai alat pernafasan tambahan.
v Genus : Clarias
v Species : Clarias
gariepinus
4.
Habitat dan Tingkah Laku
Ikan
lele di alam hidup ini di sungai-sungai terutama di daerah dataran
rendah bahkan mampu hidup diperairan payau. Ia lebih menyukai tempat yang
gelap, agak dalam, perairan yang tenang (tidak terlalu deras) dan aktif pada
malam hari. Bisa hidup di air tergenang bahkan pada lingkungan perairan yang
kotor. Ikan lele dapat disebut juga “ Walking Catfish” karena dapat merayap
didarat. Memiliki alat pernafasan tambahan ssehingga mamapu memanfaatkan atau
menghirup oksigen langsung dari udara.
5.
Kebiasaan Makan dan Makanannya
Lele tergolong jenis ikan pemakan
segala macam seperti cacing, serangga, udang-udangan dan lain-lain. Yang lebih
disukai adalah bahan organik yang membusuk sebagai makanannya, oleh kerena itu
sering digolongkan sebagai jenis ikan Scevengers. Untuk usaha budidaya, makanan
tambahan (adding food) atau makanan buatan (artificial food) yang bernilai
protein tinggi terutama yang berasal dari hewan sangat diperlukan. Kebiasaan makan ikan lele di alam adalah pada malam hari
dan mencari makan di dasar kolam.
6. Pembenihan ikan lele Dumbo
6.1. Seleksi induk
Induk untuk pemijahan
dipilih yang benar-benar telah matang telur dan siap memijah. Pemilihan induk
matang telur
itu memerlukan keterampilan khusus dari seorang pembudidaya. Secara umum,
ciri-ciri induk lele lokal yang siap dipijahkan adalah sebagai berikut:
a.
Induk Jantan
·
Umur
minimal 10 bulan
·
Berat
rata-rata 150-250 gram
·
Geran
lincah
·
Badan
sehat dan tidak cacat
·
Alat
kelamin tampak jelas meruncing
·
Warna
tubuh lebih gelap
·
Tulang
kepala agak mendatar
·
Kepala
kecil
·
Kulit
lebih kasar
b.
Induk Betina
·
Umur
lebih dari 1 tahun
·
Berat
rata-rata 150-250 gram
·
Gerakan
lembat
·
Warna
tubuh lebih cerah
·
Bentuk
alat kelamin bulat telur, terletak di dekat lubang dubur
·
Bentuk
kepala agak cembung
·
Perut
lembek
·
Kepala
agak besar
·
Kulit
lebih halus
6.2.
Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan berupa bak/
kolam tembok berukuran 2 x 1 x 0,5 m, pada salah satu sudut atau sisi bak
dibuatkan sarang untuk bertelur berupa kakaban. Untuk tempat menempel telur.
Sebelum
pemijahan, bak dikeringkan dan dibersihkan dari kotoran untuk membunuh
bibit-bibit penyakit. Selanjutnya bak diisi air bersih setinggi 15-20 cm. induk
yang akan akan dipijahkan dari lele yang telah matang kelamin.
6.3.
Sumber Air
Untuk mengairi
bak pemijahan itu sebaiknya dipakai air yang bersih dan tidak tercemar. Air
yang dikotori oleh limbah industri sama sekali tidak dipakai untuk mengairi bak
pemijahan itu, sebab selalu ada bahaya keracunana oleh bahan-bahan kimia.
Bila dipakai air
sungai yang keruh karena bahan tanah yang tererosi, maka air tersebut harus
disaring dengan sand filter (saringan pasir) atau diendapkan selama 2 hari
dalam bak pengendapan sebelum air itu dimasukkan kedalam bak pemijahan.
Apabila dipakai
air sumur, maka air itu perlu diukur pH-nya, sebab kerap kali air sumur
bersifat asam (pH rendah) (Moch. Soetomo, 1987).
6.4.
Pemijahan
Adapun teknik
pemijahan lele dumbo secara alami dan buatan adalah sebagai berikut.
a. Pemijhan
alami
Pemijahan
secara alami adalah pemijahan yang dilakukan dialam terbuka sesuai dengan sifat
hidupnya tanpa perlakuan dan bantuan manusia.
b. Pemijahan
secara buatan.
Pemijahan
secara buatan dilakukan dengan merangsang ikan lele untuk memijah atau terjadi
ovulasi dengan suntikan ekstra kelenjar hypofisa.
6.5. Penetasan Telur
Penetasan secara
buatan dilakukan di bak fibre yang berukuran 2 x 1 x 0,3 m dan ketinggian air
sekitar 30-40 cm. biasanya telur-telur akan menetas selama 1-2 hari selama
pemijahan. (Heru Susanto, 1988).
6.6. Pemeliharaan Larva
Beberapa hari
setelah menetas, larva dapt diberi makan berupa larutan kuning telur ayam yang
sudah direbus atau dapat berupa makanan hidup seperti cacing sutera, daphnia
dan lain sebaginya. Pemberian makanan ini biasanya
larva sudah siap ditebar dalam kolam pendederan (Usni Arie, 1999).
6.7. Hama dan Penyakit
6.7.1. Hama
yang dimaksud hama adalah binatang-binatang yang
menyebabkan matinya atau hilangnya ikan karena dimakan atau dirusak tubuhnya.
Hama yang dimaksud adalah binatang-binatang yang agak besar ukurannya, jadi
beda dengan penyakit yang menyebabkan suatu gejala penyakit (Dra. Ny. S.
Rachmatun Suyanto, 2000).
Adapun hama yang biasanya
menyerang ikan lele adalh binatang-binatang seperti ular dan ikan gabus. Cara
pemberantasan yang peling efektif adalah secara mekanis atau membunuhnya
langsung jika hama tersebut diketemukan.
6.7.2. Penyakit
Adapun
jenis-jenis penyakit yang diketahui menyerang ikan lele adalah :
·
Bintik Putih
Penyakit ini
disebabakan oleh protozoa (binatang bersel satu) Ichtyopthirius multifiliis. Gejala yang timbul berupa bintik-bintik
putih pada permukaan kulit dan juga insang lele.
Penyakit ini timbul pada bak
pemeliharaan karena airnya tidak mengalir, tapi pada kolam yang airnya
mengalir, penyakit ini jarang terjadi pencegahan. Beberapa obat yang dapat
dipakai untuk mengobati penyakit bintik putih ialah : Malachyte green, Dosis
yang dipakai adalah 1 gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2 .
pengobatan diulang selama 2 hari ; dalam 10 hari, ikan yang sakit akan sembuh.
Formalin, ikan yang terkena penyakit bintik putih dapat diobati dengan cara
direndam selama 24 jam dalam larutan formalin dengan dosis 1 cc untuk tiap 15
ltr air. Kemudian air bekas perendaman diganti dengan air yang bersih.
Pengobatan ini dilakukan setiap hari sampai penyakitnya hilang. Garam dapur,
larutan garam dapur sebanyak 30 mg/ lt air dengan waktu perendaman selama 1
menit dan dilakukan setiap hari sampai penyakitnya hilang.
·
Jamur
Jamur yang bisa
menyerang adalah jamur Saprolegnia dan
Achlya. Ciri-ciri adanya jamur
lerlihat sebagi serabut putih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan
yang terkena luka. Jamur ini tumbuh pada ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah
menderita luka-luka, lemah, sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga
menyerang telur ikan yang gagal menetas, dan kemudian menulari telur-telur lain
yang sehat. Ikan diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan, sering menderita
luka-luka yang kemudian terserang jamur.
Ikan yang
disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan direndam larutan kalium pemangat
sebanyak 1 gram / 100 liter selama 60-90 menit (Suyanto, Rachmatun. 2000).
6.8. Pemanenan
Setelah benih
berukuran 1 minggu, benih sudah siap untuk di panen. Pemanenan ini tidak begitu
sulit, cukup dengan mengeluarkan air dari bak pemeliharaan larva itu dengan
menggunakan selang yang diberi saringan halus sampai airnya surut. Maka dengan
sendirinya benih lele gtersebut akan berkumpul di dalam cekungan di dasar bak
yang masih sedikit berair. Maka dengan mudah larva ditangkap dengan seser.