Senin, 31 Juli 2017

MENGENAL KEPITING LUNAK

MENGENAL KEPITING LUNAK

Kepiting lunak menjadi tren untuk paa penikmat masakan sea food. Sebelum kita mengenal apa itu kepiting lunak maka kita harus mengenal dahulu sepertinapa itu kepiting. Kepiting termasuk ke dalam golongan binatang yang disebut arthropoda dimana penopang tubuhnya terbentuk dari cangkang yang menyelimuti bagian luar  tubuhnya. Pertumbuhan baginya merupakan hal yang krusial karena untuk tumbuh menjadi lebih besar kepiting harus melepaskan kulit yang lama kemudian kulit baru yang ukurannya lebih besar akan menggantikan tempatnya. Kepiting lunak atau Peristiwa lain dikenal sebagai molting yang terjadi berkali-kali selama daur hidup kepiting yang frekuensinya menurun dengan  semakin bertambah umur dan ukurannya.

Kepiting lunak atau molting merupakan salah satu fenomena alami yang sangat menarik untuk diketahui. Data menunjukan bahwa, aktifitas molting kepiting bakau dapat mempunyai dua puncak dalam sebulan yakni pada puncak pasang perbani dan purnama. 

Walaupun tidak semua indifidu mengikut pola tersebut. sesaat sebelum kepiting molting, kepiting telah menyediakan dasar kulit baru di bawah kulit yang lama. Pada saat tersebut kalsium diserap dari kulit yang lama  sehingga menjadi lebih rapuh atau fleksibel. Kulit yang lama terpisah  pada bagian belakang kepiting dan kerapas bagian belakang tersangkut. 

Walaupun demikian, tangkai mata tetap tidak terganti sehingga biasa  digunakan sebagai meletakan tanda/tag pada kegiatan penandaan kepiting.  kepiting bakau mengalami pergantiankulit sekitar 17 kali sampai dengan  umur setahun. Pada tahap awal dari kepiting lunak tersebut merupakan  kondisi yang benar-benar lemah dan rawan terhadap pemanghsa predator,  sehingga untuk beberapa hari berikutnya kepiting dangan cangkang yang lunak akan tetap berbenam diri ke dalam sedimen/lumpur sementara kulit  yang baru mengembang dan semakin mengeras. Karena itu sudah menjadi  pengtahuan umum bahwa kepiting lunak sangat jarang tertangkap dengan  alat tangkap yang dilengkapi dengan umpan. Dalam beberapa hari kemudian,  kepiting lunak akan aktif,dapat menghindar dari predator dan bahkan sudah dapat aktif mencari makan. dalam dua hingga tiga minggu  cangkangnya akan mengeras dan daginganya tumbuh mengisi cangkang baru  yang lebih besar.selama fase itu, kepiting lunak menjadi sangat  berpeluang untuk tertangkap dengan perangkap dan rawan terhadap  kerusakan cangkangnya.

Mengapa kepiting lunak bila tertangkap sebaiknya dilepas kembali ke alam ?
Kepiting lunak hanya menghasilkan daging kurang dari 20% dari bobot tubuhnya  sedangkan kepiting keras akan menghasilkan 25% . menangkap kepiting pada  kondisi cangkan keras akan memaksimumkan produksi untuk jumlah kepiting tertentu.

Disamping itu, kualitas daging dari kepiting  cangkang lunak sangat rendah dibandingkan dengan kepiting cangkang keras. masyarakan mengenal daging kepiting demikian dengan daging berair, lembek, tidak bertekstur, bahkan menyatu seperti jelli sehingga  tidak jarang hanya dibuang. dengan melepas kan kembali kepiting cangkang lunak yang tertangkap ke alam dengan hati-hati, berarti akan memberi  kesempatan kepada kepiting untuk mengeras dan dapat di tangkap di kemudian hari setelah qualitas dagingnya maksimal. 

Bagaimana membedakan antara kepiting cangkang lunak denga kepiting cangkang    keras ?
Kepiting  lunak dapat diidentifikasi dengan jalan memijit/menekan secara perlahan  bagian tubuh kepiting. kepiting lunak yang dipasarkan khusus untuk  komsumsi adalah kepiting  yang baru saja molting atau paling tidak baru berumur 4jam sejak molting .pada kondisi demikian, bagiancangkang kepiting pun lunak apalagi bagian tubuh yang lainnya.

Pada kondisi ini ,kepiting belum mampu melakukan perlawanan apabila diganggu sehingga dialam sangat rawan terhadap pemangsa. berbeda dengan kepiting lunak yang memang diproduksi untuk dikomsumsi, kepiting lunak yang  biasanya tercampur dengan kepiting komsumsi yang di jual di pasaran  biasanya kondisinya sudah lebih baik. Cangkang dan bagian tubuh yang  lainnya sudah mengeras sehingga sudah bisa menghidar dan melawan predator yang mengganggu. Identifikasi kepiting lunak seperti ini sudah  jauh lebih sulit karena hampir seluruh bagian tubunya sudah mengeras  tetapi sebenarnya isinya masih sangat sedikit dan tubuhnya sebagian  besar masih terisi dengan air.

Untuk mengidentifikasikannya, maka  beberapa pijitan dapat dilakukan di beberapa tempat seperti pada ruas  pertama pada kaki-kaki jalan dan kaki renang atau pada bagian dada  kepiting. Apabila bagian-bagian tersebut lentur, maka kepiting tersebut  masih termasuk kepiting lunak. Disamping tanda tersebut, orang yang  berpengalaman dalam penanganan kepiting dapat mengetahui bahwa kepiting  yang kelihatan lebih ringan dibandingkan dengan bobot sebenarnya pada  umumnya adalah kepiting lunak biasanya putih dan bersih, sedangkan  kepiting keras biasanya lebih gelap, kekuning-kuningan, kecoklatan dan bahkan sering ditempili dengan teritip dan alga.

Bagaimana memproduksi kepiting lunak secara massal untuk komsumsi ?
Salah satu sifat yang dimiliki krustase dalam pertumbuhannya adalah ganti kulit atau dalam bahasa ilmiah dikenal dengan molting. Pada kondisi ganti kilut, kulit krutase yang tadinya keras digantikan oleh kulit yang lunak sehingga dikenal dengan "soft shelling crab" yang di indonesia kemudian disingkat menjadi "soka". Karena kulitnya yang lunak, maka dia tidak dapat mencapit dan mudah penanganannya. Kondisi lunak tersebut  hanya bertahan dalam waktu yang singkat kemudian berangsur-angsur  mengeras kembali sebagaimana layaknya kepiting normal sehingga perlu  pengontrolan yang ketat. Produk ini sebenarnya telah lama dikenal terutamauntuk kepiting biru Calinectes sapidus yang ditangkap dari alam  namun karena penangkapan soka dari alam ketersediaannya tidak menentu, maka kemudian dipikirkan untuk dibudidayakan.

Berbagaicara telah  dilakukan untuk mempercepat terjadinya ganti kulit pada kepiting bakau seperti rengsangan melalui manipulasi makanan, manipulasi lingkungan dan  teknik pemotong kaki. Hingga saat ini teknik pemotongan kaki yakni dengan mematahkan capit dan kaki jalan kepiting masih merupakan cara yang paling praktis yang dapat dilakukan untuk mempercepat terjadinya  pergantian kulit dan dapat diterapkan secara massal. Dengan mematahkan  anggota badan kepiting, maka hormon pertumbuhannya akan memacu  pembentukan kembali dari anggota badan yang hilang.

Dengan cara ini, kepiting muda dapat berganti kulit dalam waktu 2-3 minggu tergantung  pada kejelian di dalam memilih kepiting yang sudah mendekati fase ganti  kulit. Karena penggemar soka cukup luas maka produk ini menjadi andalan oleh beberapa negara penghasil kepiting ke depan. Harganya pun cukup menggiurkan yakni sekitar 3-5 USD tergantung pada ukurannya. semakin besar ukurannya semakin tinggi pula harganya.

Namunkarena pergantian kulit kepiting pada ukurannya yang lebih kecil biasanya lebih cepa, maka perkembangan soka biasanya diarahkan untuk kepiting muda dengan bobot 60-150 g/ekor.

Berdasrkan sifat ganti kulit kepiting diatas, maka sejak tahun 90an, produksi kepiting soka telah mulai dikembangkan di indonesia. Walau pun secara ekonomis budidaya soka kelihatan menguntungkan, namun sebagaian besar pengusaha soka tidak bisa bertahan lama. Berbagai kendala dihadapi terutama masalah pasar dan ketersediaan benih yang bersaing dengan kebutuhan komsumsi menyebabkan harga benih di beberapa sentra pengembangan manjadi mahal. Namun semakin membaiknya teknik pembenihan, maka di massa yang akan datang diharapkan hal ini  tidak lagi menjadi masalah. Sedangkan masalah pemasaran, diharapkan  dapat di formulasikan solusinya melalui keterlibatan pembudidaya dan pemerintah.

Produksi dilakukan melalui beberapa tahap seperti :
persiapan tambak,
pemasangan keranjang sebagai wadah yang diapungkan di  dalam tambak,
penebaran benih yang kaki-kakinya telah dipatahkan, 
pemberian pakan,
dan pengontrolan/panen.

Persiapan tambak dapat dilakukan sebagaimana persiapan tambak untuk budidaya bandeng  untuk menghasilkan lingkungan tambak yang baik. Keranjang yang digunakan  dapat berupa keranjang buah lengkeng yang disekat dengan bilah bambu  menjadi 6 kotak untuk mengakomondasi masing-masing satu kepiting per  kotak. Selain itu, saat ini tersedia secara komersial kotak khusus untuk  pemeliharaan soka namun dengan harga yang lebih mahal.

kotak khusus  yang terbuat dari plastik tersebut memungkinkan untuk melalukan  pemeliharaan soka tanpa pemotongan kaki karena dilengkapi dengan penutup  yang kuat dan khusus sehingga kepiting tidak dapat keluar dari kotak  pemelihraan. Keranjang atau pun kotak plastik tersebut kemudian  dirangkai dan diapungkan di dalam tambak. satu hektar tambak dapat diisi  sampai dengan 10.000 kotak atau 10.000 ekor kepiting. setelah  penebaran, dilakukan pemberian pakan berupa ikan rucah dua kali sehari  sebanyak 5-10% dari bobot kepiting. pengontrolan kapiting ganti kulit  dilakukan lebih intensif setelah pemeliharaan memasuki minggu kedua  apabila dilakukan pemotongan kaki atau bulan kedua bila tanpa pemotongan  kaki untuk mengantisipasi adanya kepiting yang ganti kulit.

Apabila  kepiting yang ganti kulit dibiarkan sampai dengan 4jam, maka kepiting  lunak akan mengeras secara perlahan. Dari 10.000 ekor yang dipelihara  dengan pemotongan kaki maka sejak minggu ketiga sampai dengan satu bulan  biasanya terjadi pergantian kulit sekitar 10% perhari atau sekitar 1000  ekor atau setara dengan sekitar 100kg per hari. Namun apabila tidak  dilakukan pemotongan kaki maka biasanya memasuki bulan kedua sampai  dengan tiga bulan masa pemeliharaan akan di dapat kan kepiting lunak  sebanyak sekitar 150 ekor atau setara dengan 15kg per hari. Kepiting  yang dipanen biasanya dapat dipasarkan dalam keadaan hidup maupun beku. 

PROSES BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (Scleropages formosus)/SILUK



PROSES BUDIDAYA IKAN HIAS
AROWANA SUPER RED (Scleropages formosus)/SILUK

PROSES BUDIDAYA
Pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk harus dilakukan melalui penerapan teknologi budidaya anjuran sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga mampu menjamin peningkatan produksi, mutu, daya saing, dan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Proses budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi pemeliharaan induk ikan, pemijahan dan pemanenan larva, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih, dan pembesaran.

A. Pemeliharaan Induk Ikan
1.  Persiapan wadah induk (kolam tanah) dilakukan melalui pengeringan tanah dasar yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah dasa kolam dan mendukung pertumbuhan pakan alami serta kualitas air pemeliharaan. Pengeringan tanah dasar dilakukan paling singkat 3 (tiga) hari. Apabila diperlukan dapat dilakukan perbaikan dinding dan pematang kolam.
2. Pengisian air bervariasi dengan kedalaman 1-2 m.
3. Setelah air mengendap selama paling singkat 7 hari, kolam diisi induk ikan.
4. Induk dengan ukuran paling pendek 40 cm dipelihara dengan padat tebar paling banyak 20 ekor tiap wadah.
5. Pakan diberikan dengan frekuensi 1 kali sehari sekenyangnya (atsatiation).
6. Pergantian air dilakukan 10 % per minggu.
7. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan induk, sebagaimana
tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan induk

NO    PARAMETER                     SATUAN        NILAI
1.       Suhu                                     °C                    25 – 30
2.       pH                                        -                       5,5 – 7,5
3.       Oksigen terlarut                   mg/l                  minimal 4
4.       Tinggi air dalam wadah       Cm                   100 – 200
5.       Amoniak total (TAN)          mg/l                  maksimal 1
6.       Nitrit                                    mg/l                  maksimal 0,1
7.       Kesadahan (hardness)         ° Dh                  minimal 1

B. Pemijahan dan Pemanenan Larva
1. Pemijahan dilakukan secara alami dan massal dengan perbandingan 1 jantan dan 1 betina.
2. Ikan yang memijah dicirikan dengan rahangnya membesar (mengeram) dan tidak mau makan.
3. Induk dapat memijah 2 kali dalam setahun.
4.  Pemanenan larva dilakukan setelah induk mengeram paling singkat 12 hari dengan cara dibuka mulutnya dengan hati-hati untuk dapat dikeluarkan larvanya lalu dipindahkan ke akuarium larva.

C. Pemeliharaan Larva
1.  Persiapan wadah larva berupa akuarium yang telah dilengkapi dengan penutup, aerator, pemanas         air (water heater) dengan thermostat, dan pompa filtrasi.
2. Pengisian air dengan ketinggian 10-15 cm.
3. Larva dengan ukuran 0-2 cm dipelihara dengan padat tebar 20-40 ekor tiap wadah.
4. Tidak diberikan pakan tambahan karena pakannya berasal dari kantong kuning telor yang masih melekat.
5. Pergantian air dilakukan 10-30% per hari.
6. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan larva, sebagaimana tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan larva

NO PARAMETER                          SATUAN                 NILAI
1.    Suhu                                          °C                             27 – 29
2.    pH                                             -                                5,5 – 7,5
3.    Oksigen terlarut                        mg/l                          minimal  4
4.    Tinggi air dalam wadah            cm                            10 – 15
5.    Amoniak total (TAN)               mg/l                          maksimal 1
6.    Nitrit                                         mg/l                          maksimal 0,1
7.    Kesadahan (hardness)               ° Dh                         minimal 1


7.  Pemanenan larva dilakukan setelah waktu pemeliharaan selama 15-45 hari atau sampai kantong kuning telor habis dan mencapai ukuran 6 cm dengan sintasan 80-95%.

D. Pemeliharaan Benih
1.  Persiapan wadah benih berupa akuarium yang telah dilengkapi dengan penutup, aerator, pemanas       air (water heater), dan pompa filtrasi.
2. Pengisian air dengan ketinggian 25-35 cm.
3. Benih dengan ukuran 6 cm dipelihara dengan padat tebar 20-30 ekor tiap wadah.
4. Pakan diberikan 3-4 kali per hari sampai sekenyangnya (at satiation).
5. Pergantian air dilakukan 10-30% per hari.
6. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan benih sebagaimana tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan benih

No.                                            Parameter     Satuan Nilai
1.    Suhu                                   °C                 25 – 30
2.    pH                                       -                   5,5 – 7,5
3.    Oksigen terlarut                  mg/l              minimal 4
4.    Tinggi air dalam wadah      Cm                25 – 35
5.    Amoniak total (TAN)          mg/l              maksimal 1
6.    Nitrit                                    mg/l              maksimal 0,1
7.    Kesadahan (hardness)          ° Dh             minimal 1

7. Pemanenan benih dilakukan setelah waktu pemeliharaan selama 30 - 45 hari atau sampai mencapai ukuran 12 cm dengan sintasan 90-95%.
E. Pembesaran
1. Proses pembesaran ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk ada tiga tahap yaitu pembesaran tahap I (12-22 cm), pembesaran tahap II (22-32 cm) dan pembesaran tahap III (32-42 cm).
2. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan sebagaimana tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran

NO  PARAMETER                       SATUAN                                                     NILAI
                                                                                  Pb1                    Pb2                      Pb3
1.     Suhu                                        °C                      25 – 30              25 – 30                25 – 30
2.     pH                                            -                        5,5 – 7,5            5,5 – 7,5              5,5 – 7,5
3.     Oksigen terlarut                       mg/l                minimal 4         minimal 4            minimal 4
4.     Tinggi air dalam wadah          Cm                    25 – 35            50 – 60                 80 – 100
5.     Amoniak total (TAN)             mg/l                  maksimal 1      maksimal 1          maksimal 1
6.     Nitrit                                       mg/l                  maksimal 0,1   maksimal 0,1    maksimal 0,1
7.     Kesadahan (hardness)             ° Dh                  minimal 1         minimal 1            minimal 1

Catatan : - Pb1 = pembesaran tahap I
- Pb2 = pembesaran tahap II
- Pb3 = pembesaran tahap III

3. Persiapan wadah untuk pembesaran berupa bak fiber atau beton yang telah dilengkapi dengan aerator dan pompa filtrasi, yang sebelumnya dilakukan sterilisasi dengan UV/ozon/bahan desinfektan yang direkomendasikan.

4. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi padat tebar, ukuran tebar, sintasan, waktu pemeliharaan, dosis pakan, frekuensi pemberian pakan, ukuran panen dan pergantian air sebagaimana tercantum

Tabel 5. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran

NO       PARAMETER               SATUAN             PERSYARATAN
                                                                                  Pb1                Pb2                Pb3
1. Padat tebar                              ekor/wadah           15 – 20           10 – 15          8 – 10
2. Ukuran tebar                           cm                         12                   22                  32
3. Sintasan                                  %                           minimal 90     minimal 90    minimal 90
4. Waktu pemeliharaan              hari                         35                   60                  70
5. Dosis pakan                            %                            at satiation     at satiation     at satiation
6. Frekuensi pemberian pakan   kali/hari                  2                     1                    1
7. Ukuran panen                         cm                          22                   32                  42
8. Pergantian air                         %/hari                    10 – 20           10 – 20          10 – 20

PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN
Pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan pada budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk dilakukan dengan cara:
a. Menerapkan cara budidaya ikan yang baik;
b. Melakukan pengamatan kesehatan (visual, sampling) secara periodik setiap minggu melalui sampling atau pengambilan contoh;
c. Melakukan penanganan kasus penyakit terhadap:
1) Serangan penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi ikan sakit dalam wadah yang steril dan air dibuang ke dalam unit pengelolaan limbah;
2) Wabah penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi wadah dan penebaran ikan omnivora untuk mencegah penularan ke wadah lain/kawasan; dan
3) Wabah/kematian masal, dengan memberikan kaporit 30 ppm.
d. Monitoring kesehatan ikan, dengan parameter kualitas air, respon pakan, pertumbuhan ikan, dan penyakit dengan frekuensi paling sedikit sebagaimana tercantum pada Tabel 6;

Tabel 6. Monitoring kesehatan ikan
NO     PARAMETER               FREKUENSI (PALING SEDIKIT)
1. Kualitas air :
    - suhu                                       setiap hari
    - pH                                          setiap hari
    - oksigen terlarut                      setiap hari
    - amoniak total                         sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu
    - nitrit                                       sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu
   - kesadahan                               sesuai kebutuhan, minimal pada awal pemeliharaan dan saat
     kualitas air pada kondisi ekstrim
2. Respon pakan                          setiap hari
3. Pertumbuhan ikan                   awal dan akhir tahap pemeliharaan
4. Penyakit
- gejala klinis
- penyakit spesifik (parasit, disesuaikan dengan kebutuhan (laboratorium), bakteri, virus, jamur) setiap hari (visual) 

e.  Apabila terjadi perubahan kualitas air yang ekstrim, monitoring kesehatan ikan dapat dilakukan sesuai kebutuhan;
f. Mencatat dan menyimpan data hasil monitoring secara baik;
g.  Menganalisis data hasil monitoring untuk digunakan sebagai dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan, dan pemberian pakan serta untuk perencanaan dalam pemeliharaan selanjutnya;
h. Membuang sisa kotoran di akuarium secara rutin melalui penyiponan kesaluran pembuangan;
i.   Mengendapkan limbah lumpur di kolam sebelum dibuang ke perairan umum.

SUMBER DAYA MANUSIA
Usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk memenuhi ketentuan:
1. memiliki sumber daya manusia antara lain manajer teknis dan pelaksana teknis.
a. Manajer teknis memenuhi persyaratan:
1) mengetahui/menguasai penerapan cara budidaya ikan yang baik;
2) telah mengikuti pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan
3) harus memiliki sertifikat kompetensi budidaya.
b. Pelaksana teknis memenuhi persyaratan:
1) mendapatkan pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan
2) mampu mengisi pencatatan/rekaman selama proses pembudidayaan.

2. mampu menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN MUTU
Pembinaan dan pengendalian mutu dalam pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk:
1.  Pembinaan dilakukan oleh Direktur Jenderal, gubernur, dan bupati/wali kota sesuai  kewenangannya.
2.  Pembinaan dilakukan kepada pembudidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan mengenai usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk.
3.  Pengendalian mutu ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk dilakukan melalui sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik untuk menjamin kualitas hasil produksi budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk.

Pedoman umum ini merupakan panduan bagi pembudidaya ikan dalam melakukan pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk yang produktif, bermutu, berdaya saing, dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Selain itu, pedoman umum ini juga sebagai panduan bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk.

DESKRIPSI IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK

A. KLASIFIKASI
     Filum : Chordata
     Kelas : Actinopterygii
     Bangsa : Osteoglossiformes
     Suku : Osteoglossidae
     Marga : Scleropages
     Spesies : Scleropages formosus
     Nama Dagang : Super red
     Nama umum : Siluk
B. CIRI-CIRI MORFOLOGI
1. Bentuk badan memanjang pipih kesamping, ukuran dapat mencapai 50 cm.
2. Sisik amat besar dan keras berderet bagus seperti genting.
3. Mempunyai 2 (dua) sungut pendek dan lunak di bibir bawah.
4. Daerah penyebaran di perairan Kalimantan dan Sumatera.
5. Ikan hias asli Indonesia dari daerah Kalimantan Barat.
6. Bentuk punggung datar dan cenderung lurus dari mulut hingga sirip punggung.
7. Sirip dorsal dan sirip dorsal dan sirip anal jauh kebelakang mendekati sirip ekor.
8. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip anal berwarna merah.
C. KARAKTERISTIK BIOLOGI
1. Induk jantan memelihara anaknya di dalam mulut sampai anaknya dapat berenang mencari makan.
2. Dapat dibudidayakan di kolam – kolam dengan kondisi air netral dan suhu sekitar 270 C.
3. Pakan berupa karnivora, ikan kecil sampai serangga dan anak katak (percil).
4. Panjang induk total minimal 40 cm.
5. Umur induk minimal 3 tahun.
6. Bobot ukuran dewasa 3 – 4 kg.
7. Tinggi badan 15 – 20 cm.
8. Jumlah sisik gurat sisi 20 – 25.
9. Jumlah telur per kg induk 40 – 50 buah.
10. Diameter panjang telur 8 – 12 mm.
11. Diameter pendek telur 8 – 10 mm.

Sumber : Permen KP No. 12 Tahun 2015