Jumat, 27 Mei 2016

PENGOLAHAN IKAN CUCUT



PENGOLAHAN IKAN CUCUT

A. Penanganan Pasca Panen             
Sebagai salah satu sumber protein ikan, daging cucut tidak berbeda jauh dengan daging jenis ikan lainnya mengandung protein sekitar 20%. Yang sering menjadi keberatan dalam pemanfaatan daging cucut adalah terdapatnya senyawa urea dalam daging, darah dan organ lainnya. Kandungan urea dalam daging cucut dapat mencapai 2,5% yang dapat mempengaruhi rasa daging. Bila telah mengalami penurunan mutu sebagian urea terurai menjadi amoniak yang berbau pesing. Maka dalam upaya pemanfaatan daging cucut supaya dapat dikonsumsi layaknya daging ikan lainnya, kandungan urea harus dikurangi dan penguraian sisa urea dalam daging harus dicegah.

Preparasi ikan untuk pemisahan organ-organ tubuh sesuai dengan penggunaannya adalah sebagai berikut :
1.    Setelah pemotongan sirip, kepala dan ekor, darah dibiarkan keluar sampai habis lalu dicuci. Kemudian ikan dikuliti secara hati-hati dengan menggunakan pisau tajam yang ujungnya tidak runcing. Kulit jangan sampai tersayat atau berlubang karena goresan pisau. Bila perlu tinggalkan daging seperlunya agar belakangan dapat dibersihkan. Bersihkan kulit dari sisa daging yang melekat dan cuci dengan air bersih. Selanjutnya kulit dapat diawetkan dengan berbagai metode seperti penggunaan antiseptik, penggaraman atau pengeringan.
2.    Keluarkan isi perut secara hati-hati dan pisahkan hatinya. Setelah empedunya dibuang, hati dicuci dengan air bersih hingga bebas kotoran atau darah. Simpan hati dalam wadah khusus dan segera dinginkan dengan penambahan es untuk pengolahan lebih lanjut. Pisahkan isi perut setelah hatinya diambil untuk pengolahan lebih lanjut.
3. Belah tubuh ikan membujur mengikuti panjang garis punggung dan perut hingga menjadi dua bagian yang sama. Keluarkan tulang punggung dari belahan tubuh ikan tersebut dengan menggunakan pisau. Usahakan agar pemisahan tulang tidak terlalu merusak daging dengan sayatan yang tidak perlu. Bersihkan tulang dari sisa daging yang melekat dengan menggunakan sendok atau pisau yang tumpul. Kumpulkan daging sisa pembersihan tulang atau kulit untuk pengolahan yang sesuai seperti sosis.
4. Iris daging cucut menjadi lempengan atau fillet dan cuci bersih dengan air laut atau larutan garam 5 % untuk melarutkan darah.

B. Pengolahan Ikan Cucut
Daging ikan cucut hasil tangkapan nelayan jarang sekali dikonsumsi. Daging ikan cucut berbau pesing karena tingginya kandungan amonia sehingga tidak enak dikonsumsi. Sebelum dijadikan abon daging, ikan cucut perlu diberi perlakuan tertentu untuk mengurangi kandungan amonianya. Berikut adalah resep memasak dan bahan untuk membuat abon daging ikan cucut.

ABON IKAN
a. Bahan :
1. Daging ikan cucut (10 kg)
2. Bawang merah (1 kg). Sebanyak 750 gram dari bawang ini dijadikan bawang goreng.
3. Bawang putih (400 gram)
4. Bubuk ketumbar (50 gram)
5. Lengkuas (50 gram)
6. Daun salam (15 lembar)
7. Sereh (7 potong)
8. Gula pasir (750 gram)
9. Asam Jawa (50 gram)
10. Santan kental (2000 ml)

b. Alat :
1. Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk menyiangi dan memotong ikan.
2. Penggiling bumbu. Alat ini digunakan untuk menggiling bumbu sampai halus.
3. Wajan. Alat ini digunakan untuk menggoreng abon.
4. Pemarut. Alat ini digunakan untuk memarut kelapa.
5. Peniris sentrifugal. Alat ini digunakan untuk mengeluarkan minyak dari abon panas yang baru digoreng.
6. Alat press. Alat ini digunakan untuk memeras abon panas sehingga minyaknya keluar.

c. Cara Mengolah
1.  Penyiangan dan pemotongan. Ikan disiangi. Jeroan, insang dan kepala dibuang. Setelah itu, kulit ikan dikelupaskan, dan tulang dibuang. Selanjutnya daging dipotong kecil-kecil (1x1x1 cm), dicuci dan ditiriskan.
2. Perendaman di dalam larutan garam. Potongan daging ikan direndam di dalam larutan garam 4% (setiap 1 liter air bersih ditambah 40 gram garam), kemudian disimpan di dalam lemari pendingin selama semalam. Selama penyimpanan ikan diaduk-aduk sesering mungkin. Setelah dingin, ikan dicuci dan ditiriskan.
3. Pengukusan. Setelah ditiriskan, ikan dikukus selama kuranng lebih 1 jam. Sebaiknya pengukusan tidakterlalu lama karena selain kurang efektif dapat menghabiskan lebih banyak biaya juga akan mengurangi kandungan gizinya.
4. Pres. Setelah itu, dalam keadaan panas, ikan dipres sampai cairannya keluar.
5.  Penyuiran. Potongan daging ikan disuir-suir, kemudian ditumbuk pelanpelan sehingga berupa serat-serat halus. Selanjutnya suiran ini diolah seperti mengolah abon ikan yang telah diterangkan sebelumnya.
6. Penyiapan bumbu dan santan. Lengkuas dan sereh dipukul-pukul sampai memar. Bawang merah (250 gram), bawang putih dan ketumbar digiling halus, kemudian ditumis. Setelah agak harum, ditambahkan santan kental, lengkuas, asam jawa, gula, daun salam dan sereh. Pemanasan diteruskan sampai mendidih dan volume santan tinggal setengahnya.
7. Pemasakan abon. Suiran cucut dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam santan mendidih. Sementara itu, api dikecilkan sekedar menjaga santan tetap mendidih. Pemanasan yang disertai pengadukan dilakukan sampai suiran ikan menjadi setengah kering. Hasil yang diperoleh disebut dengan abon lembab ikan. Abon lembab cucut diangkat, kemudian digoreng di dalam minyak panas (suhu 1700°C) sampai garing (bila diremas berkemersik).
8. Penirisan. Abon panas yang baru diangkat dari minyak harus segera ditiriskan. Penirisan dianjurkan dengan menggunakan alat peniris sentrifugal, alat pres ulir, atau pres hidrolik. Setelah ditiriskan dengan alat peniris sentrifugal, atau alat pres, abon dipisah-pisahkan.


9. Pencampuran dengan bawang goreng. Abon cucut yang telah ditiriskan dicampur dengan bawang goreng. Hasil yang diperoleh disebut dengan abon cucut.
10. Pengemasan. Abon cucut dikemas di dalam kemasan yang tertutup rapat. Kantong plastik merupakan salah satu kemasan yang cukup baik digunakan untuk mengemas abon.

Sosis adalah produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbu-bumbu, dimasukkan dalam pembungkus berbentuk bulat panjang yang berupa usus hewan atau pembungkus buatan, baik dengan atau tanpa di masak maupundengan atau tanpa di asap.Akhir-akhir ini sosis tidak dibuat dari daging saja, tetapi juga dari kedelai dan ikan.

SOSIS IKAN
Pembuatan sosis ikan di Indonesia belum banyak dikenal oleh masyarakat. Padahal kandungan proteinnya yang tinggi merupakan salah satu alternative produk pangan yang dapat digunakan sebagai sumber protein yang mudah dikonsumsi (cepat saji).
a. Bahan :
1. Daging ikan 500 g
2. Tepung tapioca 50 g
3. Merica halus ½ sendok the
 4. Bawang merah 7,5 g
5. Bawang putih 1,5 g
6. Jahe 0,5 g
7. Garam halus 1,5 g
8. Minyak goring
9. Casing atau selongsong sosis (dari usus sapi, kambing, domba, atau selulosa, kolagen, plastic)
b. Alat :
1. Pisau
2. Talenan
3. Penggiling daging
4. Mixer/blender
5. Baskom
6. Dandang
7. Komppor
8. Cobek
9. Alat stuffer (alat pengisi adonan kedalam casing/selongsong).
C. Cara mengolah:
- Bersihkan ikan dari tulang dan bagian lain yang tidak berguna.
- Haluskan daging ikan dengan menggunakan gilingna mesin.
- Haluskan bawang merah, bawang putih dan jahe.
- Masukkan daging ikan tersebut kedalam mixer, jika tidak ada mixer dapat di haluskan dengan ditumbuk.
- Masukkan perlahan-lahan minyak goreng, tepung tapioca, gula halus, garam halus, merica halus, pada ikan yang telah dihaluskan.
- Adonan dimixer atau diuleni hingga merata.
- Masukkan adonan tersebut kedalam casing dengan menggunakan stuffer.

-  Ikat dengan benang panjang(sesuai yang diinginkan).
-  Kukus kurang lebih 25 menit.
Sosis yang telah matang digunting ikatan benangnya, keluarkan dari plastiknya, kemudian dikemas dan ditempatkan dalam mesin pendingin.

Pemanfaatan ikan sampai saat ini masih terbatas. Salah satu diversifikasi pemanfaatan yang telah banyak dilakukan adalah dalam bentuk kerupuk ikan.
a. Bahan :
1. Daging ikan 500g,
2. tepung tapioca 500g,
3. elur bebek 2 butir,
4. gula secukupnya,
5. garam secukupnya,
6. minyaak goreng secukupnya,
7. air 100cc.
b. Alat :
1. Pisau
2. talenen
3. blender
4. baskom
5. alat pengukus
6. Alat pengering
7. sealer
8. plastic
9. tali/benang
c. Cara mengolah :
1. Ikan bersihkan dari tulang dan bagian lain yang tidak diinginkan.
2. Dicuci hingga bersih dan kukus hingga matang.
3. Haluskan ikan dengan gilingan daging atau ditumbuk.
4.  Campur tepung tapioka dengan air sedikit demi sedikit, kemudian masukkan ikan, telur bebek, gula dan garam, aduk dan uleni hingga kalis.
5. Masukkan adonan kedalam plastic dengan diameter ±5 cm, dan ikat dengan tali atau benang.
6. Kukus adonan hingga matang, angkat dan dinginkan.
7. Iris tipis dan jemur hingga kering dengan menggunakan sinar matahari atau mesin pengering.
8. Kerupuk ikan kering siap dikemas dan dijual mentah atau digoreng dan dikemas kemudian dijual dalam bentuk matang
Daging Ikan Cucut hasil tangkapan nelayan jarang sekali dikonsumsi. Daging ikan cucut berbau pesing karena tingginya kandungan amonia sehingga tidak enak dikonsumsi. Nilai gizi ikan cucut cukup tinggi terutama protein dan mineral. Sebagai variasi produk olahan, ikan ini dapat dibuat menjadi dendeng. 
a. Bahan:
Ikan cucut
Bumbu tambahan (% dari berat ikan yang diolah):
1. Gula jawa 2,5 %
2. bawang putih 0,25%
3. kunyit 0,5%
4. lengkuas 2,5%
5. asam jawa0,5%
6. ketumbar 1%
7. tepung tempe 10%
8. garam 0,5%
9. garam untuk merendam 300 g/liter air.
b. Alat:
1. pisau
2. penghalus bumbu (blender)
3. saringan
4. kompor
5. alat penjemur/para-para.

c. Cara mengolah :
-    Ikan disiangi lalu diiris bebentuk fillet. Setelah dicuci ditiriskan.
-    Potong sepanjang 10 cm.
-    Potongan ini direndam dalam larutan garam 30% (300 g garam dilarutkan dalam 1 liter air) selama 15 menit, lalu tiriskan. 
-    Gula ditambah air dan direbus hingga agak kental.
-    Bumbu dihaluskan lalu ditambah sedikit air , direbus dan disaring. Kemudian campur dengan larutan gula.
 -   Ikan direndam dalam larutan gula+ bumbu selama 12 jam.
 -   Selanjutnya, ikan dilumuri tepung tempe secara merata, lalu dijemur hingga kering.


Kamis, 26 Mei 2016

APA RUMPUT LAUT ITU SEBENARNYA ?



APA RUMPUT LAUT ITU SEBENARNYA ?

Sebutan “ rumput laut”, walaupun   dari segi botanis (ilmu tumbuhan) tidak tepat, namun karena sudah terlanjur biasa  dipergunakan dalam dunia perdagangan di Indonesia maka istilah tersebut terus dipakai sampai sekarang. Sebutan rumput laut merupakan terjemahan harfiah dari “seaweeds” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai tumbuhan pengganggu. Rumput laut, sebenarnya adalah algae laut (agar-agar  atau ganggang) yang termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta) di laut.
Jadi, tumbuhan ini  bukanlah rumput yang tumbuh di laut karena  tidak termasuk rumput  (graminae) ataupun tumbuhan pengganggu yang merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Spermatophyta)  yang  umumnya  tumbuh di darat. Rumput laut juga tidak sama dengan “lamun” (seagrasses)  karena lamun  termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang  tumbuh menetap di perairan laut.

Dalam hampir setiap hidangan pertemuan atau upacara, selalu disajikan beraneka-ragam makanan dan  kue  termasuk di antaranya adalah agar-agar yang biasanya merupakan  makanan penutup (nock) yang dibuat dari tepung  agar berasal dari  rumput laut (algae). Pada saat kita menyantapnya, kita jarang berfikir dari mana asal-usul makanan tersebut  dan bagaimana proses pembuatannya, tetapi kita hanya memandangnya apakah makanan itu menarik, enak atau nikmat tidak untuk  dimakan. Berikut ini, marilah kita simak apa   sebenarnya rumput laut  itu.

Pertumbuhannya di laut
Apabila kita berwisata ke pantai,  sering kita mernjumpai  tumbuhan laut yang terdampar  atau terhempas ombak ke daratan  atau  melihat langsung yang masih tumbuh di laut. Tumbuhan tersebut menempel  pada bebatuan atau menancap  pada substrat pasir. Itulah umumnya  rumput laut yang tampak  dengan  beraneka-macam  bentuk  dan warnanya yang menarik. Ada yang berbentuk  bola kecil, lembaran, rumpun atau tegakan yang beraneka-ragam warna  seperti merah, coklat,  hijau  dan warna  lainnya.  Kalau kita perhatikan atau kita pegang  rumput laut tersebut maka ternyata  substansi fisiknya  ada yang keras karena mengandung zat kapur, ada yang lunak bagaikan tulang rawan dan ada juga yang  kenyal  seperti gel.

Rumput laut ini, termasuk tumbuhan yang  dalam proses metabolismenya  memerlukan  kesesuaian factor-faktor fisika dan kimia perairan  seperti gerakan air, suhu, kadar garam, nutrisi atau zat hara  seperti nitrat dan fosfat, dan pencahayaan sinar matahari.  Dalam pertumbuhannya,  zat hara  diserap dari  media air  melalui seluruh kerangka tubuhnya yang biasa disebut “thalli” (jamak) atau “thallus” (tunggal),  sedangkan proses fotosintesis berlangsung dengan bantuan sinar matahari yang menembus  ke perairan di tempat pertumbuhannya. Pada tumbuhan ini, walaupun tampaknya ada perbedaan  morfologis seperti akar, batang dan daun tetapi itu hanya  bersifat semu saja karena fungsinya sama. Hal ini  berbeda  dengan  tumbuhan tingkat tinggi  di darat  yang memiliki perbedaan fungsi  jelas antara akar, batang dan daun. “Akar”  atau disebut “holdfast”  sebenarnya hanya merupakan  bagian  dasar  pada kerangka   rumput laut dengan berbagai macam bentuk dan biasanya  hanya berfungsi sebagai alat pelekat atau penumpu  pada substrat sehingga   tumbuhnya  dapat kuat dan menetap, jadi  bukan untuk menyerap makanan dari substrat tersebut.

Pengelompokkan
Rumput laut  termasuk kelompok tumbuhan algae  yang berukuran besar, dalam artian dapat terlihat dengan mata biasa tanpa alat  pembesar dan  bersifat bentik atau tumbuh menancap atau menempel pada  suatu substrat di perairan laut. Algae yang disebut rumput laut ini   umumnya terdiri dari  kelompok algae merah (Rhodophyceae) ,  algae coklat (Phaeophyceae)  dan algae hijau (Chlorophyceae).  Ketiga kelompok ini  yang tumbuh di laut diperkirakan  ada sekitar  9000  jenis yang masing-masing  adalah  sekitar  6000  jenis Rhodophyceae,  2000 jenis  Phaeophyceae dan  1000  jenis Chlorophyceae. Algae lainnya yang berukuran  kecil  dan  hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar  seperti mikroskop  tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi  merupakan  kelompok tersendiri yang disebut  plankton. Kelompok ini  selain kecil ukurannya juga gerakannya sangat  dipengaruhi  pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian besar bergantung kepada kondisi fisik  perairan selain factor-faktor  lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya.

Pengelompokan rumput laut  menurut  perbedaan warna tersebut adalah  didasarkan atas perbedaan kandungan pigmennya. Rumput laut kelompok  merah memiliki pigmen dominan fikoeretrin (phycoerethrin) dan fikosianin  (phycocyanin)  yang  menimbulkan warna merah, walaupun pada kenyataannya di alam menunnjukkan  variasi warna lain seperti hijau, ungu dan coklat tua karena sifat adaptik kromatiknya.  Sebagai indikasi bahwa itu adalah rumput- laut merah, yaitu apabila terjemur  sinar matahari  akan tampak berubah warna asalnya  menjadi  merah-ungu, kemudian  menjadi putih karena kehilangan pigmennya. Pigmen yang  dominan pada rumput laut  kelompok coklat adalah fucoxantin, sedangkan pigmen yang dominan  pada rumput laut kelompok hijau  adalah  klorofil    (Chlorophyl) b.

Pengelompokkan lain adalah berdasarkan kandungan koloidnya. Ada kelompok rumput laut penghasil agar (senyawa polisakarida sulfat bersifat koloid) yang  biasa disebut agarofit antara lain  Gracilaria  (rambu kasang) dan Gelidium (kades). Rumput laut seperti  Eucheuma (agar-agar kasar, agar-agar patah tulang) dan Kappaphycus (cottonii) lainnya  adalah termasuk  kelompok  penghasil  karaginan  (berupa garam  sodium, kalsium dan potasium  dari senyawa polisakarida sulfat asam karaginat)  yang disebut karaginofit. Kelompok  lainnya yaitu  alginofit adalah penghasil alginat (garam kalsium, kalium, natrium dan magnesium  dari  senyawa polisakarida asam alginik), termasuk ke dalamnya  antara lain  Sargassum (oseng) dan Turbinaria.

Pengelompokkan  dan  penamaan rumput laut secara ilmiah berdasarkan jenjang taksonomiknya  diatur  secara rinci dalam Kode Internasional Nomenklatur Botani.  Nama ilmiah (scientific name) rumput laut  yang biasanya ditulis dalam bahasa latin  adalah berlaku (valid)  secara universal  di seluruh dunia. Selain itu ada juga nama rumput laut yang bersifat lokal (vernacular name)  berdasarkan kelaziman  di suatu daerah dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing. Di Indonesia misalnya ada  rumput laut yang nama ilmiahnya  Gracilaria memilki nama lokal yang berbeda-beda di setiap daerah,  ada yang menyebut rambu kasang (di Jawa), bulung sangu (di Bali), sango-sango/dongi-dongi (di Sulawesi) dan janggut dayung (di Bangk).   Ada juga nama rumput laut yang telah populer dalam dunia perdagangan  internasional, misalnya “cottonii”  untuk sebutan rumput laut  yang nama ilmiahnya Kappaphycus  dan nori untuk rumput laut Porphyra dari Jepang.
 

Perkembangbiakan
Pada rumput laut dikenal pola perkembangbiakan dengan pertukaran generasi antara  vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan dengan  cara vegetatif  adalah melalui  perbanyakan batang atau stek  dan penyebarluasan spora, sedangkan  perkembangbiakan   dengan cara  generatif  adalah melalui  perkawinan  antara gamet jantan dan gamet betina. Spora pada rumput laut ada dua macam yaitu karpospora dan tetraspora yang masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan karposporofit dan tetrasporofit.  Gamet jantan  dan gamet betina  dihasilkan oleh  dua individu tumbuhan yang terpisah dan  berbeda jenis kelaminnya yaitu tumbuhan  jantan (gametofit jantan) dan  tumbuhan  betina (gametofit betina). Sifat tumbuhan seperti ini, biasa disebut tumbuhan  berumah dua (dioceous). Ada juga   tumbuhan yang berumah satu   (monoceous) di mana  gamet jantan dan gamet betina  dihasilkan   dalam satu tumbuhan.

Jadi, di alam ada empat macam tumbuhan rumput laut yang  berbeda jenis kelamin dan tabiat reproduksinya  yaitu karposporofit, tetrasporofit, gametofit jantan dan gametofit betina. Keempat macam bentuk tumbuhan  tersebut di alam ada yang mudah terlihat dari penampilan  fisiknya (heteromorfik) tetapi ada juga yang  sulit dibedakan (isomorfik) kecuali dengan menggunakan alat pandang mikroskopik.  Perkembang biakan  vegetatif   sampai sekarang  dimanfaatkan  para penanam rumput laut dalam penyediaan bibit  dari marga  Kappaphycus (cottonii) dan Eucheuma  (agar-agar patah tulang) untuk ditumbuhkan secara komersial di beberapa negara tropis termasuk di Indonesia. Penggunaan bibit vegetatif  tersebut sampai saat ini masih dianggap yang paling mudah dan menguntungkan dari segi efisiensi waktu, tenaga dan biaya dibandingkan dengan cara-cara generatif yang masih belum diterapkan secara masal karena pertimbangan teknis dan ekonomis yang  dianggap belum  menguntungkan.

Manfaat
Tumbuhan rumput laut ini, bersama-sama dengan tumbuhan fotosintetik lainnya termasuk plankton merupakan  kelompok organisme penting  di laut karena  sebagai pembentuk makanan primer  memberikan sumbangan  besar  bagi  kehidupan binatang akuatik di laut.
Manfaatannya,  bersifat ganda yaitu :
bermanfaat langsung  bagi kepentingan manusia dan bagi kelanjutan fungsi ekologis  perairan melalui  perannya dalam   rantai makanan di laut  sebagai sumber makanan  binatang di laut.  Jadi,  secara tidak langsung    bermanfaat juga  bagi tersedianya  berbagai jenis binatang  laut yang dikonsumsi oleh manusia.

Dari  ratus-an  jenis rumput laut yang ada di Indonesia,  banyak  di antaranya  yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan,  antara lain   sebagai bahan  makanan dan sayuran. Pemanfaatan lain  adalah  sebagai  bahan mentah untuk  industri penghasil  agar, karaginan dan alginat  yang diperlukan untuk  bahan tambahan  dalam pengolahan  makanan, minuman, farmasi, kosmetika dan  tekstil di dalam dan luar negeri. Kandungan kimia lain yang penting terdapat dalam rumput laut  selain karbohidrat yang berupa polisakarida seperti agar, karaginan dan alginat juga terdapat  mineral, protein, lemak, vitamin dan yodium.  Secara tidak disadari bahwa sebenarnya manfaat dan  peran rumput laut ini telah ada pada  kehidupan kita sehari-hari. Kita berhias dengan minyak rambut, berkeramas dengan shampoo, bergosok gigi dengan odol, menikmati eskrim dan coklat, berdandan dengan baju yang bermotif warna-warni dan menyemir sepatu , kesemua bahan  yang kita pergunakan tersebut  sedikit banyak mengandung campuran  rumput laut antara lain berupa agar, karaginan dan  alginat.

Produksi rumput laut di Indonesia, sebagian   dipasok dari hasil panen  persediaan alami (stock alam) di berbagai daerah  dan  yang lainnya berasal dari hasil panen budidaya  atau rekayasa penanaman  oleh para  petani rumput laut.  Sekarang, kegiatan penanaman  rumput laut di Indonesia telah tersebar-luas ke berbagai daerah, antara lain  di  Lampung, Banten, Teluk Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.  
   
Sumber : Drs Wanda S. Atmadja MSc.
Coremap,org,id