Jumat, 19 Mei 2017

KANDUNGAN GIZI DAN PROSPEK USAHA SIDAT



KANDUNGAN GIZI DAN PROSPEK USAHA SIDAT


KANDUNGAN GIZI
Komposisi kimia hasil perikanan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam di antaranya adalah penyakit dan keturunan (jenis/gen). Sedangkan faktor luar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik biotik maupun abiotik. Stadia fisiologis juga akan mempengaruhi komposisi. Pada stadia juvenile, remaja, matang gonad, dan pasca memijah komposisi kimia akan disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis dari hasil perikanan. Jenis makanan yang tersedia juga mempengaruhi komposisi kimia ikan. Semakin tinggi kadar protein pakan yang diberikan semakin tinggi pula kadar protein daging ikan yang terukur. Ikan Sidat yang ditangkap dari alam khususnya A. bicolor termasuk ikan berlemak rendah dan sedang dengan kadar protein yang tinggi.

Beberapa tahun belakangan ini ditemukan bahwa ikan Sidat mengandung berbagai asam lemak tak jenuh yang tinggi yang tak ada pada hewan lainnya, sehingga dapat merupakan makanan utama yang memenuhi nafsu makan manusia, tanpa perlu kuatir badan akan menjadi gemuk. Tabel atas dan di bawah menunjukkan bahwa komposisi kimia ikan Sidat baik dalam satu jenis maupun jenis yang berbeda kadarnya juga berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya adalah jenis makanan yang tersedia, dengan pemberian protein yang semakin tinggi akan diikuti pula oleh kadar protein daging yang tinggi dan kadar air yang semakin rendah.

Selain kadar protein yang menentukan komposisi kimia ikan, kadar karbohidrat juga berpengaruh. Pemberian karbohidrat yang tinggi dapat menghasilkan ikan dengan kadar lemak tinggi sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa ikan Sidat yang rakus dan bersifat karnivora ternyata dengan pakan yang kaya karbohidrat juga bisa menghasilkan lemak tinggi, tetapi kadar proteinnya relatif rendah. Lemaknya dapat mencapai 25,61%, protein 15,89%, dan kadar air 57,21%.
Berdasarkan jenis pakan yang diberikan sesungguhnya pengguna dapat memilih ikan yang diharapkan, apakah kaya protein atau kaya lemak serta tekstur yang bagaimana. Komposisi kimia ikan ini tidak hanya ditentukan oleh pakan saja, tetapi juga ditentukan oleh fase fisiologis dari ikan tersebut. Namun untuk ikan Sidat belum ada data akurat mengenai perbedaan komposisi yang disebabkan oleh fase fisiologis dari ikan.

Rasa ikan Sidat harum dan enak, disebut sebagai “ginseng air”, fungsinya dalam memperpanjang umur dan melawan kelemahan dan penuaan tak ternilai. Sidat memiliki kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta omega 3 yang tinggi. Sehingga menguatkan fungsi otak dan memperlambat terjadinya kepikunan. Dibanding ikan salmon, Sidat mengandung DHA (Decosahexaenoic acid, zat wajib untuk pertumbuhan anak) sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 748 mg/100 gram. Kandungan EPA (Eicosapentaenoic acid) yang terdapat dalam ikan Sidat sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492 mg/100 gram. Ikan Sidat mempunyai kandungan asam lemak Omega 3 tinggi, yakni sekitar 10,9 gram per 100 gram. Omega 3 ini dipercaya mampu meningkatkan fungsi mental, memori, dan konsentrasi manusia. Zat yang banyak terdapat dalam lemak Sidat ini juga terbukti mampu mengobati depresi, gejala penyakit kejiwaan atau schizophrenia. Mengkonsumsi ikan Sidat dapat mengatur imunitas tubuh manusia, sebagai anti oksidan, menghilangkan racun tubuh, serta memperlambat penuaan.

Ikan Sidat adalah sejenis ikan yang mempunyai nilai gizi sangat tinggi, kaya akan protein serta vitamin D dan E, serta mempunyai mucoprotein yang kaya, disebut sebagai 'asam amino lemak ganggang' dan 'asam ribonukleat'. Ikan Sidat juga terbukti mengandung vitamin A dengan kadar 100 kali lebih banyak dibandingkan ikan-ikan yang lain. Untuk 100 gram daging Sidat mengandung 5.000 IU vitamin E. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ikan Sidat adalah rajanya ikan untuk kandungan nutrisi yang ada di dalam tubuhnya, ini berdasarkan penelitian kedokteran modern yang menemukan bahwa kandungan vitamin dan mikronutrien dalam ikan Sidat sangat tinggi, di antaranya:
1). vitamin B1, 25 kali lipat susu sapi,
2). vitamin B2, 5 kali lipat susu sapi,
3). vitamin A, 45 kali lipat susu sapi,
4). kandungan zinc (emas otak) 9 kali lipat susu sapi.
Teknologi menemukan bahwa daya hidup ikan Sidat yang ajaib bersumber dari tulang sum-sumnya yang besar dan kuat. Penelitian modern menunjukkan bahwa tulang sum-sum ikan Sidat mengadung beratus-ratus jenis zat bergizi, gizi dan nilai farmakologinya yang istimewa telah mendapat perhatian yang luas dari para pakar.

Sudah banyak terbukti, mengkonsumsi ikan Sidat secara teratur dapat mendorong terbentuknya lemak fosfat dan perkembangan otak besar, bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat. Juga memperbaiki sirkulasi kapiler, mempertahankan tekanan darah normal, mengobati pembuluh darah otak. Banyak orang merasakan manfaat mengkonsumsi ikan Sidat untuk penyakit rabun jauh, rabun dekat, glukoma dan penyakit mata kering disebabkan karena mata terlalu lelah. Minyak ikan Sidat dibuat dari ekstrak sumsum ikan Sidat segar, mengandung tiga jenis nutrien penting yaitu: asam lemak omega 3 (DHA & EPA), Phospholipids dan antioksidan Vitamin E.

PROSPEK USAHA
Usaha bisnis Sidat sebenarnya sangat cocok untuk dikembangkan mengingat peluang yang ada saat ini cukup menggembirakan, khususnya masyarakat Jepang yang saat ini merupakan konsumen ikan Sidat terbesar dunia, dimana setiap tahunnya membutuhkan 150 ribu ton dari 250 ribu ton kebutuhan dunia. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, populasi Sidat populer dunia seperti A. japonica, A. anguilla dan A. rostrata mulai menurun drastis karena konsumsi berlebihan, ditambah siklus hidup yang rumit menyebabkan stok benih budidaya ikan ini masih mengandalkan hasil tangkapan alam.

Menurunnya produksi Sidat membuat dunia mulai melirik ke spesies Sidat tropik di Indonesia yang ternyata merupakan pusat Sidat dan memiliki 12 spesies dari 18 spesies yang ada di dunia. Indonesia yang memiliki Sidat dengan jenis yang cukup beragam belum dimanfaatkan secara optimal. Kebanyakan Sidat yang dipasarkan merupakan hasil tangkapan dari alam. Sampai saat ini jumlah pembudidaya Sidat masih sangat terbatas, padahal potensi benih Sidat (glass eel) di Indonesia cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa antara jumlah produksi benih yang dihasilkan dari alam belum sepadan dengan pemanfaatannya untuk pembesaran. Dengan demikian perlu dicermati mengingat kenyataan di lapangan permintaan ekspor terhadap benih Sidat semakin meningkat, misalnya dengan dalih untuk penelitian


Senin, 15 Mei 2017

GRACILARIA, RUMPUT LAUT




Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Secara garis besar, rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis berdasarkan pigmen (zat warna) yang dikandungnya, yaitu: Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodopyceae (ganggang merah), Phaeopyceae (ganggang coklat), dan Cyanophyceae (ganggang biru). Jenis-jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting sebagai penghasil agar-agar (Agarophyta) dari kelompok Rhodophyceae (ganggang merah) antara lain adalah Acanthaopia, Glacillaria, Gelidium dan Pterrocclaidia.

Ganggang merah ditandai oleh sifat-sifat sebagai berikut:
  • Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
  • Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia.
  • Pertumbuhan bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thallus).
  • Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
  • Mempunyai pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru).
  • Bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna “thalli” seperti : pirang, violet, merah tua, merah muda, coklat, kuning, dan hijau.
  • Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (floridean starch).
  • Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, karagenan, porpiran, dan furselaran.

Rumput laut gracilaria umumnya mengandung agar, ager atau disebut juga agar-agar sebagai hasil metabolisme primernya. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah menjadi berbagai bentuk penganan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif tinggi, karena itu dikonsumsi pula sebagai makanan diet. Melalui proses tertentu agar-agar diproduksi pula untuk kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri atau kultur jaringan.

Dalam kehidupan sehari-hari, agar-agar dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti puding, jely (makanan ringan) dan sebagainya. Sedangkan dalam industri, agar-agar digunakan sebagai bahan tambahan pada pabrik pengalengan makanan, farmasi, kosmetik, cat tekstil dan Iain-lain.

Sejak berabad lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan gracilaria sebagai makanan. Baik dimasak dengan air kelapa atau dengan air santan dan gula, rumput laut juga dapat dibuat penganan, dimasak oseng-oseng atau tumis. Di beberapa daerah pesisir di wilayah nusantara ini, gracilaria diyakini dapat dimakan sebagai pencegah GAKI. Hal ini semakin jelas dari beberapa hasil penelitian, ternyata beberapa jenis gracilaria banyak mengandung iodium.

Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak  dan abu, yang mana  sebagian besar merupakan  senyawa garam  dan kalori. Bila dibandingkan dengan tanaman dan sayuran darat, kandungan protein pada rumput laut lebih tinggi. Selain itu mengandung vitamin-vitamin seperti A, B1, B2, B6,  B12, dan  C,  beta karotin  serta mineral penting seperti  besi, iodin, aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, chlor. silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium, dan unsur-unsur lainnya), asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung, dan gula. Komposisi kimiawi (%) dari beberapa jenis rumput laut dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenis
Rumput Laut
Karbo-hidrat
Protein
Lemak
Air
Abu
Serat Kasar
Echeuma cottonii
57,52
3,46
0,93
14,96
16,05
7,08
Gracilaria sp.
41,68
6,59
0,68
9,73
32,76
8,92
Sargassum sp.
19,06
5,53
0,74
11,71
34,57
28,39
Turbinaria sp.
44,90
4,79
1,66
9,38
33,54
16,38

TAKSONOMI
Divisi  : Rhodophyta
Kelas  : Rhodophyceae
Ordo    : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus            : Glacilaria
Jenis   : Glacilaria sp.

Rumput laut untuk bahan membuat agar adalah rumput laut yang termasuk pada kelas alga merah (Rhodophyta). Rumput laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula, seperti: G. confervoides, G. gigas, G. verucosa, G. lichenoides, G. crasa, G. blodgettii, G. arcuata, G. taenioides, G. eucheumoides, dan banyak lagi. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga gracilaria memiliki jenis yang paling banyak dibandingkan dengan marga lainnya.

Gracilaria merupakan rumput laut yang banyak terdapat di perairan laut Indonesia. Masyarakat pesisir mengenal Gracilaria dengan berbagai nama lokal/sebutan, antara lain:
- Janggut Dayung (Bangka)
- Agar-agar Karang (Indonesia)
- Sango-sango, Dongi-dongi (Sulawesi)
- Bulung Embulung (Jawa, Bali)
- Bulung Sangu (Bali)
- Bulung Tombong Putih (Labuhanhaji, Lombok)
- Lotu-Lotu Putih (Ambon)
- Agar-agar Jahe
- Rambu Kasang.


MORFOLOGI
Ciri umum dari Gracilaria sp. adalah mempunyai bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil, diameter thallus berkisar antara 0,5-2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih dan Glacilaria tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 ppm.

Seperti pada alga kelas lainnya, morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami gracilaria hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air yang mengandung garam laut pada konsentrasi sekitar 12-30o/oo. Sifat-sifat oseanografi, seperti sifat kimia-fisika air dan substrat, macamnya substrat serta dinamika/pergerakan air, merupakan faktor-faktor yang sangat menentukan pertumbuhan Glacilaria.

Untuk melekatkan dirinya, Gracilaria memiliki suatu alat cengkeram berbentuk cakram yang dikenal dengan sebutan 'hold fast'. Jika dilihat secara sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun, dengan tipe percabangan tidak teratur, 'dichotomous', 'alternate', 'pinnate', ataupun bentuk-bentuk percabangan yang lain.

Thallus pada umumnya berbentuk silindris atau agak memipih, namun pada G. eucheunoides dan G. textoni bentuk thallus kedua tumbuhan tersebut benar-benar gepeng. Ujung-ujung thallus umumnya meruncing, permukaan thallus halus atau berbintil-bintil. Keadaan permukaan thallus yang berbintil, umumnya ditemukan pada tumbuhan dalam bentuk karposporofit (mengandung). Panjang thallus sangat bervariasi, mulai dari 3,4 - 8 cm pada G. eucheumoides, dan dapat mencapai lebih dari 60 cm pada G. verrucosa.

DAUR HIDUP
Di alam kita dapat menemukan Gracilaria dalam 3 bentuk pertumbuhan. Secara morfologi memang ketiga bentuk pertumbuhan tadi sangat sulit dibedakan, namun jika dilihat dari segi anatomi maka dapat dibedakan:
(a) bentuk sporofit adalah tumbuhan yang memiliki kromosom diploid (2n),
(b) bentuk gametofit adalah bentuk tumbuhan haploid (1n),
(c) bentuk karposporofit adalah bentuk tumbuhan haplodiploid (sedang mengandung).
Umumnya, karposporofit dapat dibedakan dari sporofit dan gametofit, karena pada permukaan thallus sering dijumpai tonjolan-tonjolan bulat.
Perkembangbiakan gracilaria pada garis besarnya melalui dua cara, yaitu:
1. Tidak kawin (Aseksual)
a.  Vegetasi, yaitu dengan cara penyetekan;
b.  Konyugasi, yaitu dengan cara peleburan dinding sel sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih thalli;
c.  Penyebaran Spora yang terdapat pada kantung spora (carpospora, cystocarp).
2. Kawin (Seksual)
Perkawinan antara gamet-gamet yang dihasilkan dari gametofit yang merupakan hasil germinasi dari spora..

Seperti umumnya Rhodophyceae, daur hidup Gracilaria bersifat 'trifasik' (3 bentuk pertumbuhan), yang mengalami pergantian generasi antara seksual dan aseksual. Apabila awal perkembangbiakan dimulai dari generasi aseksual maka akan terlihat bahwa sporofit akan membentuk suatu badan yang disebut dengan tetrasporangia.

Selanjutnya, tetrasporangia akan menghasilkan tetraspora (Gambar 2). Tetraspora akan membelah menjadi 4 bagian, pembelahan mula-mula terjadi secara vertikal, disusul dengan pembelahan secara horizontal. Tetraspora yang telah membelah tadi akan tumbuh menjadi gametofit jantan dan gametofit betina yang masing-masing berupa tanaman 1n. Selanjutnya gametofit jantan akan membentuk sori spermatangia, yaitu suatu badan yang akan memproduksi spermatia. Sedangkan pada gametofit betina akan dibentuk suatu badan yang disebut dengan cabang-cabang carpogonia, yang akan memproduksi sel telur.


Fertilisasi terjadi secara pasif, yaitu apabila spermatia yang dikeluarkan oleh gametofit jantan dapat masuk ke dalam cabang carpogonium dan bertemu dengan sel telur. Setelah fertilisasi terjadi persatuan antara inti spermatia dan inti sel garnet betina (kariogami) sehingga terbentuk zygot (karpospora). Selanjutnya karpospora berkembang di dalam thallus gametofit betina yang kini berubah namanya menjadi karposporofit. Sel-sel lapisan luar dari karposporofit membentuk suatu badan berupa tonjolan-tonjolan tempat berkembangnya karpospora. Tonjolan-tonjolan ini disebut sistokarp atau gonimoblast, dapat terlihat jelas oleh mata. Sistokarp akan mengalami proses pematangan, yaitu dengan pertambahan besar. Pada Gracilaria verrucosa sistokarp muda berdiameter 250-300 mm, sedangkan yang telah masak diameternya berkisar antara 450-500 mm. Setelah sistokarp atau gonimoblast masak, karpospora akan dikeluarkan. Jika spora tersebut menempel pada suatu substrat maka akan tumbuh menjadi tanaman diploid (sporofit).

Penelitian lain yang mengungkapkan daur hidup Gracilaria verrucosa di dalam laboratorium telah dilakukan dengan cara memasukkan spora-spora G. verrucosa ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan SWM-3. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa tanaman betina tidak dapat membentuk cabang-cabang carpogonia tanpa adanya tanaman jantan.  

SIFAT-SIFAT HIDUP

Untuk tumbuh dan berkembang, Gracilaria membutuhkan cahaya, karbondioksida, oksigen serta nutrisi. Cahaya dibutuhkan untuk proses fotosintesa, yaitu karbondioksida akan diubah menjadi karbohidrat (senyawa organik). Sebaliknya, oksigen dibutuhkan untuk respirasi atau merombak senyawa yang mempunyai molekul besar menjadi senyawa-senyawa dengan molekul yang lebih kecil dan energi.

Pengambilan nutrisi dilakukan Gracilaria melalui proses difusi. Dalam proses pengambilan nutrisi, Gracilaria dapat menyerap serta mengakumulasikan unsur-unsur yang ada di sekitarnya dengan baik. Pada konsentrasi merkuri 0,005 ppm dalam air laut ternyata setelah 2 bulan kemudian diperoleh 0,20 ppm merkuri dalam Gracilaria, namun keadaan ini tidak mempengaruhi pertumbuhannya.

Sebagai organisme hidup Gracilaria memiliki kemampuan beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti ; suhu, salinitas, cahaya dan pH.  

a. Cahaya
Kemampuan adaptasi Gracilaria terhadap cahaya sangat baik. Cahaya yang masuk ke dalam perairan baik dalam jumlah banyak atau sedikit dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhannya. G. verrucosa dan G. foliifera memiliki toleransi yang tinggi terhadap cahaya yang berlebihan, keduanya dapat tumbuh pesat pada kedalaman 5 cm. Sedangkan G. verrucosa tumbuh di perairan yang keruh. Sinar kuning (580-630 nm) memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan G. verrucosa.

Pertumbuhan Gracilaria sp akan semakin baik apabila perairan tidak keruh karena kekeruhan akan menutupi tanaman sehingga profes fotosintesa terganggu. Sebagaimana diketahui bahwa penetrasi sinar matahari ke dalam air yang keruh akan sangat cepat menurun dibandingkan dengan perairan jernih. Ini akan berakibat daya produksi Gracilaria sp akan semakin menurun pada kondisi perairan yang semakin keruh karena terganggunya proses fotosintesa. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka tingkat sedimentasi di perairan tambak udang perlu dikaji sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana pengaruh tingkat sedimentasi terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan Gracilaria sp.

b. Suhu
Selain beradaptasi terhadap cahaya, Gracilaria juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap suhu. Kemampuan ini sangatlah bervariasi tergantung kepada tempat di mana tumbuhan tersebut hidup. Gracilaria yang hidup di Atlantik Utara dapat bertahan pada suhu 7°C di musim dingin dan 30°C di musim panas. Demikian pula di Norwegia, tumbuhan ini dapat hidup pada suhu 3°C di musim dingin, dan 14-18°C di musim panas. Akan tetapi pertumbuhan alga ini akan terhambat apabila suhu air di bawah 8°C. Untuk budidaya Gracilaria temperatur optimum yang diperlukan adalah 20-25°C. Sedangkan di Indonesia, salah satu persyaratan untuk membudidayakan Gracilaria, suhu air sebaiknya berkisar antara 20-28°C.  

c. Salinitas dan pH
Demikian pula kemampuan adaptasi Gracilaria terhadap salinitas juga sangat tinggi. Alga ini dapat hidup pada kisaran salinitas 5-43 permil. Ketahanan enam jenis Gracilaria terhadap salinitas dapat dilihat dalam daftar di bawah (Tabel 3). Secara umum untuk budidaya Gracilaria kisaran salinitas yang baik adalah 15-20 permil serta kisaran pH antara 6-9 dengan pH optimum 8,2-8,7. Untuk usaha budidaya Gracilaria di Indonesia, kisaran salinitas adalah 18-32 permil dengan salinitas optimum adalah 25 permil, sedangkan pH berkisar antara 8-8,5.

HABITAT DAN SEBARAN
Gracilaria umumnya hidup sebagai fitobentos, melekat dengan bantuan cakram pelekat (hold fast) pada substrat padat. Terdiri dari kurang lebih 100 spesies yang menyebar luas dari perairan tropis sampai subtropis. Hal ini menyebabkan beberapa penulis menyebutnya sebagai spesies yang kosmopolit.
Gracilaria hidup di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu, yang masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di perairan keruh, dekat muara sungai.

Di Indonesia terdapat lebih kurang 15 jenis Gracilaria yang menyebar di seluruh kepulauan. Di Bangka, Gracilaria convervoides hidup melekat di atas batu karang pada kedalaman 2-5 meter. Di Lombok, G. gigas ditemukan di perairan payau. Daerah sebaran Gracilaria di Indonesia meliputi : Kepulauan Riau, Bangka, Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Pulau Bawean, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Maluku