Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah
satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Secara garis besar,
rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis berdasarkan pigmen (zat
warna) yang dikandungnya, yaitu: Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodopyceae
(ganggang merah), Phaeopyceae (ganggang coklat), dan Cyanophyceae (ganggang
biru). Jenis-jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting sebagai penghasil
agar-agar (Agarophyta) dari kelompok Rhodophyceae (ganggang merah)
antara lain adalah Acanthaopia, Glacillaria, Gelidium dan Pterrocclaidia.
Ganggang merah ditandai
oleh sifat-sifat sebagai berikut:
- Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
- Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia.
- Pertumbuhan bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thallus).
- Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
- Mempunyai pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru).
- Bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna “thalli” seperti : pirang, violet, merah tua, merah muda, coklat, kuning, dan hijau.
- Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (floridean starch).
- Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, karagenan, porpiran, dan furselaran.
Rumput laut gracilaria umumnya mengandung agar,
ager atau disebut juga agar-agar sebagai hasil metabolisme primernya. Agar-agar
diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah
diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk,
yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah
menjadi berbagai bentuk penganan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan
bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif
tinggi, karena itu dikonsumsi pula sebagai makanan diet. Melalui proses
tertentu agar-agar diproduksi pula untuk kegunaan di laboratorium sebagai media
kultur bakteri atau kultur jaringan.
Dalam kehidupan
sehari-hari, agar-agar dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti puding, jely
(makanan ringan) dan sebagainya. Sedangkan dalam industri, agar-agar digunakan
sebagai bahan tambahan pada pabrik pengalengan makanan, farmasi, kosmetik, cat
tekstil dan Iain-lain.
Sejak berabad lalu, nenek moyang kita telah
memanfaatkan gracilaria sebagai makanan. Baik dimasak dengan air kelapa atau
dengan air santan dan gula, rumput laut juga dapat dibuat penganan, dimasak oseng-oseng atau tumis. Di
beberapa daerah pesisir di wilayah nusantara ini, gracilaria diyakini dapat
dimakan sebagai pencegah GAKI. Hal ini semakin jelas dari beberapa hasil
penelitian, ternyata beberapa jenis gracilaria banyak mengandung iodium.
Rumput laut memiliki
kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak dan abu, yang mana
sebagian besar merupakan senyawa garam dan kalori. Bila
dibandingkan dengan tanaman dan sayuran darat, kandungan protein pada rumput
laut lebih tinggi. Selain itu mengandung vitamin-vitamin seperti A, B1, B2,
B6, B12, dan C, beta karotin serta mineral penting
seperti besi, iodin, aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut,
phosphor, sulfur, chlor. silicon, rubidium, strontium, barium, titanium,
cobalt, boron, copper, kalium, dan unsur-unsur lainnya), asam nukleat, asam
amino, protein, mineral, trace elements,
tepung, dan gula. Komposisi kimiawi (%) dari beberapa jenis rumput laut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Jenis
Rumput Laut
|
Karbo-hidrat
|
Protein
|
Lemak
|
Air
|
Abu
|
Serat Kasar
|
Echeuma cottonii
|
57,52
|
3,46
|
0,93
|
14,96
|
16,05
|
7,08
|
Gracilaria sp.
|
41,68
|
6,59
|
0,68
|
9,73
|
32,76
|
8,92
|
Sargassum sp.
|
19,06
|
5,53
|
0,74
|
11,71
|
34,57
|
28,39
|
Turbinaria sp.
|
44,90
|
4,79
|
1,66
|
9,38
|
33,54
|
16,38
|
TAKSONOMI
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Glacilaria
Jenis : Glacilaria sp.
Rumput laut untuk bahan membuat agar adalah rumput
laut yang termasuk pada kelas alga merah (Rhodophyta). Rumput laut marga
gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan
anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula, seperti: G.
confervoides, G. gigas, G. verucosa, G. lichenoides, G. crasa, G. blodgettii,
G. arcuata, G. taenioides, G. eucheumoides, dan banyak lagi. Beberapa ahli
menduga bahwa rumput laut marga gracilaria memiliki jenis yang paling banyak
dibandingkan dengan marga lainnya.
Gracilaria merupakan rumput
laut yang banyak terdapat di perairan laut Indonesia. Masyarakat pesisir
mengenal Gracilaria dengan
berbagai nama lokal/sebutan, antara lain:
- Janggut Dayung (Bangka)
- Agar-agar Karang (Indonesia)
- Sango-sango, Dongi-dongi
(Sulawesi)
- Bulung Embulung (Jawa,
Bali)
- Bulung Sangu (Bali)
- Bulung Tombong Putih
(Labuhanhaji, Lombok)
- Lotu-Lotu Putih (Ambon)
- Agar-agar Jahe
- Rambu Kasang.
MORFOLOGI
Ciri umum dari Gracilaria
sp. adalah mempunyai bentuk thallus
silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada
yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli
(kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil,
diameter thallus berkisar antara 0,5-2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm
atau lebih dan Glacilaria tumbuh
di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas
ideal berkisar 20-28 ppm.
Seperti pada alga kelas
lainnya, morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar,
batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus
(jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami gracilaria
hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada substrat yang
berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu,
pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air yang
mengandung garam laut pada konsentrasi sekitar 12-30o/oo.
Sifat-sifat oseanografi, seperti sifat kimia-fisika air dan substrat, macamnya
substrat serta dinamika/pergerakan air, merupakan faktor-faktor yang sangat
menentukan pertumbuhan Glacilaria.
Untuk melekatkan dirinya, Gracilaria memiliki suatu alat
cengkeram berbentuk cakram yang dikenal dengan sebutan 'hold fast'. Jika
dilihat secara sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun, dengan tipe percabangan
tidak teratur, 'dichotomous', 'alternate', 'pinnate', ataupun bentuk-bentuk percabangan yang lain.
Thallus pada umumnya
berbentuk silindris atau agak memipih, namun pada G. eucheunoides dan G. textoni bentuk thallus kedua tumbuhan tersebut benar-benar gepeng. Ujung-ujung thallus umumnya meruncing, permukaan thallus halus atau berbintil-bintil.
Keadaan permukaan thallus yang berbintil, umumnya ditemukan pada tumbuhan dalam
bentuk karposporofit (mengandung).
Panjang thallus sangat bervariasi,
mulai dari 3,4 - 8 cm pada G. eucheumoides, dan dapat mencapai lebih dari 60 cm pada G. verrucosa.
DAUR HIDUP
Di
alam kita dapat menemukan Gracilaria dalam
3 bentuk pertumbuhan. Secara morfologi memang ketiga bentuk pertumbuhan tadi
sangat sulit dibedakan, namun jika dilihat dari segi anatomi maka dapat
dibedakan:
(a) bentuk sporofit adalah tumbuhan yang memiliki kromosom
diploid (2n),
(b) bentuk gametofit adalah bentuk tumbuhan haploid
(1n),
(c) bentuk karposporofit
adalah bentuk tumbuhan haplodiploid (sedang mengandung).
Umumnya, karposporofit
dapat dibedakan dari sporofit dan gametofit, karena pada permukaan thallus
sering dijumpai tonjolan-tonjolan bulat.
Perkembangbiakan gracilaria pada garis besarnya
melalui dua cara, yaitu:
1. Tidak kawin (Aseksual)
a. Vegetasi, yaitu dengan cara penyetekan;
b. Konyugasi, yaitu dengan cara peleburan dinding sel
sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih thalli;
c. Penyebaran Spora yang terdapat pada kantung spora (carpospora, cystocarp).
2. Kawin (Seksual)
Perkawinan antara
gamet-gamet yang dihasilkan dari gametofit yang merupakan hasil germinasi
dari spora..
Seperti umumnya
Rhodophyceae, daur hidup Gracilaria bersifat
'trifasik' (3 bentuk pertumbuhan), yang mengalami pergantian generasi antara seksual
dan aseksual. Apabila awal perkembangbiakan dimulai dari generasi aseksual maka
akan terlihat bahwa sporofit akan membentuk suatu badan yang disebut dengan tetrasporangia.
Selanjutnya, tetrasporangia
akan menghasilkan tetraspora (Gambar
2). Tetraspora akan membelah menjadi 4 bagian, pembelahan mula-mula terjadi
secara vertikal, disusul dengan pembelahan secara horizontal. Tetraspora yang
telah membelah tadi akan tumbuh menjadi gametofit jantan dan gametofit betina
yang masing-masing berupa tanaman 1n. Selanjutnya gametofit jantan akan
membentuk sori spermatangia, yaitu
suatu badan yang akan memproduksi spermatia.
Sedangkan pada gametofit betina akan dibentuk suatu badan yang disebut dengan
cabang-cabang carpogonia, yang akan
memproduksi sel telur.
Fertilisasi terjadi secara pasif, yaitu apabila spermatia yang dikeluarkan oleh gametofit jantan dapat masuk ke dalam cabang carpogonium dan bertemu dengan sel telur. Setelah fertilisasi terjadi persatuan antara inti spermatia dan inti sel garnet betina (kariogami) sehingga terbentuk zygot (karpospora). Selanjutnya karpospora berkembang di dalam thallus gametofit betina yang kini berubah namanya menjadi karposporofit. Sel-sel lapisan luar dari karposporofit membentuk suatu badan berupa tonjolan-tonjolan tempat berkembangnya karpospora. Tonjolan-tonjolan ini disebut sistokarp atau gonimoblast, dapat terlihat jelas oleh mata. Sistokarp akan mengalami proses pematangan, yaitu dengan pertambahan besar. Pada Gracilaria verrucosa sistokarp muda berdiameter 250-300 mm, sedangkan yang telah masak diameternya berkisar antara 450-500 mm. Setelah sistokarp atau gonimoblast masak, karpospora akan dikeluarkan. Jika spora tersebut menempel pada suatu substrat maka akan tumbuh menjadi tanaman diploid (sporofit).
Penelitian lain yang
mengungkapkan daur hidup Gracilaria verrucosa di dalam laboratorium telah dilakukan dengan cara memasukkan
spora-spora G. verrucosa ke
dalam erlenmeyer yang berisi larutan SWM-3. Hasil yang diperoleh memperlihatkan
bahwa tanaman betina tidak dapat membentuk cabang-cabang carpogonia tanpa
adanya tanaman jantan.
SIFAT-SIFAT HIDUP
Untuk tumbuh dan
berkembang, Gracilaria membutuhkan
cahaya, karbondioksida, oksigen serta nutrisi. Cahaya dibutuhkan untuk proses
fotosintesa, yaitu karbondioksida akan diubah menjadi karbohidrat (senyawa
organik). Sebaliknya, oksigen dibutuhkan untuk respirasi atau merombak senyawa
yang mempunyai molekul besar menjadi senyawa-senyawa dengan molekul yang lebih
kecil dan energi.
Pengambilan nutrisi
dilakukan Gracilaria melalui
proses difusi. Dalam proses pengambilan nutrisi, Gracilaria dapat menyerap serta mengakumulasikan unsur-unsur
yang ada di sekitarnya dengan baik. Pada konsentrasi merkuri 0,005 ppm dalam
air laut ternyata setelah 2 bulan kemudian diperoleh 0,20 ppm merkuri dalam Gracilaria, namun keadaan ini tidak
mempengaruhi pertumbuhannya.
Sebagai organisme hidup Gracilaria memiliki kemampuan
beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti ; suhu, salinitas, cahaya
dan pH.
a.
Cahaya
Kemampuan adaptasi Gracilaria terhadap cahaya sangat
baik. Cahaya yang masuk ke dalam perairan baik dalam jumlah banyak atau sedikit
dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhannya. G. verrucosa dan G. foliifera memiliki toleransi yang tinggi
terhadap cahaya yang berlebihan, keduanya dapat tumbuh pesat pada kedalaman 5
cm. Sedangkan G. verrucosa tumbuh
di perairan yang keruh. Sinar kuning (580-630 nm) memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan G. verrucosa.
Pertumbuhan Gracilaria sp akan semakin baik apabila
perairan tidak keruh karena kekeruhan akan menutupi tanaman sehingga profes
fotosintesa terganggu. Sebagaimana diketahui bahwa penetrasi sinar matahari ke
dalam air yang keruh akan sangat cepat menurun dibandingkan dengan perairan
jernih. Ini akan berakibat daya produksi Gracilaria
sp akan semakin menurun pada kondisi perairan yang semakin keruh karena
terganggunya proses fotosintesa. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di
atas maka tingkat sedimentasi di perairan tambak udang perlu dikaji sehingga
dapat diketahui sampai sejauh mana pengaruh tingkat sedimentasi terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan Gracilaria
sp.
b.
Suhu
Selain beradaptasi terhadap
cahaya, Gracilaria juga
memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap suhu. Kemampuan ini sangatlah
bervariasi tergantung kepada tempat di mana tumbuhan tersebut hidup. Gracilaria yang hidup di Atlantik
Utara dapat bertahan pada suhu 7°C di musim dingin dan 30°C di musim panas.
Demikian pula di Norwegia, tumbuhan ini dapat hidup pada suhu 3°C di musim
dingin, dan 14-18°C di musim panas. Akan tetapi pertumbuhan alga ini akan
terhambat apabila suhu air di bawah 8°C. Untuk budidaya Gracilaria temperatur optimum yang diperlukan adalah 20-25°C.
Sedangkan di Indonesia, salah satu persyaratan untuk membudidayakan Gracilaria, suhu air sebaiknya
berkisar antara 20-28°C.
c.
Salinitas dan pH
Demikian pula kemampuan
adaptasi Gracilaria terhadap
salinitas juga sangat tinggi. Alga ini dapat hidup pada kisaran salinitas 5-43
permil. Ketahanan enam jenis Gracilaria
terhadap salinitas dapat dilihat dalam daftar di bawah (Tabel 3). Secara
umum untuk budidaya Gracilaria kisaran
salinitas yang baik adalah 15-20 permil serta kisaran pH antara 6-9 dengan pH
optimum 8,2-8,7. Untuk usaha budidaya Gracilaria
di Indonesia, kisaran salinitas adalah 18-32 permil dengan salinitas
optimum adalah 25 permil, sedangkan pH berkisar antara 8-8,5.
HABITAT DAN
SEBARAN
Gracilaria
umumnya
hidup sebagai fitobentos, melekat
dengan bantuan cakram pelekat (hold fast) pada substrat padat. Terdiri
dari kurang lebih 100 spesies yang menyebar luas dari perairan tropis sampai
subtropis. Hal ini menyebabkan beberapa penulis menyebutnya sebagai spesies
yang kosmopolit.
Gracilaria
hidup
di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu,
yang masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup
di perairan keruh, dekat muara sungai.
Di Indonesia terdapat lebih
kurang 15 jenis Gracilaria yang
menyebar di seluruh kepulauan. Di Bangka, Gracilaria convervoides hidup melekat di atas batu karang
pada kedalaman 2-5 meter. Di Lombok, G. gigas ditemukan di perairan payau. Daerah sebaran Gracilaria di Indonesia meliputi :
Kepulauan Riau, Bangka, Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores,
Pulau Bawean, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Maluku
0 komentar:
Posting Komentar