Senin, 15 Mei 2017

GRACILARIA, RUMPUT LAUT




Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Secara garis besar, rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis berdasarkan pigmen (zat warna) yang dikandungnya, yaitu: Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodopyceae (ganggang merah), Phaeopyceae (ganggang coklat), dan Cyanophyceae (ganggang biru). Jenis-jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting sebagai penghasil agar-agar (Agarophyta) dari kelompok Rhodophyceae (ganggang merah) antara lain adalah Acanthaopia, Glacillaria, Gelidium dan Pterrocclaidia.

Ganggang merah ditandai oleh sifat-sifat sebagai berikut:
  • Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
  • Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia.
  • Pertumbuhan bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thallus).
  • Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
  • Mempunyai pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru).
  • Bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna “thalli” seperti : pirang, violet, merah tua, merah muda, coklat, kuning, dan hijau.
  • Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (floridean starch).
  • Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, karagenan, porpiran, dan furselaran.

Rumput laut gracilaria umumnya mengandung agar, ager atau disebut juga agar-agar sebagai hasil metabolisme primernya. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah menjadi berbagai bentuk penganan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif tinggi, karena itu dikonsumsi pula sebagai makanan diet. Melalui proses tertentu agar-agar diproduksi pula untuk kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri atau kultur jaringan.

Dalam kehidupan sehari-hari, agar-agar dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti puding, jely (makanan ringan) dan sebagainya. Sedangkan dalam industri, agar-agar digunakan sebagai bahan tambahan pada pabrik pengalengan makanan, farmasi, kosmetik, cat tekstil dan Iain-lain.

Sejak berabad lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan gracilaria sebagai makanan. Baik dimasak dengan air kelapa atau dengan air santan dan gula, rumput laut juga dapat dibuat penganan, dimasak oseng-oseng atau tumis. Di beberapa daerah pesisir di wilayah nusantara ini, gracilaria diyakini dapat dimakan sebagai pencegah GAKI. Hal ini semakin jelas dari beberapa hasil penelitian, ternyata beberapa jenis gracilaria banyak mengandung iodium.

Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak  dan abu, yang mana  sebagian besar merupakan  senyawa garam  dan kalori. Bila dibandingkan dengan tanaman dan sayuran darat, kandungan protein pada rumput laut lebih tinggi. Selain itu mengandung vitamin-vitamin seperti A, B1, B2, B6,  B12, dan  C,  beta karotin  serta mineral penting seperti  besi, iodin, aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, chlor. silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium, dan unsur-unsur lainnya), asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung, dan gula. Komposisi kimiawi (%) dari beberapa jenis rumput laut dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenis
Rumput Laut
Karbo-hidrat
Protein
Lemak
Air
Abu
Serat Kasar
Echeuma cottonii
57,52
3,46
0,93
14,96
16,05
7,08
Gracilaria sp.
41,68
6,59
0,68
9,73
32,76
8,92
Sargassum sp.
19,06
5,53
0,74
11,71
34,57
28,39
Turbinaria sp.
44,90
4,79
1,66
9,38
33,54
16,38

TAKSONOMI
Divisi  : Rhodophyta
Kelas  : Rhodophyceae
Ordo    : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus            : Glacilaria
Jenis   : Glacilaria sp.

Rumput laut untuk bahan membuat agar adalah rumput laut yang termasuk pada kelas alga merah (Rhodophyta). Rumput laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula, seperti: G. confervoides, G. gigas, G. verucosa, G. lichenoides, G. crasa, G. blodgettii, G. arcuata, G. taenioides, G. eucheumoides, dan banyak lagi. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga gracilaria memiliki jenis yang paling banyak dibandingkan dengan marga lainnya.

Gracilaria merupakan rumput laut yang banyak terdapat di perairan laut Indonesia. Masyarakat pesisir mengenal Gracilaria dengan berbagai nama lokal/sebutan, antara lain:
- Janggut Dayung (Bangka)
- Agar-agar Karang (Indonesia)
- Sango-sango, Dongi-dongi (Sulawesi)
- Bulung Embulung (Jawa, Bali)
- Bulung Sangu (Bali)
- Bulung Tombong Putih (Labuhanhaji, Lombok)
- Lotu-Lotu Putih (Ambon)
- Agar-agar Jahe
- Rambu Kasang.


MORFOLOGI
Ciri umum dari Gracilaria sp. adalah mempunyai bentuk thallus silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil, diameter thallus berkisar antara 0,5-2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih dan Glacilaria tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 ppm.

Seperti pada alga kelas lainnya, morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami gracilaria hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air yang mengandung garam laut pada konsentrasi sekitar 12-30o/oo. Sifat-sifat oseanografi, seperti sifat kimia-fisika air dan substrat, macamnya substrat serta dinamika/pergerakan air, merupakan faktor-faktor yang sangat menentukan pertumbuhan Glacilaria.

Untuk melekatkan dirinya, Gracilaria memiliki suatu alat cengkeram berbentuk cakram yang dikenal dengan sebutan 'hold fast'. Jika dilihat secara sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun, dengan tipe percabangan tidak teratur, 'dichotomous', 'alternate', 'pinnate', ataupun bentuk-bentuk percabangan yang lain.

Thallus pada umumnya berbentuk silindris atau agak memipih, namun pada G. eucheunoides dan G. textoni bentuk thallus kedua tumbuhan tersebut benar-benar gepeng. Ujung-ujung thallus umumnya meruncing, permukaan thallus halus atau berbintil-bintil. Keadaan permukaan thallus yang berbintil, umumnya ditemukan pada tumbuhan dalam bentuk karposporofit (mengandung). Panjang thallus sangat bervariasi, mulai dari 3,4 - 8 cm pada G. eucheumoides, dan dapat mencapai lebih dari 60 cm pada G. verrucosa.

DAUR HIDUP
Di alam kita dapat menemukan Gracilaria dalam 3 bentuk pertumbuhan. Secara morfologi memang ketiga bentuk pertumbuhan tadi sangat sulit dibedakan, namun jika dilihat dari segi anatomi maka dapat dibedakan:
(a) bentuk sporofit adalah tumbuhan yang memiliki kromosom diploid (2n),
(b) bentuk gametofit adalah bentuk tumbuhan haploid (1n),
(c) bentuk karposporofit adalah bentuk tumbuhan haplodiploid (sedang mengandung).
Umumnya, karposporofit dapat dibedakan dari sporofit dan gametofit, karena pada permukaan thallus sering dijumpai tonjolan-tonjolan bulat.
Perkembangbiakan gracilaria pada garis besarnya melalui dua cara, yaitu:
1. Tidak kawin (Aseksual)
a.  Vegetasi, yaitu dengan cara penyetekan;
b.  Konyugasi, yaitu dengan cara peleburan dinding sel sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih thalli;
c.  Penyebaran Spora yang terdapat pada kantung spora (carpospora, cystocarp).
2. Kawin (Seksual)
Perkawinan antara gamet-gamet yang dihasilkan dari gametofit yang merupakan hasil germinasi dari spora..

Seperti umumnya Rhodophyceae, daur hidup Gracilaria bersifat 'trifasik' (3 bentuk pertumbuhan), yang mengalami pergantian generasi antara seksual dan aseksual. Apabila awal perkembangbiakan dimulai dari generasi aseksual maka akan terlihat bahwa sporofit akan membentuk suatu badan yang disebut dengan tetrasporangia.

Selanjutnya, tetrasporangia akan menghasilkan tetraspora (Gambar 2). Tetraspora akan membelah menjadi 4 bagian, pembelahan mula-mula terjadi secara vertikal, disusul dengan pembelahan secara horizontal. Tetraspora yang telah membelah tadi akan tumbuh menjadi gametofit jantan dan gametofit betina yang masing-masing berupa tanaman 1n. Selanjutnya gametofit jantan akan membentuk sori spermatangia, yaitu suatu badan yang akan memproduksi spermatia. Sedangkan pada gametofit betina akan dibentuk suatu badan yang disebut dengan cabang-cabang carpogonia, yang akan memproduksi sel telur.


Fertilisasi terjadi secara pasif, yaitu apabila spermatia yang dikeluarkan oleh gametofit jantan dapat masuk ke dalam cabang carpogonium dan bertemu dengan sel telur. Setelah fertilisasi terjadi persatuan antara inti spermatia dan inti sel garnet betina (kariogami) sehingga terbentuk zygot (karpospora). Selanjutnya karpospora berkembang di dalam thallus gametofit betina yang kini berubah namanya menjadi karposporofit. Sel-sel lapisan luar dari karposporofit membentuk suatu badan berupa tonjolan-tonjolan tempat berkembangnya karpospora. Tonjolan-tonjolan ini disebut sistokarp atau gonimoblast, dapat terlihat jelas oleh mata. Sistokarp akan mengalami proses pematangan, yaitu dengan pertambahan besar. Pada Gracilaria verrucosa sistokarp muda berdiameter 250-300 mm, sedangkan yang telah masak diameternya berkisar antara 450-500 mm. Setelah sistokarp atau gonimoblast masak, karpospora akan dikeluarkan. Jika spora tersebut menempel pada suatu substrat maka akan tumbuh menjadi tanaman diploid (sporofit).

Penelitian lain yang mengungkapkan daur hidup Gracilaria verrucosa di dalam laboratorium telah dilakukan dengan cara memasukkan spora-spora G. verrucosa ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan SWM-3. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa tanaman betina tidak dapat membentuk cabang-cabang carpogonia tanpa adanya tanaman jantan.  

SIFAT-SIFAT HIDUP

Untuk tumbuh dan berkembang, Gracilaria membutuhkan cahaya, karbondioksida, oksigen serta nutrisi. Cahaya dibutuhkan untuk proses fotosintesa, yaitu karbondioksida akan diubah menjadi karbohidrat (senyawa organik). Sebaliknya, oksigen dibutuhkan untuk respirasi atau merombak senyawa yang mempunyai molekul besar menjadi senyawa-senyawa dengan molekul yang lebih kecil dan energi.

Pengambilan nutrisi dilakukan Gracilaria melalui proses difusi. Dalam proses pengambilan nutrisi, Gracilaria dapat menyerap serta mengakumulasikan unsur-unsur yang ada di sekitarnya dengan baik. Pada konsentrasi merkuri 0,005 ppm dalam air laut ternyata setelah 2 bulan kemudian diperoleh 0,20 ppm merkuri dalam Gracilaria, namun keadaan ini tidak mempengaruhi pertumbuhannya.

Sebagai organisme hidup Gracilaria memiliki kemampuan beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti ; suhu, salinitas, cahaya dan pH.  

a. Cahaya
Kemampuan adaptasi Gracilaria terhadap cahaya sangat baik. Cahaya yang masuk ke dalam perairan baik dalam jumlah banyak atau sedikit dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhannya. G. verrucosa dan G. foliifera memiliki toleransi yang tinggi terhadap cahaya yang berlebihan, keduanya dapat tumbuh pesat pada kedalaman 5 cm. Sedangkan G. verrucosa tumbuh di perairan yang keruh. Sinar kuning (580-630 nm) memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan G. verrucosa.

Pertumbuhan Gracilaria sp akan semakin baik apabila perairan tidak keruh karena kekeruhan akan menutupi tanaman sehingga profes fotosintesa terganggu. Sebagaimana diketahui bahwa penetrasi sinar matahari ke dalam air yang keruh akan sangat cepat menurun dibandingkan dengan perairan jernih. Ini akan berakibat daya produksi Gracilaria sp akan semakin menurun pada kondisi perairan yang semakin keruh karena terganggunya proses fotosintesa. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka tingkat sedimentasi di perairan tambak udang perlu dikaji sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana pengaruh tingkat sedimentasi terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan Gracilaria sp.

b. Suhu
Selain beradaptasi terhadap cahaya, Gracilaria juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap suhu. Kemampuan ini sangatlah bervariasi tergantung kepada tempat di mana tumbuhan tersebut hidup. Gracilaria yang hidup di Atlantik Utara dapat bertahan pada suhu 7°C di musim dingin dan 30°C di musim panas. Demikian pula di Norwegia, tumbuhan ini dapat hidup pada suhu 3°C di musim dingin, dan 14-18°C di musim panas. Akan tetapi pertumbuhan alga ini akan terhambat apabila suhu air di bawah 8°C. Untuk budidaya Gracilaria temperatur optimum yang diperlukan adalah 20-25°C. Sedangkan di Indonesia, salah satu persyaratan untuk membudidayakan Gracilaria, suhu air sebaiknya berkisar antara 20-28°C.  

c. Salinitas dan pH
Demikian pula kemampuan adaptasi Gracilaria terhadap salinitas juga sangat tinggi. Alga ini dapat hidup pada kisaran salinitas 5-43 permil. Ketahanan enam jenis Gracilaria terhadap salinitas dapat dilihat dalam daftar di bawah (Tabel 3). Secara umum untuk budidaya Gracilaria kisaran salinitas yang baik adalah 15-20 permil serta kisaran pH antara 6-9 dengan pH optimum 8,2-8,7. Untuk usaha budidaya Gracilaria di Indonesia, kisaran salinitas adalah 18-32 permil dengan salinitas optimum adalah 25 permil, sedangkan pH berkisar antara 8-8,5.

HABITAT DAN SEBARAN
Gracilaria umumnya hidup sebagai fitobentos, melekat dengan bantuan cakram pelekat (hold fast) pada substrat padat. Terdiri dari kurang lebih 100 spesies yang menyebar luas dari perairan tropis sampai subtropis. Hal ini menyebabkan beberapa penulis menyebutnya sebagai spesies yang kosmopolit.
Gracilaria hidup di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu, yang masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di perairan keruh, dekat muara sungai.

Di Indonesia terdapat lebih kurang 15 jenis Gracilaria yang menyebar di seluruh kepulauan. Di Bangka, Gracilaria convervoides hidup melekat di atas batu karang pada kedalaman 2-5 meter. Di Lombok, G. gigas ditemukan di perairan payau. Daerah sebaran Gracilaria di Indonesia meliputi : Kepulauan Riau, Bangka, Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Pulau Bawean, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Maluku

0 komentar:

Posting Komentar