BUDIDAYA KERAPU DALAM
JARING APUNG
1. Latar Belakang
Dewasa ini
permintaan ikan kerapu terus meningkat, baik untuk pasar domestik maupun
ekspor. Guna memenuhi permintaan tersebut tidak bisa hanya mengandalkan hasil
penangkapan dialam, tetapi harus diupayakan melalui usaha budidaya. Sampai saat
ini usaha budidaya ikan kerapu telah banyak dilakukan, khususnya dalam karamba
jaring apung (kajapung) (Ahmad et al., 1991; Murdjani, 1999).
Selama ini
kegiatan budidaya (pembesaran) ikan kerapu kebanyakan masih merupakan kegiatan
pembesaran benih hasil penangkapan dari alam. Dengan semakin berkembangnya
usaha budidaya ikan kerapu tersebut, kendala kekurangan benih dalam jumlah
cukup dan berkualitas baik secara berkesinambungan semakin terasa. Oleh karena
itu pasokan benih dari panti pembenihan (hatchery) merupakan alternatif paling
tepat.
Rintisan untuk
menyediaan benih ikan kerapu lewat panti pembenihan (hatchery) telah dilakukan
oleh Loka Budidaya Air Payau Situbondo sejak tahun 1995. Keberhasilan
pembenihan dimulai sejak tahun 1996, dan saat ini telah dapat dipijahkan 6
(enam) jenis ikan kerapu (kerapu macan, kerapu lumpur, kerapu malabar, kerapu
tikus, kerapu alis dan kerapu sunu). Dari 6 (enam) jenis kerapu yang telah
berhasil dipijahkan tersebut, telah berhasil diproduksi benih secara massal
sampai ukuran 3-5 cm sebanyak 4 (empat) jenis yaitu kerapu macan, kerapu
lumpur, kerapu malabar dan kerapu tikus. Ke-4 jenis kerapu tersebut
potensial untuk dibudidayakan (pembesaran) dalam karamba jaring terapung.
2. Deskripsi
Ikan kerapu
termasuk famili serranidae yang dapat dibedakan berdasarkan bentuk tubuh,
jumlah duri sirip dan warna kulit (Ahmad et al., 1991). Selanjutnya
Kohno et al., (1990) menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 46 spesies
kerapu, namun tidak semua jenis ikan tersebut potensial untuk dibudidayakan. Beberapa
jenis ikan kerapu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ikan
budidaya diantaranya adalah jenis ikan kerapu macan (E. Fuscoguttatus),
kerapu lumpur (E. Tauvina; E. Suillus), kerapu malabar (E.
Malabaricus), kerapu tikus (Cromileptis altivelis), kerapu sunu (Plectropomus
leopardus; P. maculatus) dan kerapu alis (Cheilinus undulatus).
Pengetahuan
tingkah laku dan kebiasaan makan harus diketahui dan dipahami agar teknologi
budidaya yang diterapkan bisa tepat. Ikan kerapu merupakan ikan buas yang
rakus, suka hidup menyendiri dan banyak terdapat didaerah terumbu karang serta
daerah muara. Ikan kerapu menyukai naungan (“shelter”) sebagai tempat
sembunyi dan menghindarkan diri dari sinar matahari secara langsung. Di alam
ikan kerapu mencari makan dengan menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya.
Setelah mangsa tertangkap, ikan kerapu kembali ketempat persembunyiannya. Jenis
makanan yang disukai adalah ikan, cumi-cumi dan udang yang berukuran 10-25 %
ukuran tubuhnya. Perbandingan jumlah pakan dengan berat ikan kerapu menurun
sesuai pertambahan berat.
3. Persyaratan
Lokasi
3.1.
Faktor Resiko
a. Lokasi Harus Terlindung dari Badai dan Gelombang
Besar
Badai dan
gelombang besar akan mudah merusak konstruksi karamba. Gelombang yang terus
menerus akan menyebabkan ikan mudah stress dan selera makannya rendah.
b. Lokasi Harus Bebas dari Bahan Pencemar
Lokasi harus
bebas dari bahan pencemaran yang bisa mengganggu kehidupan ikan. Pencemaran
tersebut dapat berupa limbah industri, limbah pertanian maupun limbah rumah
tangga.
c. Lokasi Harus Bebas dari Predator
Predator ikan
budidaya ialah hewan buas laut dan burung-burung laut. Beberapa jenis hewan
laut yang bisa menjadi predator adalah ikan buntal dan penyu.
d.
Lokasi Harus
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Hindarkan
konflik penggunaan lokasi.
3.2.
Faktor Kenyamanan
Lokasi budidaya
sebaiknya dekat dengan jalan besar, pelelangan ikan (sumber pakan), dan pemasok
sarana serta prasarana yang diperlukan (misalkan : listrik, telpon dll).
3.3.
Faktor Hidrografi
Selain harus
jernih, bebas pencemaran. Elevasi lokasi cocok untuk usaha pertambakan.
4. Benih
Benih untuk
pembesaran adalah berukuran 75-100 gram per ekor. Kriteria benih yang bermutu
bagus adalah sebagai berikut :
·
Ukuran
seragam
·
Ukuran
panjang rata-rata 10-15 cm
·
Bebas
penyakit
·
Bergerak
aktif bila ditangkap
·
Mempunyai
respon yang baik
·
Warna
sisik cerah
·
Sorot
mata terang
·
Sisik,
sirip lengkap
·
Bila
tidak diberi makan posisi menyebar
4.1.
Teknik Penebaran Benih
Benih yang
digunakan dapat berasal dari alam atau dari panti pembenihan. Salah satu
kelebihan dari benih yang berasal dari panti pembenihan adalah ukurannya
relatif seragam dan ketersediaannya berkesinambungan. Proses penebaran seperti
waktu menyebabkan ikan stress yang nantinya akan berpengaruh pada laju
pertumbuhan dan keadaan lingkungan perlu diperhatikan karena dapat dan
kelangsungan hidup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi yaitu :
·
Waktu
penebaran (sebaiknya pagi dan sore hari, atau saat cuaca teduh)
·
Sifat
kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi
·
Aklimatisasi,
terutama suhu dan salinitas.
Cara
aklimatisasi yang dilakukan pada benih pada pengangkutan tertutup adalah
sebagai berikut : Kantong plastik dibuka, kemudian diukur suhu dan
salunitasnya. Jika salinitasnya sama atau berbeda 1-2 ppt, benih bisa ditebar
langsung setelah disesuaikan suhunya.
4.2.
Padat Penebaran
Padat penebaran
yang optimum bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan. Padat pebaran awal
adalah 25 kg/m3 dengan perhitungan kondisi pakan, benih dan
lingkungan mendukung.
5. Pakan
Pakan yang
digunakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan yang baik
mempunyai komposisi protein, mineral dan vitamin yang sesuai dengan pakan yang
dimakan secara alami oleh kerapu. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar
seluas mungkin, sehingga masing-masing ikan memperoleh kesempatan untuk dapat
pakan yang sama. Dosis pakan untuk pembesaran adalah 8-10 % Total berat badan
per hari. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari.
5.1. Pakan Ikan
Rucah
Ikan rucah
merupakan pakan alami ikan kerapu. Jenis ikan rucah yang baik adalah yang
tinggi kandungan protein dan rendah lemak, seperti ikan tamban, layang dan
sebagainya.
5.2. Pakan
Buatan
Penggunaan pakan
buatan harus mememuhi syarat-syarat gizi untuk pertumbuhan ikan, diantaranya
komposisi jenis protein hewani harus lebih tinggi dari komposisi protein
nabati. Keuntungan penggunaaan pakan buatan adalah tidak tergantung musim.
6. Hama dan
Penyakit
6.1. Hama
Jenis hama yang
potensial mengganggu usaha budidaya di KJA adalah : ikan buntal, burung dan
ubur-ubur. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pembersihan secara berkala dengan menggunakan alat yang sangat sederhana
seperti tongkat kayu atau bambu yang dilengkapi dengan pengait pada ujungnya.
6.2. Penyakit
Dalam budidaya
kerapu di karamba jaring apung, jenis penyakit yang sering timbul adalah
sebagai berikut :
·
Penyakit
yang disebabkan oleh parasit cacing trematoda, protozoa (Cryptocarrion dan
trichodina). Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan
jaring. Sedangkan pengobatan yang bisa dilakukan bila ikan terserang parasit
adalah dengan merendam dalam air tawar (+ 15 menit) dan dengan larutan
formalin + 50 ppm.
·
Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri vibrio. Pencegahan adalah dengan menjaga
kebersihan jaring. Sedangkan pengobatan ikan yang sakit dapat dilakukan melalui
pakan yang dicampur dengan OTC 0,5 gram per kg pakan dan diberikan selama
7 hari berturut-turut atau menggunakan Cloramphenicol 0,2 gram per kg pakan dan
diberikan selama 4 hari berturut-turut. Selain itu dapat juga dilakukan dengan
merendam ikan sakit dalam nitrofurazon 15 ppm selama 4 jam.
·
Penyakit
yang disebabkan oleh virus limphocystis tergolong sebagai tumor virus. Penanggulangan
ikan yang sakit ini belum diketahui.
·
Penyakit
yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia. Penanggulangannya adalah dengan
merendam ikan dalam larutan treflan 0,05 ppm.
·
Penyakit
yang disebabkan oleh faktor non pathogenik. Penyakit ini biasanya disebabkan
oleh kondisi lingkungan, diantaranya kelimpahan plankton dan pencemaran.
·
Penyakit
yang belum diketahui penyebabnya. Ada dua jenis penyakit yang belum diketahui
penyebabnya yaitu popeye (mata menonjol) dan syndrom gelembung renang.
0 komentar:
Posting Komentar