Kamis, 04 Agustus 2016

BUDIDAYA KERAPU DALAM JARING APUNG




                      BUDIDAYA KERAPU DALAM JARING APUNG




1.  Latar Belakang
Dewasa ini permintaan ikan kerapu terus meningkat, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Guna memenuhi permintaan tersebut tidak bisa hanya mengandalkan hasil penangkapan dialam, tetapi harus diupayakan melalui usaha budidaya. Sampai saat ini usaha budidaya ikan kerapu telah banyak dilakukan, khususnya dalam karamba jaring apung (kajapung) (Ahmad et al., 1991;  Murdjani, 1999).
Selama ini kegiatan budidaya (pembesaran) ikan kerapu kebanyakan masih merupakan kegiatan pembesaran benih hasil penangkapan dari alam. Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya ikan kerapu tersebut, kendala kekurangan benih dalam jumlah cukup dan berkualitas baik secara berkesinambungan semakin terasa. Oleh karena itu pasokan benih dari panti pembenihan (hatchery) merupakan alternatif paling tepat.
Rintisan untuk menyediaan benih ikan kerapu lewat panti pembenihan (hatchery) telah dilakukan oleh Loka Budidaya Air Payau Situbondo sejak tahun 1995. Keberhasilan pembenihan dimulai sejak tahun 1996, dan saat ini telah dapat dipijahkan 6 (enam) jenis ikan kerapu (kerapu macan, kerapu lumpur, kerapu malabar, kerapu tikus, kerapu alis dan kerapu sunu). Dari 6 (enam) jenis kerapu yang telah berhasil dipijahkan tersebut, telah berhasil diproduksi benih secara massal sampai ukuran 3-5 cm sebanyak 4 (empat) jenis yaitu kerapu macan, kerapu lumpur, kerapu malabar dan kerapu tikus.  Ke-4 jenis kerapu tersebut potensial untuk dibudidayakan (pembesaran) dalam karamba jaring terapung.

2. Deskripsi
Ikan kerapu termasuk famili serranidae yang dapat dibedakan berdasarkan bentuk tubuh, jumlah duri sirip dan warna kulit (Ahmad et al., 1991). Selanjutnya Kohno et al., (1990) menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 46 spesies kerapu, namun tidak semua jenis ikan tersebut potensial untuk dibudidayakan. Beberapa jenis ikan kerapu  yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya diantaranya adalah jenis ikan kerapu macan (E. Fuscoguttatus), kerapu lumpur (E. Tauvina; E. Suillus), kerapu malabar (E. Malabaricus), kerapu tikus (Cromileptis altivelis), kerapu sunu (Plectropomus leopardus; P. maculatus) dan kerapu alis (Cheilinus undulatus).
Pengetahuan tingkah laku dan kebiasaan makan harus diketahui dan dipahami agar teknologi budidaya yang diterapkan bisa tepat. Ikan kerapu merupakan ikan buas yang rakus, suka hidup menyendiri dan banyak terdapat didaerah terumbu karang serta daerah muara. Ikan kerapu menyukai naungan (“shelter”) sebagai tempat sembunyi dan menghindarkan diri dari sinar matahari secara langsung. Di alam ikan kerapu mencari makan dengan menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya. Setelah mangsa tertangkap, ikan kerapu kembali ketempat persembunyiannya. Jenis makanan yang disukai adalah ikan, cumi-cumi dan udang yang berukuran 10-25 % ukuran tubuhnya. Perbandingan jumlah pakan dengan berat ikan kerapu menurun sesuai pertambahan berat.

3. Persyaratan Lokasi
3.1. Faktor Resiko
a.    Lokasi Harus Terlindung dari Badai dan Gelombang Besar
Badai dan gelombang besar akan mudah merusak konstruksi karamba. Gelombang yang terus menerus akan menyebabkan ikan mudah stress dan selera makannya rendah.
b.   Lokasi Harus Bebas dari Bahan Pencemar
Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang bisa mengganggu kehidupan ikan. Pencemaran tersebut dapat berupa limbah industri, limbah pertanian maupun limbah rumah tangga.
c.    Lokasi Harus Bebas dari Predator
Predator ikan budidaya ialah hewan buas laut dan burung-burung laut. Beberapa jenis hewan laut yang bisa menjadi predator adalah ikan buntal dan penyu.
d.   Lokasi Harus Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Hindarkan konflik penggunaan lokasi.
3.2. Faktor Kenyamanan
Lokasi budidaya sebaiknya dekat dengan jalan besar, pelelangan ikan (sumber pakan), dan pemasok sarana  serta prasarana yang diperlukan (misalkan : listrik, telpon dll).
3.3. Faktor Hidrografi
Selain harus jernih, bebas pencemaran. Elevasi lokasi cocok untuk usaha pertambakan.

4. Benih
Benih untuk pembesaran adalah berukuran 75-100 gram per ekor. Kriteria benih yang bermutu bagus adalah sebagai berikut :
·       Ukuran seragam
·       Ukuran panjang rata-rata 10-15 cm
·       Bebas penyakit
·       Bergerak aktif bila ditangkap
·       Mempunyai respon yang baik
·       Warna sisik cerah
·       Sorot mata terang
·       Sisik, sirip lengkap
·       Bila tidak diberi makan posisi menyebar
4.1. Teknik Penebaran Benih
Benih yang digunakan dapat berasal dari alam atau dari panti pembenihan. Salah satu kelebihan dari benih yang berasal dari panti pembenihan adalah ukurannya relatif seragam dan ketersediaannya berkesinambungan. Proses penebaran seperti waktu menyebabkan ikan stress yang nantinya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan dan keadaan lingkungan perlu diperhatikan karena dapat dan kelangsungan hidup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi yaitu :
·       Waktu penebaran (sebaiknya pagi dan sore hari, atau saat cuaca teduh)
·       Sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi
·       Aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
Cara aklimatisasi yang dilakukan pada benih pada pengangkutan tertutup adalah sebagai berikut : Kantong plastik dibuka, kemudian diukur suhu dan salunitasnya. Jika salinitasnya sama atau berbeda 1-2 ppt, benih bisa ditebar langsung setelah disesuaikan suhunya.
4.2. Padat Penebaran
Padat penebaran yang optimum bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan. Padat pebaran awal adalah 25 kg/m3 dengan perhitungan kondisi pakan, benih dan lingkungan mendukung.

5. Pakan
Pakan yang digunakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan yang baik mempunyai komposisi protein, mineral dan vitamin yang sesuai dengan pakan yang dimakan secara alami oleh kerapu. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga masing-masing ikan memperoleh kesempatan untuk dapat pakan yang sama. Dosis pakan untuk pembesaran adalah 8-10 % Total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari.
5.1. Pakan Ikan Rucah
Ikan rucah merupakan pakan alami ikan kerapu. Jenis ikan rucah yang baik adalah yang tinggi kandungan protein dan rendah lemak, seperti ikan tamban, layang dan sebagainya.
5.2. Pakan Buatan
Penggunaan pakan buatan harus mememuhi syarat-syarat gizi untuk pertumbuhan ikan, diantaranya komposisi jenis protein hewani harus lebih tinggi dari komposisi protein nabati. Keuntungan penggunaaan pakan buatan adalah tidak tergantung musim.

6. Hama dan Penyakit
6.1. Hama
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya di KJA adalah : ikan buntal, burung dan ubur-ubur. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan secara berkala dengan menggunakan alat yang sangat sederhana seperti tongkat kayu atau bambu yang dilengkapi dengan pengait pada ujungnya.
6.2. Penyakit
Dalam budidaya kerapu di karamba jaring apung, jenis penyakit yang sering timbul adalah sebagai berikut :
·       Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing trematoda, protozoa (Cryptocarrion dan trichodina). Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan jaring. Sedangkan pengobatan yang bisa dilakukan bila ikan terserang parasit adalah dengan merendam dalam air tawar (+ 15 menit) dan dengan larutan formalin + 50 ppm.
·       Penyakit yang disebabkan oleh bakteri vibrio. Pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan jaring. Sedangkan pengobatan ikan yang sakit dapat dilakukan melalui pakan yang dicampur dengan OTC 0,5  gram per kg pakan dan diberikan selama 7 hari berturut-turut atau menggunakan Cloramphenicol 0,2 gram per kg pakan dan diberikan selama 4 hari berturut-turut. Selain itu dapat juga dilakukan dengan merendam ikan sakit dalam nitrofurazon 15 ppm selama 4 jam.
·       Penyakit yang disebabkan oleh virus limphocystis tergolong sebagai tumor virus. Penanggulangan ikan yang sakit ini belum diketahui.
·       Penyakit yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia. Penanggulangannya adalah dengan merendam ikan dalam larutan treflan 0,05 ppm.
·       Penyakit yang disebabkan oleh faktor non pathogenik. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh kondisi lingkungan, diantaranya kelimpahan plankton dan pencemaran.
·       Penyakit yang belum diketahui penyebabnya. Ada dua jenis penyakit yang belum diketahui penyebabnya yaitu popeye (mata menonjol) dan syndrom gelembung renang.


0 komentar:

Posting Komentar