Pengolahan Ikan Lele
1. Nugget Ikan Lele
Nugget adalah sejenis
makanan yang dibuat dari daging giling atau daging cacah yang diberi bumbu,
yang dibentuk dalam cetakan tertentu, kemudian di kukus, dipotong-potong sesuai
ukuran, dipanir, dibekukan, dan sebelum dikonsumsi dilakukan penggorengan.
Nugget merupakan makanan siap saji yang merupakan modifikasi dari produk daging
giling yang biasanya berasal dari daging ayam.
Dikatakan nugget karena
bentuk awalnya seperti nusset atau balok emas dengan warna kuning keemasan.
Sekarang bentuk nugget sudah bervariasi seperti drum stick, finger, dinosaurus,
dan berbagai bentuk yang menarik yang disukai anak-anak.
Nugget ikan adalah salah
satu bentuk olahan dari ikan yang dapat dikembangkan. Respon konsumen terhadap
nugget cukup bagus mengingat sekarang ini orang juga memperhatikan kepraktisan
sebuah produk. Nugget dapat disimpan dalam bentuk beku. Pengolahan nugget juga
dapat memperpanjang daya simpan daging ikan lele. Nugget ikan lele berpotensi
untuk dikembangkan. Nugget ikan lele dapat dikonsumsi baik anak-anak maupun
orang dewasa. Rasa nugget lele memang sedikit unik namun tetap lezat sebagai
hidangan pelengkap. Nugget merupakan makanan yang disukai anak-anak maupun
orang dewasa karena rasanya yang mengundang selera.
Alat :
- Kompor
- Gilingan daging
- Penumbuk
- Dandang
- Baskom plastik
- Pisau
- Wajan
Bahan :
- Ikan lele 250 g
- Telur 1 butir
- Tepung roti 25 g
- Bawang putih 2 siung
- Keju 50 g
- Kecap 1 sendok makan
- Minyak goreng
secukupnya
- Tepung roti 25 g
- Telur 1 butir
Cara Pengolahan
- Bersihkan ikan dari
sirip, tulang dan bagian lain yang tidak diinginkan lalu cuci hingga bersih,
- Haluskan daging dengan
gilingan daging atau penumbuk atau blender.
- Campur daging hasil
gilingan dengan seluruh bahan, lalu uleni hingga merata.
- Masukkan adonan ke
dalam dandang dan kukus selama 25 menit, lalu dinginkan
- Potong-potong adonan
sesuai dengan selera
- Celupkan potongan
adonan ke dalam telur, kemudian gulingkan ke tepung roti beberapa kali.
- Goreng potongan adonan
sampai kering.
- Nugget siap dikemas
atau dimakan.
B. Pengolahan Kerupuk Kemplang Ikan Lele
Kerupuk adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan
porous yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi
yang merupakan makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh masyarakat
luas.Biasanya kerupuk dikonsumsi sebagai makanan selingan atau sebagai variasi
dalam lauk-pauk. Kerupuk adalah sejenis makanan kecil yang mengalami
pengembangan volume membentuk produk yang porous dan memiliki densitas rendah
selama penggorengan sehingga memiliki kerenyahan (Siaw. et al, 1985).
Kerupuk dapat berfungsi
sebagai media simpan, media distribusi dan media saji pangan dan sekaligus
merupakan produk budaya pangan masyarakat Indonesia. Bila dipandang sebagai
media simpan potensinya sangatlah besar karena produk kerupuk adalah produk
yang memiliki daya awet yang tinggi. Kerupuk sebagai media simpan ikan, hal ini
dapat dilihat dari 30% hasil tangkapan ikan segar di Jawa adalah ikan dengan
produk ikan asin, surimi, dan kerupuk (Rohimah, 1997). Dalam proses pembuatan
kerupuk ikan memiliki tahapan-tahapan berupa persiapan bahan baku, pencucian,
penyiangan, pengambilan daging, pencucian II, pelumatan daging, pencampuran
dengan bahan dasar, pembentukan, pengukusan, pendinginan, pengeringan, dan
pengemasan (SNI 2713.1.2009).
Proses produksi kerupuk
lele tidaklah sulit untuk dikerjakan. Membutuhkan waktu kurang lebih dua hari
untuk menghasilkan kerupuk mentah kering yang berkualitas. Lamanya waktu
produksi juga ditentukan dengan proses pengeringan apakah dengan menggunakan
tenaga matahari yaitu dengan dijemur atau dengan mesin pengering. Salah satu
keunggulan dari kerupuk ikan lele ini adalah mengandung kalsium yang lebih
tinggi dibanding kerupuk ikan lainnya karena semua bagian dari lele digunakan
sebagai bahan termasuk duri dan kepala. Kandungan kalsium yang tinggi ini
sangat cocok dikonsumsi ibu hamil, balita, hingga lansia karena kandungan
kalsium di dalamnya bisa mengurangi resiko terkena osteoporosis. Kerenyahan
kerupuk dapat dipengaruhi oleh volume pengembangan kerupuk, Sedangkan volume
pengembangan kerupuk dapat dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan
kandungan protein yang terkandung pada bahan. Kerupuk dengan kandungan amilopektin
yang lebih tinggi akan memiliki pengembangan yang lebih tinggi, karena pada
saat proses pemanasan akan terjadi proses gelatinasi dan akan terbentuk
struktur yang elastis, kemudian dapat mengembang pada tahap penggorengan
sehingga kerupuk dengan volume pengembangan yang tinggi akan memiliki tingkat
kerenyahan yang tinggi (Zulfiani, 1992).
Alat
Alat alat yang
diperlukan dalam mengolah kerupuk antara lain : blender, gilingan manual,
wajan, kompor, timbangan, sodet, serokan, wadah palstik, pisau, talenan, baskom
plastik, pisau, talenan, cetakan, dan sendok.
Bahan :
Bahan yang diperlukan
dalam mengolah kerupuk antara lain Ikan lele, tepung tapioka, telur, bawang
putih, garam, dan minyak goreng.
Cara Pengolahan
Persiapan bahan baku
untuk membuat kerupuk ikan lele ialah pembuatan lumatan daging. Langkah-langkah
dalam pembuatan daging lumat awalnya dengan menyiangi ikan lele segar dengan
membuang isi perut dan kepala hingga bersih dan dicuci dengan air bersih.
Pengambilan daging ikan ialah dengan memfillet dan mengambil sisa daging yang
tertinggal di antara duri ikan dengan cara mengerok menggunakan sendok. Setelah
daging terkumpul, daging dimasukkan ke dalam mesin pelumat daging. Hasil
lumatan dipastikan harus benar-benar lembut, karena dapat Apabila daging
lumatan kurang mempengaruhi produk kerupuk yang dihasilkan. lembut maka di
masukkan kembali ke mesin pelumat agar lumatan daging yang dihasilkan
benar-benar lembut. Setelah selesai proses pelumatan, daging ikan dimasukkan ke
dalam wadah baskom bersih.
a. Pencampuran Bahan
Proses pencampuran
dilakukan dengan cara mengaduk lumatan ikan dengan bumbu-bumbu yang sudah
disiapkan. Setelah tercampur merata kemudian ditambahkan telur sesuai dengan
berat adonan yang dibutuhkan, kemudian diaduk hingga merata. Proses pengadukan
ini berperan sangat penting sekali.Apabila bahan yang dicampurkan tidak diaduk
sampai bumbu merata akan mempengaruhi rasa produk kerupuk yang dihasilkan.
Proses pengadukan lumatan ikan dengan bumbu dilakukan dengan tujuan membuat
rasa produk kerupuk ikan yang dihasilkan merata dan menjadikan produk dapat
mengembang. Produk kerupuk dapat mengembang secara baik dipengaruhi oleh
komposisi bahan yang digunakan.
b. Pembuatan Adonan
Proses pembuatan adonan
dilakukan dengan mencampurkan antara lumatan ikan yang sudah halus dengan bumbu
dan bahan-bahan lain. Adonan dibuat secara manual dengan menggunakan tangan
hingga benar-benar merata dan pulen. Apabila komposisi dari bahan pembuat
kerupuk ikan ini tidak benar maka akan terlihat sekali dari hasil adonan yang
dibuat. Apabila terlalu banyak tepung akan mengakibatkan adonan keras dan mudah
sekali patah, sedangkan bila terlalu banyak lumatan ikan akan terlalu lunak dan
terasa basah. Oleh karena itu sangat diperlukan penambahan tepung dengan
komposisi yang tepat.
c. Penggilasan
Proses penggilasan ialah
proses pembentukan atau pencetakan kerupuk yang dilakukan secara manual yaitu
dengan menggunakan tangan. Adonan kerupuk dibentuk menjadi silinder memanjang
dengan diameter silinder adonan kurang lebih 1 cm.
d. Pemotongan
Adonan yang telah
terbentuk setelah proses penggilasan, maka dilakukan proses pemotongan.
Pemotongan adonan dilakukan dengan menggunakan lempeng besi. Panjang potongan
adonan adalah 1 cm.
e. Perapihan Bentuk
Proses perapihan bentuk
atau yang disebut dengan pengirigan ini dilakukan dengan cara
menggoyang-goyangkan adonan yang telah dipotong di atas nampan secara
berulang-ulang hingga terpisah antara potongan yang satu dengan potongan
yang lain.Proses pengirigan ini dilakukan dengan tujuan untuk menghaluskan
permukaan adonan kerupuk yang sudah dipotong sehingga memiliki bentuk dan
permukaan yang bagus dan menarik. Selain itu pengirigan juga bertujuan untuk
memisahkan antara potongan yang satu dengan yang lain karena pada proses
pembentukan dan pemotongan banyak yang menempel antara potongan adonan
tersebut.
f. Penggorengan
Minyak yang digunakan
untuk menggoreng adalah minyak sawit. Proses penggorengan dilakukan dengan suhu
berkisar antara 130°C - 145°C selama kurang lebih 45 menit. Suhu selalu dijaga selama proses penggorengan,
apabila terlalu panas akan mengakibatkan warna produk kerupuk yang dihasilkan
kurang menarik. Kerupuk yang telah matang ditandai dengan warna kerupuk yang
kuning keemasan dan tekstur mengeras tanpa kembali mengempes.Proses
penggorengan kerupuk akan terjadi tiga fase pengembangan yaitu fase plastisasi,
fase mengembang dan fase tetap.
Pada fase plastisasi
kerupuk bersifat lentur dan belum mengembang, pada fase mengembang kerupuk
mengalami perubahan bentuk dan mengembang tetapi belum tetap, kemudian fase
terakhir yaitu fase tetap adalah fase dimana kerupuk tidak lagi mengalami
pengembangan dan tidak kempes kembali (Zulviani, 1992).
g.
Penirisan
Kerupuk yang sudah
matang diangkat dengan menggunakan serok dan kemudian ditiriskan. Kerupuk yang
ditiriskan ini diletakkan dalam wadah kotak penirisan selama kurang lebih tiga
sampai dengan lima menit hingga kerupuk tidak terlalu panas dan tidak terbasahi
oleh minyak. Tujuan dari proses penirisan ini ialah untuk menurunkan suhu
kerupuk sehingga tidak rusak teksturnya ketika dilakukan proses pengemasan.
Selain itu juga bertujuan untuk meniriskan kerupuk agar tidak basah dari minyak
goreng pada proses penggorengan. Kerupuk akan mudah mengalami ketengikan ketika
masih banyak terkandung minyak dalam kemasan. Proses penirisan ini sangatlah
penting, karena dapat mempengaruhi aroma kerupuk yang dihasilkan ketika dalam
kemasan. Kandungan lemak yang terdapat dalam minyak goreng menimbulkan ketengikan
apabila mengalami proses penaikan suhu dengan mengikutsertakan oksigen yang
dinamakan sebagai oksidasi (Widowati, 1987).
h. Pengemasan
Pengemasan ini dilakukan
dengan tujuan untuk mempermudah pada proses pendistribusian pada penjualan, dan
mempertahankan kerenyahan kerupuk sampai ke konsumen. Kualitas kemasan produk
kerupuk ini sangatlah berperan penting karena kerupuk akan kehilangan
kerenyahan apabila pengemasannya tidak sesuai dengan standar kemasan untuk
produk kerupuk. Pengemasan bahan pangan harus memperhatikan lima fungsi yaitu
harus dapat
mempertahankan produk agar tetap bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan
pencemaran lain, harus memberikan perlindungan terhadap bahan pangan dari
kerusakan fisik, air, oksigen dan sinar, harus berfungsi secara benar, efisien dan
ekonomis dalam proses pengepakan yaitu selama pemasukan bahan pangan ke dalam
kemasan (Buckle, 1985).
0 komentar:
Posting Komentar