Sabtu, 28 Juli 2018

Udang Windu (Penaeus monodon)


Udang Windu (Penaeus monodon)

Udang windu digolongkan ke dalam keluarga Penaeid pada filum Arthropoda. Terdapat ribuan spesies dalam filum ini, namun yang mendominasi perairan berasal dari subfillum Crustacea. Berikut tata nama udang windu kompilasi dari Motoh (1981) dan Landau (1992):

Kingdom        : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Fillum             : Arthropoda
Subfillum       : Crustacea
Kelas               : Malacostraca
Ordo               : Decapoda
Famili             : Penaeidae
Genus                         : Penaeus
Spesies            : Penaeus monodon

Tubuh udang windu terdiri dari dua bagian yaitu kepala (thorax) dan perut (abdomen). Bagian kepala terdiri dari antenna, antenulle, mandibula dan dua pasang maxillae. Kepala dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan dua pasang kaki jalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Bagian perut (abdomen) terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (Motoh, 1981).

Tubuh udang windu dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Udang windu mempunyai tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik yang biasa disebut dengan istilah moulting (Landau, 1992).

Udang penaeid dibedakan satu dengan lainnya oleh bentuk dan jumlah gigi pada rostrumnya. Udang windu mempunyai 2-4 gigi pada bagian tepi ventral rostrum dan 6-8 gigi pada tepi dorsal (Motoh, 1981). Udang windu betina mempunyai thellycum tertutup yakni adanya lapisan atau seminal reseptakel (landau, 1992).

Sebagian besar udang dewasa dari famili Penaeid mengalami siklus hidupnya di daerah lepas pantai. Pada daerah ini udang akan menjadi dewasa kemudian mengalami perkawinan sampai menetaskan telur. Akan tetapi, setelah telur mengalami perubahan stadia menjadi mysis, maka udang akan melakukan migrasi menuju perairan pantai hingga menjadi juvenil (Whetstone et al, 2002).

Menurut Djunaidah (1989) dan Mudjiman. A (1981), perkembangan stadia pada udang penaeid yaitu   :
1. Naupli; naupli menetas dari telur. Pada stadia ini memiliki 5 tahapan perubahan stadia. Stadia ini belum aktif mencari makan dan melayang-layang di antara permukaan dan dasar laut, yakni bersifat demersal. naupli masih menggunakan cadangan makanan yang dimiliki oleh tubuhnya sehingga tidak memerlukan asupan pakan dari luar. Akan tetapi, pada stadia naupli 5 telah diberikan pakan alami berupa fitoplankton (terutama diatom).

2. Zoea ; stadia ini merupakan stadia kritis dimana pada stadia ini merupakan awal mulai makan phytoplankton yang berasal dari lingkungan perairan sekelilingnya. Pada stadia ini tubuh udang mengalami perpanjangan dibandingkan pada stadia naupli. Protozoea memiliki kemampuan renang aktif ke lapisan permukaan laut dan menghanyut sebagai plankton. Pada 3 stadia ini terdapat perkembangan mata dan rostrum. zoea memiliki kebiasaan makan dengan cara menyerap (filter feeder). Kebutuhkan asupan pakan ini didapatkan dari media pemeliharaan berupa fitoplankton. Pakan alami yang diberikan pada stadia ini berupa Chaetoceros sp., Pavlova lutheri, Nannochloris oculata, Skeletonema costatum, Thalassiosira pseudonana dan   Tetraselmis sp.

3. Mysis; stadia ini dikarakteristikan dengan tubuh yang lebih panjang. Pada 3 stadia mysis, telson dan pleopod sudah mulai tampak. Mysis memiliki kebiasaan makan dengan cara menyerap (filter feeder). Kebutuhan asupan pakan diperoleh dari media pemeliharaan berupa Skeletonema costatum dan artemia stadia instar 1.

4. Post larva ; perkembangan dan organ tubuh pada stadia ini sama dengan udang dewasa. Pada stadia ini udang banyak menghabiskan waktu didasar kolam dan menyukai untuk memakan hewan-hewan kecil yang hidup di dasar laut (benthos).

KLASIFIKASI DAN ANATOMI UDANG WINDU
Klasifikasi dan anatomi udang windu
3.1.Taksonomi  Udang Windu
       Pada awal perkembangan di Indonesia udang ini dikenal dengan nama udang windu. Sampai sekarangpun dikenal dengan udang windu (Penaeus monodon). Ada dua jenis yang termasuk Penaeus monodon yaitu udang  windu (Penaeus monodon) dan windu (Penaeus monodon stylirostris).

Klasifikasi  L. Windu (wyben dan sweeney, 1991) adalah sebagai berikut:
a)      Phylum         : Arthropoda
b)      Kelas            : Crustacea
c)      Sub kelas      : Malacostraca
d)      Seri               : Eumalocastraca
e)      Super ordo    : Eucarida

f)       Ordo               : Decapoda
g)      Sub  ordo        : Dendro branchiata
h)      Infra ordo       : Penaeidea
i)       Super family   : Penacoidea
j)       Family            : Penaedea
k)      Genus             : Penaeus
l)       Species          : Penaeus monodon

3.2.Morfologi Udang Windu
Warna tubuhnya secara keseluruhan putih agak mengkilap dengan titik warna hitam yang menyebar di sepanjang  tubuhnya. Bagian tubuh udang windu  dibagi 2 bagian terdiri dari kepala dan dada (Cephalothorax) dan perut ( Abdomen ) .


a. Kepala ( Thorak )
Cephalothorak  disusun oleh kulit yang kasar dan tebal dengan kandungan utamanya chitin yang disebut carapace. Bagian ujungnya terdapat antena sebanyak dua buah dan rostrum yang bergerigi.  Belakang rostrum terdapat sepasang mata yang bertangkai yang berada di kanan dan kiri rostrum . Pada bagian badan kepala bawah terdapat kaki jalan (Pereiopada ) sebanyak lima pasang, 2 pasang maxille yg sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan .

b.      Perut ( Abdomen )
Perut ( Abdomen ) terdiri dari 5 ruas yang tersusun rapi seperti atap genting  , terdapat 5 pasang kaki renang ( Pleopods ) yg berfungsi sebagai penggerak tubuh udang. Pada bagian ujung abdomen , ruas ke 6 terdapat bagian yg runcing disebut telson . Bagian ekor yang terbuka digunakan berenang adalah uropada , Alat kelamin jantan ( Petasma ) terbentuk seperti huruf” u” tedapat pada pangkal kaki Jalan ke lima. Sedang alat kelamin betina ( Thellycum ) berbentuk seperti huruf “i” .

Berdasarkan siklus hidupnya pertumbuhan udang dibedakan menjadi beberapa fase, al:

1.     Stadia naupli
Pada fase ini pencernaannya belum sempurna dan untuk kebutuhan unsur hara dalam tubuhnya berasal dari cadangan makanan berupa kuning telur ( yolk sac ) Sehingga benih udang windu membutuhkan makanan dari luar pada saat larva berukuran 0,32 – 0,58 mm.

2.    Stadi Zoea
Sekitar  2-3 hari setelah menetas masuk pada fase zoe. Pada stadia ini larva sudah berukuran 1,06 – 3,30 mm dan benih udang sudah mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia Zoea 1, zoea 2 dan zoea 3. Waktu untuk memasuki stadia berikutnya yaitu mysis sekitar 4-5 hari

3.    Stadia Mysis
Secara morfologi larva udang sudah menyerupai bentuk udang. Pada stadia ini sudah mulai diberikan pakan alami yaitu fitoplankton dan zooplankton, pada saat ukuran larva 3,50-480 mm. Perubahan morfologi pada stadia ini terdiri dari 3 tahap yaitu mysis 1, mysis 2, mysis 3. Waktu pada fase ini adalah 3-4 hari.

4.    Stadia Post Larva (PL)
Organ tubuh udang sudah lengkap dan organ tuuhnya sudah berfungsi dengan baik, pada saat menjadi post larva hitungan umum udang pada post larva (pl), misalnya setelah 1 hari menjadi pl, maka disebut pl-1 , dua hari disebut pl 2 dan seterusnya udang windu dapat mulai ditebar di tambak setelah mencapai pl 9.

3.3.Fisiologi Udang Windu
-    Nokturnal : aktif apabila gelap
-    Photo thermal : tidak bisa mengatur suhu tubuhnya
-    Photo tropy negative : menghindari cahaya terang
-    Kanibal : makan sesama jenis
-    Moulting : ganti kulit
-    Makan lambat
-    Solyter : lebih senang hidup menyendiri (tidak sukabergerombol 1 seperti ikan)
-    Amonothelic : salah satu ekskresinya amoniak yang dikeluarkan lewat insang
-    Usus pendek
-    Bisa hidup di dasar


1 komentar:

  1. Gambling problem and help from casino - Dr MCD
    Online 부천 출장안마 casinos provide gaming for casino players. This guide 이천 출장마사지 outlines the 구미 출장샵 steps they take to 김포 출장샵 fix problem gambling problems, gambling strategies, and game strategies. 삼척 출장마사지

    BalasHapus