Sabtu, 28 Juli 2018

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeliharaan Udang Vanname (Litopenaeus vannamei)


Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeliharaan
Udang Vanname (Litopenaeus vannamei)

Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.41/MEN/2001 Indonesia melakukan introduksi udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang berasal dari negeri Paman Sam (Amerika Serikat), sebagai solusi adanya serangan WSSV (White spots syndrome virus) terhadap udang asli Indonesia yaitu udang windu (Penaeus monodon) yang pada tahun 2000 terjadi gagal panen. Akibat serangan WSSV menyebabkan kerugian negara berupa devisa diperkirakan mencapai 2,5 trilyun rupiah per tahun (Ditjen Perikanan Budidaya - KKP, 2005). Berdasarkan kejadian tersebut maka mulailah banyak pembudidaya udang windu (Penaeus monodon) yang  beralih ke udang vanname.

Bisnis udang menjanjikan untung yang cukup besar. Selain sebagai komoditi andalan, udang mempunyai pangsa pasar yang luas dengan harga jual yang relativ  stabil di pasaran.

Untuk pembudidaya udang windu (Penaeus monodon) yang akan beralih ke udang vanname atau bagi para pemula dalam pemeliharaan udang vanname, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan udang vannamei adalah sebagai berikut :

1.    Mengenal Perilaku Udang yang Akan Dipelihara
Jika udang windu lebih aktif di dasar kolam, berbeda dengan udang vanname yang aktif mengisi dan beraktivitas di semua ruang kolam pemeliharaan. Udang vanname memiliki tingkat kanibalisme lebih rendah jika dibandingkan dengan udang windu. Jika dilihat dari nafsu makan, udang vanname mempunyai tingkat nafsu makan cukup tinggi dan fluktuatif, namun demikian angka FCR (Food Conversation Rate) yang umum dicapai adalah 1 : 1,5 (FCR untuk udang windu 1 : 1,8 - 1 : 2,0).

2.    Persiapan Lahan Tambak
Mempersiapkan lahan merupakan awal dalam usaha pemeliharaan udang dan hal ini erat kaitannya dengan daya dukung lahan. Biasanya budidaya udang vanname pola intensif padat tebarnya di atas 80 ekor/m² dan bahkan sampai 150 ekor/ m² (udang windu 30 - 50 ekor/m²), maka penggunaan kincir (genset / PLN) dan ketinggian air di kolam harus memadai dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk pola tradisional padat tebarnya < dari 80 ekor/m² dan tidak menggunakan kincir.

Pengolahan lahan tambak/tanah terdiri dari : (1) pengangkatan lumpur , lumpur organik dari sisa pakan dan kotoran-kotoran harus diangkat/dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan (2) pembalikan tanah, dengan cara dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan amoniak) dan menggemburkan tanah (3) pengapuran , untuk menetralkan keasaman tanah (4) pengeringan, biarkan tanah menjadi kering dan pecah-pecah untuk membunuh bibit penyakit (5) pemupukan, untuk menumbuhkan pakan alami pada tambak.

Pemakaian pakan yang cukup banyak menyebabkan akumulasi bahan organik akan  meningkat, sehingga persiapan lahan harus lebih matang. Selain kapasitas lahan ( carrying capacity ) dan fasilitas tambak yang harus mampu mendukung kegiatan pemeliharaan selama kurang lebih 4 bulan, maka kapasitas sumber daya manusia ( SDM ) harus betul-betul disiapkan.



3.    Memilih Benur yang Bagus dan Berkualitas
Dapatkan benur dari hatchery yang bisa dipercaya dan sudah mempunyai teknologi yang bagus, serta hasilnya konsisten. Amati benur secara visual seperti : gerakannya lincah dan apabila terjadi perubahan lingkungan yang mendadak maka benur akan melompat, ukuran seragam, mempunyai panjang   > 10 mm (PL 12), pada saat transportasi benur menyebar tidak bergerombol, responsive terhadap cahaya, tubuhnya bening tidak terlihat penempelan parasit,  usus terlihat penuh makanan dan berwarna gelap. Harga benur vanname bervariasi dari Rp.12/ekor sampai Rp.38/ekor. Jangan membeli benur hanya karena harganya murah, tapi belilah benur karena berkualitas bagus.

4.    Manajemen Kualitas Air
Lakukan monitor kualitas air secara rutin seperti pH, suhu, alkalinity, oksigen terlarut (DO), NH3, dll. Setelah udang berumur sekitar 30 hari, lakukan ganti air  5 – 15 % dan haruslah dari tandon (reservoir) yang sudah di treatment. Supply oksigen harus cukup, bisa berpatokan per 1 unit kincir (1 HP) pada saat pakan 10 – 12 kg pakan per hari atau biomass 500 – 600 kg. Selain itu perlu diperhatikan timbulnya kondisi lingkungan yang dapat menghambat pertumbuhan udang, bahkan dapat mematikan udang, misalnya munculnya gas-gas beracun serta mikroorganisme patogen. 

Udang yang tumbuh pada lingkungan yang kurang sesuai mempunyai daya tahan tubuh rendah. Daya tahan tubuh rendah secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan kesehatannya. Karena nafsu makan ikut berpengaruh, kondisi badan lemah dan penyakit mudah menyerang.

5.    Manajemen Pakan
Untuk pertumbuhannya, udang memerlukan pakan. Udang vanname memerlukan pakan dengan kandungan protein 35%. Ini lebih rendah dibanding dengan kebutuhan untuk udang windu dimana kebutuhan protein pakannya mencapai 45% agar dapat tumbuh baik. Ini berarti dari segi pakan udang vanname lebih ekonomis, sebab bahan pangan yang mengandung protein banyak tentu lebih mahal. Konsumsi pakan harus dimonitor secara seksama. Berdasarkan pengalaman dalam memelihara udang windu FCR 1,8 – 2,0 maka untuk udang vanname sasaran FCR akhir sekitar 1,5.

Sampling udang dapat dilakukan mulai umur  ± 45 hari dan dilakukan setiap 7 -10 hari sekali. Pertumbuhan normal udang rata-rata berkisar 0,16 – 0,18 gram/hari. Pakan harus memenuhi persyaratan dalam hal kelayakan nutrisi, sifat fisik, serta pengelolaan pakan yang tepat.  Kelayakan nutrisi dapat dilihat dari kelengkapan dan keseimbangan nutriennya, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.  Sifat fisik pakan, pada umumnya dilihat dari stabilitas pakan, yaitu ketahanannya untuk tidak hancur, terurai, atau tercuci dalam air. Pengelolaan pakan meliputi penentuan jumlah, ukuran dan bentuk pakan, serta frekuensi, waktu, dan cara pemberian pakan.

6.    Mencegah Masuknya Penyakit ke Dalam Sistem Pemeliharaan Udang
Berbagai penyakit oleh bakteri dan virus merupakan penyebab utama kematian udang yang dibudidayakan. Mencegah masuknya penyakit dapat dilakukan secara langsung (sterilisasi air, pemasangan saringan/filter yang efektif dll) maupun yang melalui carrier. Istilah lain bahwa biosecurity harus ketat. Sebab udang windu ataupun vanname tetap rentan terhadap penyakit. Untuk penyakit yang disebabkan virus belum ada obatnya sampai sekarang dan kerugiannya secara ekonomi sangat besar.  Kerugian karena penyakit diperkirakan mencapai lebih dari 300 juta US$ per tahun (Wahyono, 1999 dalam Rukyani, 2000). Pemberian Vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan udang sangat penting, begitu juga dengan probiotik.

7.    Panen Udang
Sebelum panen , lakukan negoisasi terlebih dahulu dengan cold storage (buyer) dan informasikan estimasi hasil panen yang akan diperoleh (tonase, size udang). Estimasi hasil panen ini terkait dengan fasilitas panen seperti truck, es, keranjang, tenaga panen, dll. Jika udang masih bisa tumbuh mencapai size 40 – 50 maka panen bisa di tunda. Panen sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari agar mutu udang tetap bagus (sebab kulit udang vannamei lebih tipis dibanding udang windu). Panen diusahakan selesai secepat mungkin, karena udang vannamei tidak sekuat udang windu. 
        

Sumber :
Rukyani, A., 2000. Masalah penyakit udang dan harapan solusinya. Sarasehan Akuakultur Nasional,Bogor.
EM ES Bulletin, 2004. Edisi keempat , Oktober, Surabaya.







1 komentar: