Rabu, 05 Agustus 2015

BUDIDAYA IKAN NILEM



BUDIDAYA IKAN NILEM


Ikan nilem merupakan salah satu dari komoditas unggulan ikan air tawar yang masih belum banyak di budidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini ikan nilem hanya baru ada yang mengembangkannya di daerah Tasikmalaya. Cita rasa dari ikan nilem ini sangatlah spesifik dan lebih gurih dibandingkan dengan ikan tawar yang lainnya karena ikan nilem ini di dalamnya mengandung sodium glutamat di dalam daging yang dengan alami terbentuk karena disebabkan oleh pengaruh dari kebiasaan makan pakan yang alami yaitu phyto serta zoo plankton dan terutama dari ganggang yang banyak tumbuh dari pemupukan kolam.

Daya Tahan Ikan Nilem
Daya tahan dari ikan nilem ini sangat tahan dengan penyakit karena ikan nilem ini termasuk ke dalam kelompok ikan omnivora yang mempunyai makanan alam yaitu periphiton. Potensi dari ikan nilem ini selain dapat dimakan karena dagingnya yang gurih, namun di negara tujuan ekspor ikan nilem ini seperti Taiwan, Singapura, Hongkong dan Malaysia dijadikan abon, saus, dendeng, pepes, dll. Dengan banyak pertimbangan keunggulan dari ikan nilem ini sangat dimungkinkan untuk menjadi sebuah bisnis dan dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia.

Cara Budidaya yang Baik dan Benar
Ada beberapa cara beternak dan teknik budidaya yang perlu diperhatikan, yang pertama adalah syarat lokasi pemeliharaan ikan nilam. Ikan nilem balita sangat cocok untuk dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian dari 150 sampai 1.000 meter diatas permukaan laut dan dengan suhu sekitar 18 sampai 28 derajat. Tempat memelihara ikan nilem ini juga sebaiknya mempunyai aliran sungai yang mengalir atau bisa diakali dengan membuat kolam buatan dengan air yang terus mengalir.

Cara ternak yang kedua adalah persiapan dari kolam ikan nilem yaitu pada setiap kolam yang nantinya akan digunakan sebagai pembesaran, harus terlebih dahulu dikeringkan dengan waktu kurang lebih dua minggu dan ditaburkan dengan kapir sebanyak kurang lebih 50 kg, hal ini bertujuan untuk memusnahkan bakteri patogen yang ada dalam tanah. Lalu setelah kolam tersebut diisi dengan air, tunggu sampai sekitar tiga hari dan barulah larva atau benih ikan nilam ini ditebar. Pemijahan atau perkawinan dapat dilakukan pada kolam dari semen dan untuk pembesaran sebaiknya dilakukan di kolam tanah. Hal tersebut dikarenakan lumut atau plankton yang ada dalam dasar kolam tanah merupakan pakan yang alami bagi ikan nilem.

Pemijahan dan Indukan
Cara budidaya yang ketiga adalah pemijahan (perkawinan) dan indukan. Pemijahan ini dilakukan dengan cara memasukkan satu induk ikan nilem yang jantan dan dua ekor indukan betina yang memang sudah siap untuk kawin (gonad). Pilihlah indukan yang umurnya sudah mencapai 1 hingga 1,5 tahun dan dengan bobot 180 sampai 200 gram. Induk ikan nilem yang sudah gonad ini biasanya akan memiliki gerakan yang lebih lambat, lalu postur dari tubuh ikan yang gemuk, warna tubuhnya berwarna kelabu kekuningan dan juga pada lubang genital akan berbentuk bulat telur melebar dan seperti membengkak. Sedangkan pada induk jantan biasanya pada bagian kelaminnya akan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) jika bagian perutnya di urut dan mempunyai badan yang ramping serta lincah.

Pemeliharaan
Lalu hal lain yang perlu diperhatikan dalam teknik beternak ikan nilem yang lain adalah masalah pemeliharaan. Setelah telur ikan nilem menetas, segeralah untuk memasukkan larva atau benih ke dalam kolam pembesaran yang sudah disiapkan sebelumnya. Dengan memberikan pakan berupa plankton atau lumut yang bisa berasal dan diambil dari kotoran ayam yang akan menghemat karena tidak perlu membeli pellet. Jika memang diperlukan tambahkanlah 100 kg dedak sebagai pakan tambahan selama satu bulan. Pemeliharaan ini biasanya berlangsung selama 2 sampai 3 bulan. Lalu setelah ikan nilem ini berumur 3 bulan, panenlah ikan dengan cara mengurangi dari volume air dan ikan nilem pun siap untuk dipanenen dan disortir berdasarkan ukuran.

Selasa, 04 Agustus 2015

Usaha Budidaya Ikan Bawal Bintang






 



Perikanan laut Indonesia menyimpan potensi yang sangat luas. Ada banyak jenis ikan yang hidup di perairan laut Indonesia mulai dari ikan konsumsi sampai dengan ikan hias. Komoditas perairan laut umumnya memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sebut saja ikan tuna, kerapu, kakap dan lainnya. Beberapa komoditas perikanan laut telah dapat dibudidayakan dengan menggunakan teknologi pembudidayaan ikan.

Teknologi budidaya laut juga berkembang seiring dengan banyaknya komoditas perikanan budidaya laut yang dapat dibudidayakan dan banyaknya permintaan dari pasar. Salah satu komoditas perikanan budidaya laut yang mulai berkembang dan sangat berprospek untuk dikembangkan adalah ikan bawal bintang.

Bawal bintang memiliki nama ilimiah Trachinotus blochii dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai silver pompano. Bawal bintang merupakan ikan pemakan segala, perenang cepat dengan bentuk tubuh gepeng agak membulat, ekor bercagak dan warna perak keabu-abuan. Sisik bertipe ctenoid (sisir) yang halus. Ikan dewasa (matang gonad) berukuran lebih dari 1 kg dengan panjang lebih dari 25 cm. Ukuran dewasa biasanya berumur sekitar 3 tahun. Daging ikan ini tebal, memiliki rasa yang gurih, kandungan gizi yang luar biasa dan sedikit duri.

Bawal bintang adalah komoditas perikanan laut yang dapat dijadikan alternatif usaha perikanan budidaya laut. 
Berikut ini alasan-alasan mengapa melakukan usaha budidaya bawal bintang, yaitu :
1.  Pasar Terbuka Luas
Pasar bawal bintang terdapat di dalam dan luar negeri. Harga ikan satu ini tergolong mahal. Beberapa laman bahkan mengatakan bahwa harga ikan bawal bintang jauh lebih mahal dibandingkan dengan ikan gurame dan ikan kerapu yang selama ini dikenal sebagai ikan dengan ekonomis tinggi. Dipasar lokal harga bisa mencapai Rp 60.000,00 – Rp 85.000,00 atau sekitar USD 6 – 8 /kg.

Permintaan pasar akan stok ikan bawal setiap hari semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya penggemar ikan ini. Hal ini dapat dilihat dari sajian rumah makan yang banyak menyajikan ikan bawal sebagai menunya.

Pangsa pasar ikan bawal bintang diluar negeri terutama terdapat di negara Jepang, Hongkong, Taiwan, China dan Kanada. Kelima penduduk negara ini merupakan konsumen utama dan sangat menyukai  ikan bawal bintang.

2.  Pertumbuhan Relatif Cepat (6-8 Bulan)
Pertumbuhannya relatif cepat dengan ukuran panjang 2,5-3,0 cm, setelah dipelihara di dalam tangki dan KJA selama 7,5 – 9,0 bulan mencapai bobot 350-500 gram, sedangkan pemeliharaan selama 16 – 20 bulan mencapai bobot 1.200 – 1.850 gram dapat digunakan sebagai calon induk (Nur Muffich Junianto et al, 2008).

3.  Adaptasi Pakan Sangat Mudah
Adaptasi ikan bawal terhadap pakan yang diberikan terbilang mudah. Pakan dapat diberikan berupa pelet ataupun ikan rucah. Untuk ikan yang masih berupa bibit, dapat diberikan pakan dengan frekuensi 4-5 kali sehari. Pemberian pakan pada benih ikan bawal bintang yang telah dilepas ke dalam petakan dilakukan dengan frekuensi 4 kali/hari yaitu pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Sedangkan untuk ikan yang sudah besar berilah pakan sebanyak dua kali dalam sehari.

Pertumbuhan harian ikan bawal bintang dengan menggunakan pakan buatan adalah sebesar 2,89 gram/hari, sedangkan dengan pemberian pakan ikan rucah pertumbuhan hariannya sebesar 1,6 gram/hari. FCR yang diperoleh selama masa pemeliharaan 6 bulan dengan menggunakan pakan buatan sebesar 1 : 2, sedangkan dengan menggunakan pakan ikan rucah sebesar 1 : 7.

Sementara untuk manajemen pakan induk harus diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Kualitas pakan dipenuhi dengan pemberian ikan rucah segar, pelet, pencampuran vitamin dan multivitamin. Sedangkan untuk kuantitas pakan yang baik diberikan 3-5% dari berat total induk yang akan dipijahkan. Diduga dengan pemberian pakan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan ikan bawal jenis silver pompano ini.

4.  Tahan Terhadap Penyakit dan Tidak Bersifat Kanibalisme
Ikan bawal bintang termasuk komoditas perikanan yang tahan terhadap penyakit. Namun walaupun termasuk kategori ikan yang tahan penyakit tetap saja perlu diperhatikan terhadap kualitas lingkungan pemeliharaan budidaya ikan bawal.

Ikan bawal bintang termasuk kategori komoditas perikanan yang tidak bersifat predator. Oleh karenanya ikan ini tidak bersifat kanibalisme yaitu memakan sesame. Dengan tidak adanya sifat ini maka proses budidaya ikan bawal bintang akan lebih mudah karena kontrol pertumbuhan ikan tidak serumit ikan dengan sifat predator.

5.  Padat Tebar Cukup Tinggi dengan SR Tinggi
Padat tebar ikan bawal bintang dalam proses pembudidayaan ikan cukup tinggi yakni anatara 150 – 200 ekor per petak dengan ukuran petak 3x3x3. Dengan kepadatan tebar yang cukup tinggi ini tentu menguntungkan karena hasil panen yang didapat jadi lebih banyak.

Pemilahan ukuran perlu dilakukan walaupun ikan ini tidak bersifat kanibalisme. Hal ini berguna untuk menghindari variasi ukuran yang menyebabkan ikan yang kecil akan kalah bersaing makanan dengan ikan yang besar sehingga pertumbuhanya terganggu, maka dilakukan pemilahan atau penyeragaman ukuran. Dengan demikian pada satu waring atau jaring hanya dipelihara ikan yang satu ukuran. Penyeragaman ukuran pada awal pemeliharaan dilakukan minimal dua minggu sekali dan selanjutnya dapat dilakukan setiap satu bulan.

Tingkat kehidupan ikan bawal bintang yang dibudidayakan di karamba jaring apung cukup tinggi. Tingkat kehidupan atau Survival Rate (SR) mencapai 90 persen.

6.  Benih Tersedia Cukup Melimpah
Jenis ini sebagai ikan introduksi baru yang dikembangkan, indukan berasal dari Taiwan dan baru dibenihkan secara komersial tahun 2007. Pada awalnya benih ikan bawal bintang didapat dari alam. Seiring dengan semakin menipis ketersediaan benih di alam maka keberlangsungan sempat menemui kendala. Namun dengan keberhasilan Balai Budidaya Laut Batam dalam pembenihan maka masalah benih tidaklah menjadi kendala dalam proses pembudidayaan ikan bawal bintang ini. Sejak 2 tahun terakhir Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali sudah mulai melakukan kegiatan pembesaran calon induk dengan ukuran 20-25 cm, bobot 450-600 g dan pada tahun ini sudah mencapai ukuran panjang total 38,0-46,50 cm dan bobot sekitar 1.200-1.850 g sudah berhasil memijah.

7.  Teknologi Budidaya Sudah Tersedia
Teknologi budidaya ikan bawal bintang, saat ini telah dikuasai, baik untuk pembenihan maupun pembesaran. Menurut Balai Budidaya Laut Batam, proses budidaya ikan bawal dimulai dari pemilihan telur agar memperoleh benih yang berkualitas. Telur yang telah dipanen diseleksi antara yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Untuk menjaga dari penyakit (agar steril) dilakukan perendaman dengan acriflavin. Bak pemeliharaan larva adalah fiber glass bulat dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dan oksigen. Kepadatan telur adalah 50 butir/liter, setelah itu secara periodik dilakukan penjarangan pada D3O sebanyak 10 ekor/liter. Pakan yang diberikan pada tahap awal (D2-D12) adalah algae (Chlorella/Tetracelmis) dan Rotifera (Brachionus sp.). Copepoda dan Naupli Artemia adalah pakan alami yang diberikan setelah larva berumur 12 hari s.d. umur 30 hari. Untuk menjaga kondisi larva tetap stabil pengelolaan media pemeliharaan dilakukan dengan pergantian air sebanyak 10-20% / hari.

Setelah umur 30 hari dilakukan pendederan terhadap benih yang telah dihasilkan. Bak yang digunakan adalah fiber glass dengan dilengkapi sistem aerasi dan air mengalir selama 24 jam. Pakan yang digunakan adalah kombinasi ikan cincangan, biomassa artemia dewasa dan pellet sebanyak tiga kali sehari ( pagi, sinag dan sore). Guna meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan percepatan pertumbuhan diberikan multivitamin, dan untuk mengontrol kualitas air supaya tetap baik setiap hari dilakukan penyiponan dasar bak.

Benih siap tebar berukuran 3 inchi yang dicapai setelah pendederan selama 2 bulan dipelihara di keramba jaring apung untuk dibesarkan. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Aklimatisasi perlu dilakukan karena adanya perbedaan, suhu dan salinitas antara daerah asal benih atau media transportasi dengan kondisi air tempat pemeliharaan. Apabila sistem transportasi dengan menggunakan kantong plastik, maka aklimatisasi dilakukan dengan membuka kantong plastik dan memasukkan air laut kedalam kantong sedikit demi sedikit. Setelah suhu dan salinitas hampir sama maka benih dapat ditebarkan. Untuk pengangkutan jarak pendek, aklimatisasi dilakukan dengan cara menambahkan air laut sedikit demi sedikit kedalam wadah pengangkutan. Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulushidupan. Apabila kepadatan terlalu tinggi pertumbuhannya lambat akibat adanya persaingan ruang, oksigen dan pakan.

Jadi, budidaya ikan bawal bintang adalah sebuah alternatif usaha perikanan budidaya yang cukup menggiurkan untuk dilaksanakan. Dengan harga yang cukup mahal, penghasilan yang didapat cukup menjanjikan dengan keuntungan mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi keuntungan yang besar ini dengan masa pemeliharaan yang tidak terlalu lama.







Senin, 03 Agustus 2015

Cara Budidaya Ikan Sidat




Cara Budidaya Ikan Sidat
Ikan sidat (anguilla bicolor), termasuk famili Anguillidae, ordo Apodes. Di Indonesia diperkirakan paling sedikit terdapat 5 (lima) jenis Ikan Sidat, yaitu : Anguilla encentralis, A. bicolor bicolor, A. borneonsis, A. Bicolor Pacifica, dan A. celebensis. Ikan sidat mungkin tidak dikenal oleh banyak orang di sini. Tapi, diberbagai negara ikan sidat jadi makanan primadona yang harganya sangat mahal.

Permintaan ekspor sidat terus meningkat. Harga jualnya juga mencengangkan. Sayangnya, teknik pendederan dan pembesaran yang menjadi kunci dihasilkannya sidat berkualitas dan layak ekspor belum banyak dikuasai.

Ikan sidat adalah sejenis belut, namun bentuknya lebih panjang dan besar. Ada yang mencapai 50 cm. Memang tidak enak dilihat. Tapi siapa sangka, konsumen asing menganggap cita rasa ikan sidat enak dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kalau di restoran Jepang, ikan ini sebutannya Unagi.

Kandungan vitamin A mencapai 4.700 IU/100 gram, sedangkan hati ikan sidat lebih tinggi lagi, yaitu 15.000 IU/100 gram. Lebih tinggi dari kandungan vitamin A mentega yang hanya mencapai 1.900 IU/100 gram. Bahkan kandungan DHA ikan sidat 1.337 mg/100 gram mengalahkan ikan salmon yang hanya tercatat 820 mg/100 gram atau tenggiri 748 mg/100 gram. Sementara kandungan EPA ikan sidat mencapai 742 mg/100 gram, jauh di atas ikan salmon yang hanya 492 mg/100 gram dan tenggiri yang hanya 409 mg/100 gram.

Teknologi budidaya masih baru di Indonesia. Budidaya ikan sidat di Indonesia baru ditemukan sekitar tahun 2007 oleh Satuan Kerja Tambak Pandu Karawang, yang merupakan UPT Ditjen Perikanan Budi Daya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Padahal ikan sidat sudah cukup lama dibudidayakan di Jepang dan Thailand. Asal tahu saja, pengembangan budidaya kedua negara menggunakan benih dari Indonesia. Melihat permintaan pasar dunia yang sangat besar seharusnya pemerintah tanggap dengan kondisi seperti ini.

Ikan sidat tumbuh di perairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa, setelah itu Ikan Sidat dewasa beruaya ke laut dalam untuk melakukan reproduksi. Larva hasil pemijahan akan berkembang, dan secara berangsur-angsur terbawa arus ke perairan pantai. Ikan Sidat yang telah mencapai stadia elver (glass eel) akan beruaya dari perairan laut ke perairan tawar melalui muara sungai.

Harga ikan memang sangat menggiurkan. Harga di tingkat petani ikan sidat untuk elver dengan harga jual antara Rp. 250.000/kg. Untuk ukuran 10-20 gram berkisar antara Rp 20.000-Rp 40.000/kg, sedangkan ukuran konsumsi >500 gram untuk jenis Anguilla bicolor pada pasar lokal rata-rata        Rp 75.000/kg; jenis Anguilla marmorata Rp 125.000 -  Rp 175.000/kg.

Larva sidat (elver) berhubungan dengan musim. Diperkirakan larva Ikan Sidat dimulai pada awal musim hujan, akan tetapi pada musim tersebut faktor arus sungai dan keadaan bulan sangat mempengaruhi intensitas ruayanya.

Ikan sidat termasuk ikan karnivora. Di perairan umum ikan sidat memakan berbagai jenis hewan, khususnya organisme benthik seperti crustacea (udang dan kepiting), polichatea (cacing, larva chironomus dan bivalva serta gastropods). Aktivitas makan ikan sidat umumnya pada malam hari (nokturnal).

Ikan sidat telah dibudidayakan secara intensif di Eropa khususnya di Norwegia, Jerman dan Belanda serta Asia, yaitu : Jepang, Taiwan dan China daratan.

Di negara-negara lain seperti Australia, Indonesia dan beberapa negara Eropa dan Afrika Barat umumnya produksi ikan sidat masih mengandalkan dari hasil penangkapan di alam. Ikan sidat dapat dibudidayakan di dalam ruangan tertutup (indoor) dan di luar ruangan (outdoor).

Di Indonesia dengan suhu lingkungan yang relatif konstan sepanjang tahun maka pemeliharaan ikan sidat dapat dilakukan di luar ruangan (out door). Secara praktis ikan sidat dapat dibudidayakan di kolam tanah berdinding bambu, kolam beton (bak beton), pen dan keramba jaring apung. Apa pun jenis wadah yang digunakan dalam budidaya ikan sidat yang hamus diperhatikan adalah bagaimana mencegah lolosnya ikan dari media budidaya.

Lingkungan Perairan yang Baik untuk Budidaya Ikan Sidat
a. Suhu.
Pada pemeliharaan benih ikan sidat lokal, A. bicolor bicolor, suhu terbaik untuk memacu pertumbuhan adalah 29°C.
b. Salinitas.
Pada pemeliharaan ikan sidat lokal, A. bicolor bicolor (elver), salinitas yang dapat memberikan pertumbuhan yang baik adalah 6 – 7 ppt.
c. Oksigen Terlarut.
Kandungan oksigen minimal yang dapat ditolelir oleh ikan sidat berkisar antara 0,5 – 2,5 ppm.
d. pH.
pH optimal untuk pertumbuhan Ikan Sidat adalah 7 – 8.
e. Amonia (N H3- N) dan Nitrit (NO2-N)
Pada konsentrasi amonia 20 ppm sebagian ikan sidat yang dipelihara mengalami methemoglobinemie dan pada konsentrasi 30 – 40 ppm seluruh ikan sidat mengalami methemoglobinemie.

Kebutuhan Nutrien
Seperti halnya jenis ikan-ikan lain, ikan sidat membutuhkan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kadar protein pakan optimal adalah 45% untuk ikan bestir (juvenil) dan sekitar 50% untuk ikan kecil (fingerling).

Budidaya Ikan Sidat Pada Jaring Apung
a. Jaring Apung.
Satu unit jaring apung memiliki empat kolam berukuran 7 x 7 m, dengan jaring berukuran 7 x 7 x 2,5 m dan mata jaring 2,5 inchi. Untuk menghindari lolosnya ikan, disekeliling tepian kolam bagian atas diberi penutup dari hapa dengan lebar 60 cm.
b. Benih Ikan Sidat.
Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) berbobot 15 – 20 gram per ekor dengan panjang 20-30 cm.. Benih Ikan Sidat diperoleh dari Pelabuhan Ratu hasil tangkapan nelayan di perairan umum.
c. Padat Penebaran.
Setiap kolam ditebar 100 kg benih Ikan Sidat.
d. Pakan.
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berbentuk pasta dengan kandungan :
Ø  Protein 47,93%
Ø   Lemak 10,03%
Ø   Seratkasar 8,00%
Ø   BETN 8,32%
Ø   Abu 25,71%
Pakan diberikan sebanyak 3% dari berat total ikan. Konversi pakan sebesar 1,96. Dengan konversi tersebut akan diperoleh laju perturnbuhan rata-rata 1,46`% dengan mortalitas   9,64 %.
e. Masa Pemeliharaan dan Panen.
Pemeliharaan ikan sidat pada kolam keramba jaring apung selama 7 – 8 bulan, dan masa. panen secara bertahap dapat dimulai pada masa pemeliharaan 4 bulan. Ukuran Ikan Sidat yang, dipanen dapat – mencapai ukuran. konsumsi yaitu 180 – 200 gram per ekor. Pemeliharaan ikan Sidat pada kolam keramba jaring apung merupakan salah satu alternatif dalam rangka penganekaragaman budidaya ikan pada kolam keramba jaring apung. Namun dalam penerapannya masih perlu diperhatikan kondisi serta kualitas perairan umum yang dipergunakan.