Terasi Udang
A.
PENDAHULUAN
Ikan merupakan bahan makanan yang mudah
membusuk (perishable food) sehingga pengolahan dan pengawetan mutlak
diperlukan, guna menjaga agar produk yang dihasilkan nelayan dapat sampai
ditangan konsumen dalam keadaan baik dan layak dimakan. Untuk mempertahankan mutu ikan mutlak diperlukan suatu penanganan, yang
berupa proses pengolahan baik bersifat tradisional (pengeringan, pemindangan,
pengasapan dan fermentasi) maupun secara modern (pendinginan dan pembekuan).
Manusia telah membuat berbagai macam variasi dalam mengolah atau mengawetkan
ikan, diantaranya: pendinginan, pembekuan, pengalengan, penggaraman,
pengeringan, pengasapan, pembuatan hasil olahan khusus (bakso ikan, abon ikan,
surimi, dan segala macam masakan dari ikan), pembuatan hasil sampingan (terasi)
(Murniyati dan Sunarman, 2000).
Terasi adalah bahan
penyedap makanan dan biasanya digunakan dalam pembuatan sambal yang sudah
dikenal tidak hanya di Indonesia khususnya pulau Jawa, tetapi juga dikenal di
Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, Laos dan sebagainya (Hadiwiyoto,
1993). Terasi merupakan salah satu produk hasil perikanan yang dibuat melalui
proses fermentasi.
Proses fermentasi sering
didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara
anaerobic, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam
proses fermentasi adalah karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat
difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (fardiaz, 1992).
Menurut Afrianto dan
Liviawaty (2005) terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan (atau
udang) yang hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa diikuti dengan
penambahan asam), kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi proses
fermentasi.
Terasi adalah salah satu produk hasil
fermentasi ikan (atau udang) yang hanya mengalami perlakuan penggaraman (tanpa
diikuti dengan penambahan warna), kemudian dibiarkan abeberapa saat agar
terjadi proses fermentasi. Dalam pembuatan
terasi, proses fermentasi dapat berlangsung karena adanya aktivitas enzim yang
berasal dari tubuh ikan (atau udang) itu sendiri. Fermentasi adalah suatu
proses penguraian senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh enzim atau fermen
yang berasal dari tubuh ikan itu sendiri atau dari mikroorganisme dan
berlangsung dalam kondisi lingkungan yang terkontrol. Proses penguraian ini
dapat berlangsung dengan atau tanpa aktivitas mikroorganisme, terutama dari
golongan jamur dan ragi (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Prinsip dari fermentasi
ikan atau udang adalah fermentasi didalam larutan garam atau dengan penambahan
garam kristal sehingga terbentuk flavour yang masih enak atau falvour yang
menyerupai daging. Proses dari fermentasi dari substrat tidak diharapkan
sempurna dalam pembuatan bagoong (terasi) karena produk harus mengandung
protein yang terhidrolisis atau tanap hidrolisis. Salah satu perubahan selama
fermentasi yang diharapkan adalah liquid fiksi. Setelah proses
penggaraman, cairan dari dalam ikan (udang) terekstrak keluar. Kandungan
nitrogen pada cairan mula-mula rendah tapi setelah disimpan beberapa hari,
yaituselama proses fermentasi menyebabkan terjadinya proses hidrolisis protein
sehingga kandungan nitrogen terlarut naik. Bila menggunakan garam yang kurang
murni meneyababkan pengerasan jaringan, sehingga memperlambat penetrasi garam kedalam
jaringan ikat (udang). Dengan menggunakan garam murni bakteri halofil dapat
tumbuh baik sehingga terbentuk flavour yang enak. Pada suhu fermentasi yang
tinggi 55ºC dapat mempercepat proses hidrolisis. Tetapi setelah 1 minggu
fermentasi kandungan protein terlarut dalam cairab lebih tinggi bila
fermentasinya dilakukan pada suhu 45ºC . Suhu optimal untuk fermentasi adalah
1-2 minggu (Rahayu, 1988).
Terasi digunakan sebagai
bahan penydap masakan seperti pada makanan sayuran, sambal, rujak dan
sebagainya. Sebagai bahan makanan setengah basah berkadar garam tinggi, tersai
dapat disimpan berbulan-bulan (Anonymous, 2007).
Terasi sangat terkenal
terutama di Pulau Jawa. Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan tersai pada
umunya rebon atau jenis-jenis udang yang kecil (Hadiwiyoto, 1993). Suparno dan
Murtini (1992) menambahkan selain dikonsumsi domestic produksi tersai dari
Indonesia telah diekspor ke luar negeri khususnya ke negeri Belanda dan
Suriname.
Kandungan unsur gizi
dalam proses 100 gr terasi menurut Suprapti (2001) sebagai berikut:
1.
Protein :
30 gr
2.
Lemak :
3.5 gr
3.
Karbohidrat : 3.5 gr
4.
Mineral :
23 gr
5.
Kalsium :
100 mgr
6.
Fosfor :
250 mgr
7.
Besi : 3.1 mgr
8.
Air : 40 gr
B.
Bahan Pembuatan Terasi
·
Bahan Baku (rebon, udang kecil)
·
Garam
·
Pewarna
·
Kain Saring atau Daun Pisang
·
Bahan Pengemas
C. Proses Pembuatan Terasi Udang
Menurut Hadiwiyoto (1983)
langkah – langkah pembuatan terasi diuraikan berikut ini:
1. Pencucian
Rebon, udang
kecil atau ikan yang masih segar terlebih dahuli dicuci dengan air bersih untuk
menghilangkan kotoran, lendir dan bahan-bahan asin yang terikut serta pada
waktu penangkapan.
2. Penjemuran
Setelah bersih dijemur di tempat terbuka yang terkena sinar matahari
langsung. Pada penjemuran ini tidak boleh merupakan lapisan yang tebal supaya
cepat menjadi kering. Setiap kali sering dibolak-balik dan apabila terdapat
kotoran dibuang. Maksud penjemuran ini tidak untuk mengeringkannya sama sekali,
tetapi cukup kira-kira setengah kering saja supaya mudah untuk digiling atau
ditumbuk.
3. Penggilingan
Bahan kemudian digiling atau ditumbuk sampai halus. Sementara itu diambil
ditambahkan garam atau kadang-kadang zat warna dan tepung tapioka. Jumlah
bahan-bahan yang ditambahkan ini nanti akan menentukan mutu terasi. Masing-masing
perusahaan mempunyai resep sendiri-sendiri.
4. Pemeraman
Setelah itu adonan tersebut dibuat gumpalan-gumpalan dengan dikepal-kepal
lalu dibungkus dengan tikar atau daun-daun kering. Kemudian diperam selama
semalam. Pemeraman ini merupakan proses fermentasi tahap pertama.
5. Pemeraman II
Keesokan harinya
bungkusnya dibuka, kemudian dihancurkan lagi dengan cara digiling atau ditumbuk
sampai halus. Setelah dianggap cukup
dibuat gumpalan-gumpalan sekali lagi dan dibungkus seperti semula.
6. Pemeraman III
Pemeraman selanjutnya selama kurang lebih 4-7 hari. Pemeraman ini merupakan
proses fermentasi tahap II. Pada proses ini akan timbul bau khas terasi. Apabila
pemeraman selesai, terasi diiris-iris dalam ukuran-ukuran tertentu untuk
dijual.
D. Bahan Tambahan
·
Garam (NaCl)
·
Air
·
Pewarna
·
Bahan pengemas
E. Peralatan
1.
Penggilingan
(sederhana : lumpang-alu)
2.
Timbangan
3.
Alat penghancur
4.
Tempat fermentasi
5.
Tempat penjemuran
6.
Plastik-sealer
F. Proses Pembuatan
Pada proses pembuatan terasi udang rebon di PT. Sentra
Buana Nusantara Muncar-Bayuwangi, dilakukan secara semi modern karena proses
pembuatan ada yang dilakukan secara tradisional dan modern (dengan mesin).
Didalam proses pembuatannya proses dibagi menjadi beberapa tahap: persiapan
bahan baku, penggilingan, penjemuran, pencetakan dan pembungkusan, fermentasi
dan terakhir pengemasan.
1.
Persiapan Bahan
Baku
Bahan baku yang berupa
udang kita sortasi sesuai ukurannya dan dicuci untuk menghilangkan kotoran,
lendir, dan ditiriskan. Proses pencucian menggunakan air sumur yang sudah
ditaruh dalam wadah lalu kemudian udang dimasukkan kedalam wadah untuk dicuci.
2.
Penjemuran
Proses penjemuran
dilakukan dibawah trik matahari, hingga setengah kering dan dibolak-balik.
Menurut Hadiwiyoto (1983), maksud dari penjemuran ini tidak hanya untuk
mengeringkan sama sekali tetapi cukup kira-kira setengah kering saja supaya
mudah untuk digiling atau ditumbuk.
3.
Penggilingan dan
Penumbukan
Pada proses ini udang
dimasukkan kedalam alat penggiling untuk menghaluskan udang. Proses
penggilingan bahan terasi ini menggunakan mesin penggiling yang terbuat dari
baja, selain itu penggilingan digunakan untuk mendapatkan hasil yang homogen
dan menghemat tenaga dan waktu. Didalam penumbukan ditambahkan garam, air dan
pewarna dengan perbandingan 1 gayung air dan 2 kg garam serta 1 sendok pewarna
untuk 5 kwintal udang. Menurut Afrianto dan liviawaty (2005) jumlah garam yang
ditambahkan tergantung selera, maksimal 30% dari berat total ikan atau udang
agar terasi yang diproduksi tidak terlalu asin.
4.
Pencetakan dan
Pembungkusan
Udang yang sudah ditumbuk
dan dihaluskan dengan penggilingan dicetak dengan cetakan lalu dibungkus dengan
pelastik atau dengan daun pisang agar baunya khas.
5.
Fermentasi
Terasi yang sudah
dibungkus lalu kita fermentasikan didalam ruang khusus yang terdiri dari
rak-rak tempat meletakan adaonan yang sudah dibungkus. Proses fermentasi ini
dimaksudkan untuk proses penguraian senyawa-senyawa yang kompleks dari daging
udang menjadi senyawa yang sederhanan. Menurut Afrianto dan liviawaty (1989)
enzim yang berperan dalam proses fermentasi pada produk perikanan terutama
didominasi oleh enzim proteolitik yang mampu menguraikan protein. Proses
pemerahan (fermentasi) ini berlangsung 3-4 minggu dan dilakukan pada suhu
kamar, jika terdapat pada inkubator pemerahan dapt dilakukan pada suhu 20-30oC
yang merupakan suhu optimum untuk fermentasi terasi (Anonymous, 2005).
6.
Pengemasan
Setelah proses fermentasi
terasi yang sudah jadi lalu dibungkus dengan plastik dengan bantuan sealer dan
siap untuk dipasarkan.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.club....^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856