Sabtu, 11 Februari 2017

PEMBENIHAN IKAN MAS



PEMBENIHAN IKAN MAS

1.  Pemilihan Induk dan Persiapan Pemijahan
Induk ikan  mas betina dapat dipijahkan berumur 1,5 – 3 tahun dengan bobot minimum 1,5 kg/ekor, sedangkan induk jantan berumur 6 bulan keatas dengan bobot minimum 0,5 kg/ekor. Badan tidak cacat, termasuk sirip, dengan sisik yang besar dan  letaknya teratur. Kepala relatif kecil dibandingkan panjang badan. Tubuh relatif besar sehimgga mampu menghasilkan banyak telur. Pangkal ekor normal ( pangkal ekor lebih panjang dibandingkan tingginya ), lebar dan tebal yang menggambarkan sifat yang kuat serta cepat tumbuh.
Induk betina matang gonad dapat ditandai dengan gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit kearah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang anus agak membengkak atau menonjol dan bila perut diurut perlahan kearah anus akan keluar cairan kuning kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan gerakanya lincah, badannya langsing dan jika diurut bagian perutnya akan keluar cairan sperma berwarna putih seperti susu dari lubang kelamin. Dalam persiapan pemijahan, perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 1               ( kg/m2 ) artinya untuk satu ekor induk betina berbobot 2 kg/ekor maka jumlah induk jantan adalah 3 ekor dengan bobot 600-700 g/ekor.
Pakan yang biasa diberikan oleh petani adalah biji jagung kecambah dosis 2–3 % dari total bobot ikan / hari. Pakan diberikan dua kali ( Mantau et al. 2001 ).
Sebelum pemijahan dilakukan, induk jantan dan betina yang matang kelamin (gonad) biasanya dipisahkan dahulu di kolam khusus ( kolam pemberokan ). Namun, cara ini memiliki kendala, yaitu sulit mengontrol dan memindahkan larva dan induk serta memerlukan waktu yang lama mulai dari pengeringan sampai pengairan kolam. Untuk itulah dikenalkan cara pembenihan yang efisien dan efektif dengan menggunakan rumah pemijahan. Rumah pemijahan berfungsi sebagai tempat pemberokan ( selama 2  - 3 hari ), pemijahan induk dan penetasan telur.
Rumah pemijahan terdiri atas rangka rumah dari bambu, atap dari daun kelapa kering untuk melindungi telur dari sinar matahari dan hujan, aliran air        ( pancuran ) yang berfungsi sebagai aerator alami, kakaban yang merupakan tempat menempelnya telur hasil pemijahan dan happa untuk pemijahan dan penetasan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penggunaan happa cukup menguntungkan karena pemanenan larva lebih mudah dibandingkan di kolam, begtu pula pengontrolan telur dan larva serta pemindahan induk ke kolam induk.

2. Modifikasi Pakan Larva
Larva ikan mas memerlukan pakan yang sesuai dengan ukuran mulutnya, seperti plankton dan suspensi kuning telur ayam (pakan buatan). Pakan larva yang dikenal oleh petani pembenih ikan adalah suspensi kuning telur. Salah satu modifikasi pakan larva adalah suspensi kuning telur masak +  tepung pellet. Pakan ini sudah dikaji oleh BPTP Sulawesi Utara dan secara spesifik lokasi telah direkomendasikan kepada pembenihan ikan. Pakan tersebut dibuat dengan cara sebagai berikut : telur ayam yang sudah direbus diambil kuningnya, diencerkan dengan air matang satu liter, kemudian disaring dengan kain tile.
Selanjutnya kuning telur masak tadi dicampurkan dengan pellet yang sudah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1 ( bagian ). Dosis ini dapat memenuhi kebutuhan 10.000 ekor larva/hari.
Pakan campuran kuning telur masak + tepung pellet dapat diberikan kepada larva ikan mas yang berumur 2 hari setelah penetasan telur. Cara pemberianya dengan menggunakan semprotan atau ditebar merata pada permukaan happa. Pakan diberikan selama 1 – 2 minggu sebanyak 10 % dari total ikan yang ditebar. Setelah itu benih hanya diberi pellet halus sampai mencapai ukuran siap jual. ( Mantau et al. 2001 ).

3. Pengelolaan Telur dan Larva
Air yang digunakan untuk penetasan telur harus bersih atau tidak mengandung lumpur. Air mengandung oksigen yang cukup, karena itu air perlu terus mengalir , agar air terus mengalir, pada saluran masuk di atas happa ditambahkan sebatang bambu yang telah dilubangi berjarak 50 cm. air akan melewati lubang – lubang tersebut sehingga terjadi percikan air sebagai tambahan penyediaan oksigen. Bahan – bahan yang membusuk harus dibuang, demikian pula sampah yang menyumbat saluan air. Suhu air diusahakan stabil pada kisaran 19 – 30 0C ( Zonneveld et al. 1991; mantau et al. 2001 ). Kolam penetasan atau happa diberi tutup atau sebagai pelindung dari terik matahari dan air hujan.
Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke happa pemeliharaan. Larva dipelihara selama satu bulan kemudian dilakukan penjarangan benih. Larva yang baru menetas akan menyerap nutrisi dari telur sebagai makananya. Setelah 2 – 3 hari, larva akan mencari makan diperairan, saat itulah larva perlu diberi pakan tambahan.
Pakan larva dianjurkan yaitu suspensi kuning telur masak + tepung pellet. Pakan diberikan setiap hari selama 1 – 2 minggu pada pukul 07.30, 10.00, 12.30, 14.30, dan 17.30 dengan dosis 10 % dari bobot populasi setiap happa. Sebagai patokan, untuk happa ukuran 1 m3, padat tebar optimum adalah 400 ekor. Larva yang telah menjadi benih ( 2-3 cm ) diberi pakan tepung pellet dengan dosis dan waktu pemberian yang sama hingga benih berukuran 3 – 5 cm. setelah itu dilakukan penjarangan dan pemindahan benih kekolam benih sesuai ukurannya. Keuntungan menggunakan happa adalah dapat diperoleh benih yang relative seragam dan lebih mudah dalam melakukan penjarangan. Pemberian pakan diusahakan tepat waktu dan suspensi pakan yang tersisa tidak diberikan keesokan harinya.
Hasil kajian penggunaan pakan suspensi kuning telur masak + tepung pellet menunjukan bahwa pakan larva ini memberikan pertumbuhan harian larva ikan  mas yang paling tinggi dibanding pakan larva lainya seperti suspensi kuning telur masak, suspensi kuning telur mentah, dan suspensi kuning telur mentah + tepung pellet. Pertumbuhan harian larva ikan mas yang tinggi disebabkan pakan tersebut mengandung zat gizi cukup tinggi karena merupakan gabungan dua jenis pakan berprotein tinggi yaitu kuning telur dan pellet. Protein merupakan zat yang essensial dalam pakan disamping zat – zat lainnya misalnya karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pakan dengan komposisi zat gizi yang demikian memungkinkan larva ikan memiliki pertumbuhan lebih cepat dibanding yang mendapat ketiga jenis pakan lainnya.
Selain dipengaruhi oleh pakan , pertumbuhan ikan dipengaruhi pula oleh suhu air, ketersediaan oksigen dalam air, kepadatan populasi (padat tebar) dan ukuran kolam atau wadah pemeliharaan ( Swift 1993 ). Kualitas air yang mendukung untuk pertumbuhan larva ikan mas menurut Zonneveld et al    ( 1991 ) adalah suhu air 20 – 30 oC dan pH 6 – 9. Wardoyo dalam Tamanampo ( 1994 ) menyatakan bahwa pertumbuhan larva ikan mas pada suhu 30 oC  mengalami penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20oC.
Selain dari aspek teknis memberikan pertumbuhan harian yang tinggi, dari aspek ekonomi, penggunaan pakan suspensi kuning telur masak  + tepung pellet juga sangat menguntungkan. Keuntugan bersih pertahun  mencapai tiga kali lipat lebih besar dibanding cara petani. Berdasarkan analisa MBCR diperoleh nilai 30,54 artinya setiap pengeluaran investasi Rp. 1, nilai yang kembali sebesar 30,54. dengan demikian, teknologi ini layak diterapkan petani, karena teknologi anjuran akan diterima petani jika mampu memberi nilai tambah minimum 30 % lebih tinggi dari teknologi petani. Berdasarkan hal tersebut maka teknologi ini sangat layak diusahakan. Hal ini didukung dengan nilai R/C yang sangat tinggi ( 7,17 ). Jika nilai R/C > 1 maka suatu usaha dikategorikan layak dilaksanakan.





0 komentar:

Posting Komentar