PEMBENIHAN IKAN MAS
1.
Pemilihan Induk dan Persiapan Pemijahan
Induk ikan mas betina dapat dipijahkan berumur 1,5 – 3
tahun dengan bobot minimum 1,5 kg/ekor, sedangkan induk jantan berumur 6 bulan
keatas dengan bobot minimum 0,5 kg/ekor. Badan tidak cacat, termasuk sirip,
dengan sisik yang besar dan letaknya
teratur. Kepala relatif kecil dibandingkan panjang badan. Tubuh relatif besar
sehimgga mampu menghasilkan banyak telur. Pangkal ekor normal ( pangkal ekor lebih
panjang dibandingkan tingginya ), lebar dan tebal yang menggambarkan sifat yang
kuat serta cepat tumbuh.
Induk betina matang gonad dapat
ditandai dengan gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit kearah
belakang, jika diraba terasa lunak, lubang anus agak membengkak atau menonjol
dan bila perut diurut perlahan kearah anus akan keluar cairan kuning kemerahan.
Sedangkan untuk induk jantan gerakanya lincah, badannya langsing dan jika
diurut bagian perutnya akan keluar cairan sperma berwarna putih seperti susu
dari lubang kelamin. Dalam persiapan pemijahan, perbandingan induk jantan dan
betina adalah 1 : 1 ( kg/m2 ) artinya untuk satu ekor
induk betina berbobot 2 kg/ekor maka jumlah induk jantan adalah 3 ekor dengan
bobot 600-700 g/ekor.
Pakan yang biasa diberikan oleh petani
adalah biji jagung kecambah dosis 2–3 % dari total bobot ikan / hari. Pakan
diberikan dua kali ( Mantau et al.
2001 ).
Sebelum pemijahan dilakukan, induk jantan dan betina yang matang
kelamin (gonad) biasanya dipisahkan dahulu di kolam khusus ( kolam pemberokan
). Namun, cara ini memiliki kendala, yaitu sulit mengontrol dan memindahkan
larva dan induk serta memerlukan waktu yang lama mulai dari pengeringan sampai
pengairan kolam. Untuk itulah dikenalkan cara pembenihan yang efisien dan
efektif dengan menggunakan rumah pemijahan. Rumah pemijahan berfungsi sebagai
tempat pemberokan ( selama 2 - 3 hari ),
pemijahan induk dan penetasan telur.
Rumah pemijahan terdiri atas rangka
rumah dari bambu, atap dari daun kelapa kering untuk melindungi telur dari
sinar matahari dan hujan, aliran air
( pancuran ) yang berfungsi sebagai aerator alami, kakaban yang
merupakan tempat menempelnya telur hasil pemijahan dan happa untuk pemijahan
dan penetasan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penggunaan happa cukup
menguntungkan karena pemanenan larva lebih mudah dibandingkan di kolam, begtu
pula pengontrolan telur dan larva serta pemindahan induk ke kolam induk.
2. Modifikasi Pakan Larva
Larva
ikan mas memerlukan pakan yang sesuai dengan ukuran mulutnya, seperti plankton
dan suspensi kuning telur ayam (pakan buatan). Pakan larva yang dikenal oleh
petani pembenih ikan adalah suspensi kuning telur. Salah satu modifikasi pakan
larva adalah suspensi kuning telur masak +
tepung pellet. Pakan ini sudah dikaji oleh BPTP Sulawesi Utara dan
secara spesifik lokasi telah direkomendasikan kepada pembenihan ikan. Pakan
tersebut dibuat dengan cara sebagai berikut : telur ayam yang sudah direbus
diambil kuningnya, diencerkan dengan air matang satu liter, kemudian disaring
dengan kain tile.
Selanjutnya
kuning telur masak tadi dicampurkan dengan pellet yang sudah dihaluskan dengan
perbandingan 1 : 1 ( bagian ). Dosis ini dapat memenuhi kebutuhan 10.000 ekor
larva/hari.
Pakan
campuran kuning telur masak + tepung pellet dapat diberikan kepada larva ikan
mas yang berumur 2 hari setelah penetasan telur. Cara pemberianya dengan
menggunakan semprotan atau ditebar merata pada permukaan happa. Pakan diberikan
selama 1 – 2 minggu sebanyak 10 % dari total ikan yang ditebar. Setelah itu
benih hanya diberi pellet halus sampai mencapai ukuran siap jual. ( Mantau et al. 2001 ).
3. Pengelolaan Telur dan Larva
Air
yang digunakan untuk penetasan telur harus bersih atau tidak mengandung lumpur.
Air mengandung oksigen yang cukup, karena itu air perlu terus mengalir , agar
air terus mengalir, pada saluran masuk di atas happa ditambahkan sebatang bambu
yang telah dilubangi berjarak 50 cm. air akan melewati lubang – lubang tersebut
sehingga terjadi percikan air sebagai tambahan penyediaan oksigen. Bahan – bahan
yang membusuk harus dibuang, demikian pula sampah yang menyumbat saluan air.
Suhu air diusahakan stabil pada kisaran 19 – 30 0C ( Zonneveld et al. 1991; mantau et al. 2001 ). Kolam penetasan atau happa diberi tutup atau sebagai
pelindung dari terik matahari dan air hujan.
Setelah
telur menetas, larva dipindahkan ke happa pemeliharaan. Larva dipelihara selama
satu bulan kemudian dilakukan penjarangan benih. Larva yang baru menetas akan
menyerap nutrisi dari telur sebagai makananya. Setelah 2 – 3 hari, larva akan
mencari makan diperairan, saat itulah larva perlu diberi pakan tambahan.
Pakan
larva dianjurkan yaitu suspensi kuning telur masak + tepung pellet. Pakan
diberikan setiap hari selama 1 – 2 minggu pada pukul 07.30, 10.00, 12.30,
14.30, dan 17.30 dengan dosis 10 % dari bobot populasi setiap happa. Sebagai
patokan, untuk happa ukuran 1 m3, padat tebar optimum adalah 400
ekor. Larva yang telah menjadi benih ( 2-3 cm ) diberi pakan tepung pellet
dengan dosis dan waktu pemberian yang sama hingga benih berukuran 3 – 5 cm.
setelah itu dilakukan penjarangan dan pemindahan benih kekolam benih sesuai
ukurannya. Keuntungan menggunakan happa adalah dapat diperoleh benih yang
relative seragam dan lebih mudah dalam melakukan penjarangan. Pemberian pakan
diusahakan tepat waktu dan suspensi pakan yang tersisa tidak diberikan keesokan
harinya.
Hasil
kajian penggunaan pakan suspensi kuning telur masak + tepung pellet menunjukan
bahwa pakan larva ini memberikan pertumbuhan harian larva ikan mas yang paling tinggi dibanding pakan larva
lainya seperti suspensi kuning telur masak, suspensi kuning telur mentah, dan
suspensi kuning telur mentah + tepung pellet. Pertumbuhan harian larva ikan mas
yang tinggi disebabkan pakan tersebut mengandung zat gizi cukup tinggi karena
merupakan gabungan dua jenis pakan berprotein tinggi yaitu kuning telur dan
pellet. Protein merupakan zat yang essensial dalam pakan disamping zat – zat
lainnya misalnya karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pakan dengan
komposisi zat gizi yang demikian memungkinkan larva ikan memiliki pertumbuhan
lebih cepat dibanding yang mendapat ketiga jenis pakan lainnya.
Selain
dipengaruhi oleh pakan , pertumbuhan ikan dipengaruhi pula oleh suhu air,
ketersediaan oksigen dalam air, kepadatan populasi (padat tebar) dan ukuran
kolam atau wadah pemeliharaan ( Swift 1993 ). Kualitas air yang mendukung untuk
pertumbuhan larva ikan mas menurut Zonneveld
et al
( 1991 ) adalah suhu air 20 –
30 oC dan pH 6 – 9. Wardoyo
dalam Tamanampo ( 1994 ) menyatakan bahwa pertumbuhan larva ikan mas pada
suhu 30 oC mengalami
penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20oC.
Selain
dari aspek teknis memberikan pertumbuhan harian yang tinggi, dari aspek
ekonomi, penggunaan pakan suspensi kuning telur masak + tepung pellet juga sangat menguntungkan.
Keuntugan bersih pertahun mencapai tiga
kali lipat lebih besar dibanding cara petani. Berdasarkan analisa MBCR
diperoleh nilai 30,54 artinya setiap pengeluaran investasi Rp. 1, nilai yang
kembali sebesar 30,54. dengan demikian, teknologi ini layak diterapkan petani,
karena teknologi anjuran akan diterima petani jika mampu memberi nilai tambah
minimum 30 % lebih tinggi dari teknologi petani. Berdasarkan hal tersebut maka
teknologi ini sangat layak diusahakan. Hal ini didukung dengan nilai R/C yang sangat
tinggi ( 7,17 ). Jika nilai R/C > 1 maka suatu usaha dikategorikan layak
dilaksanakan.
0 komentar:
Posting Komentar