Senin, 18 Mei 2015

Alat Penangkap Ikan Huhate (Pole and Line)




Pengertian Alat Tangkap Huhate (Pole and Line)

Huhate (Skipjack pole and line) atau umumnya lebih dikenal dengan “pole and line” adalah cara pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga menurut Ayodhoya, (1981), pole and line umum digunakan untuk menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan kata perikanan pole and line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang, sungguhpun dengan cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore, mackerel dan lain sebagainya.

Alat tangkap yang umum digunakan oleh para nelayan di kawasan Timur Indonesia salah satunya adalah Pole and line. Studi yang dilakukan Bustaman S dan Hurasan (1997) menunjukkan bahwa ada tujuh jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap tersebut, Pole and line, Long line dan Trawl line merupakan tiga jenis alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan tersebut (Winarso, 2004). Untuk Cakalang, alat yang berperan besar dalam penangkapan adalah Pole and line, tonda dan pancing ulur (Ditjen Perikanan, 1989).

Di antara sekian banyak alat tangkap ikan untuk tujuan komersial yang paling sederhana dan murah harganya adalah pole and line ini. Peralatan yang hanya terdiri dari tiga komponen pokok yang ukurannya juga tidak terlalu besar dan khusus ini adalah joran, tali dan pancing saja. Joran bisa dibuat dari bambu yang ruasnya tidak terlalu panjang, tebal dan lurus, panjangnya sekitar 4-6 meter. Memang ada jenis bambu yang untuk joran pole and line ini sangat baik, karena mempunyai daya lentur yang tinggi (Surur, 2007).

Menurut Ditjen Perikanan (1989), sebagai penangkap ikan, alat ini sangat sederhana desainnya. Hanya terdiri dari joran, tali dan pancing. Tetapi sesungguhnya sangat komplek karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar pada ikan sebelum pemancingan dilakukan serta semprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal dan para pemancing.

Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Oleh karena digunakan hanya untuk menangkap cakalang, maka alat ini sering disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal akan mengejar gerombolan ikan, setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal lalu diadakan pemancingan. (http://fiqrin.wordpress.com/)

Ada beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air (http://fiqrin.wordpress.com/).

Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing yaitu :

  1. Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemancing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap;
  2. Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal;
  3. Pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban(http://fiqrin.wordpress.com/).
Menurut Surur (2007), hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal. Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus commersoni).

Klasifikasi Huhate (Pole and Line)

Menurut Direkorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (2009),  berdasarkan Statistik Indonesia alat tangkap huhate termasuk dalam kelompok pancing. Alat tngkap ini disebut juga pancing “gandar” karena menggunakan gandar “walesan” atau “joran” atau tangkin. Sedangkan berdasarkan FAO, penggolongan alat tangkap ikan menurut (Nedelec, 1996); dalam International Standart Statistical Classification On Fishing Gear (ISSCFG) Pole and Line termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing berjoran biasa.

Konstruksi Huhate (Pole and Line)

Menurut Surur (2007) konstruksi Pole and Line terdiri dari tiga komponen pokok yang ukurannya tidak terlalu besar dan khusus ini adalah joran, tali dan pancing.
  1. Joran panjangnya sekitar 4-6 meter, ada sejenis bambu untuk Pole and line yang sangat baik dipakai untuk joran karena mempunyai daya lentur yang tinggi. Diameter joran berkisar 5-6 cm dan diujungnya 2,5 - 2 cm, sehingga sesuai untuk pegangan orang Asia pada umumnya.
  2. Tali pancing yang digunakan berdiameter sekitar 1 mm dari bahan nylon. Sekarang banyak yang menggunakan monofilament dengan diameter yang sama. Panjang tali tidak lebih panjang dari panjang joran.
  3. Pancing yang digunakan untuk Pole and Line ini juga khusus, tidak menggunakan janggut. Untuk menambah berat pancing, pada bagian shank dipasang pemberat yang berupa besi yang dilapis bagan anti karat yang mengkilat. Penambahan berat pancing juga diperlukan mengingat pancing Pole and Line juga dipasangi bulu ayam atau bulu burung sebagai umpan.
Pengoperasian                                                               
Operasi penangkapan tentunya dimulai dari persiapan-persiapan terutama perbekalan dan perlengkapan, persiapan itu meliputi : bahan makanan, es, lampu, dan bahan bakar minyak, alat navigasi, persiapan mesin, persiapan pengaturan alat tangkap dan bahan lainnya (Sadhori 1985).

Menurut Malawa dan Sudirman (2004), setelah persiapan yang harus dilakukan di laut adalah  mempersiapkan peralatan penangkapan yang menunjang keberhasilan penangkapan ikan cakalang serta penyediaan umpan hidup. Adanya faktor umpan hidup membuat cara penangkapan ini menjadi agak rumit. Hal ini disebabkan karena umpan hidup tersebut harus sesuai dalam ukuran dan jenis tertentu, disimpan, dipindahkan, dan dibawa dalam keadaan hidup.

Operasi penangkapan dengan huhate dilakukan dengan cara mencari dan memburu kelompok ikan cakalang. Pencarian gerombolan ikan dilakukan oleh seorang pengintai yang tempatnya biasa berada di anjungan kapal dan menggunakan teropong  (Mallawa dan Sudirman, 2004).
Keberadaan ikan cakalang dapat dilihat melaui tanda-tanda antara lain: adanya buih atau cipratan air, loncatan ikan cakalang ataupun gerombolan burung-burung yang terbang menukik ke permukaan laut dimana gerombolan ikan berada.

Setelah menemukan gerombolan ikan, yang harus diketahui adalah arah renang kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut. Sementara pemancing sudah bersiap masing-masing pada sudut kiri, kanan, dan haluan kapal.

Pelemparan umpan dilakukan oleh boi-boi setelah diperkirakan ikan telah berada dalam jarak jangkauan lemparan, kemudian ikan dituntun ke arah haluan kapal. Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan umpan tersebut, mesin penyemprot sudah dihidupkan agar ikan tetap berada di dekat kapal. Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal, maka mesin kapal dimatikan. Sementara jumlah umpan yang dilemparkan ke laut dikurangi, mengingat terbatasnya umpan hidup. Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan diupayakan secepat mungkin mengingat kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas. Hal lain yang perlu diperhatikan pada saat pemancingan adalah menghindari ikan yang telah terpancing jatuh kembali ke laut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan ikan yang ada akan melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan meninggalkan kapal, sehingga mencari  lagi gerombolan ikan yang baru tentu akan mengambil waktu. (Mallawa dan Sudirman, 2004).

Kapal Huhate (Pole and Line)

Skipjack pole and line adalah jenis kapal yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Tipe kapal jenis ini memerlukan palka ikan, tangki untuk menyimpan umpan hidup serta system sirkulasi airnya, pipa - pipa dan pompa untuk memercikan air, tempat duduk untuk pemancing serta geladak kapal untuk tempat menjatuhkan ikan hasil pancingan.

Jenis kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan cakalang adalah pole and line tipe skipjack fishing boat. Kapal ini memiliki persyaratan tertentu yaitu pada haluan kapal dibuat anjungan yang mencuat kedepan untuk tempat pemancingan (tempat duduk pemancing), memiliki bak tempat umpan hidup (live bait tank), tempat penyimpanan hasil tangkapan, mempunyai system penyemburan air/spoit (water pump) dan palka yang dapat menampung ikan hasil tangkapan. Ayodhoya, (1981) Menurut Subani dan Barus, (1989), bentuk kapal cakalang mempunyai beberapa pengkhususan, antara lain :
  1. Di bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran (plat form)   dimana pada tempat tersebut para pemancing melakukan pemancingan;
  2. Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk menyimpan ikan umpan hidup;
  3. Kapal cakalang perlu dilengkapi dengan sistem semprotan air (water splinker system) yang dihubungkan dengan suatu pompa. Kapal cakalang yang umumnya digunakan mempunyai ukuran 20 GT dengan kekuatan 40 – 60 HP.
Menurut Ben – Yami, FAO, (1980) dalam perkembangannya huhate dapat diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kategori yaitu :
  1. Huhate (Skipjack Pole and line) Industri;
  2. Dalam operasi penangkapan mengunakan kapal lebih dari 100 GT, bahan terbuat dari besi dengan dilengkapi palka pendingin (freezer);
  3. Huhate (Skipjack Pole and line) Skala Besar
Sumber : http://justeko-fisheries.blogspot.com/2011/11/huhate-pole-and-line.html
Gambar : http://www.iftfishing.com/wp-content/uploads/2011/04/huhate.jpg


0 komentar:

Posting Komentar