Pembangunan Perikanan Di Indonesia
1.
PENDAHULUAN
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas
di cakrawala katulistiwa dari 94 o sampai 141o Bujur
Timur dan 6 o Lintang Utara sampai 11 o Lintang Selatan,
dan merupakan negara kepulauan. Kepulauan Indonesia terdiri dari
17.508 pulau besar dan kecil dan memiliki garis pantai 81.00 km terpanjang ke
dua di dunia, serta luas laut 5,8 juta km2 (G. Jusuf, 1999).
Wilayah laut
Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia
memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai.
Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional 1982,
wilayah laut yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 yang
terdiri dari 3,1 juta km2 perairan laut teritorial Indonesia dan
sisanya sekitar 2,7 juta km2 perairan ZEE.
Wilayah
Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati, hal ini dimungkinkan karena
Indonesia terletak diatara dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia, juga diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.
Wilayah laut menjadi sangat penting dengan dicantumkannya
pada GBHN tahun 1993, dan didirikannya Departemen Kelautan dan
Perikanan.UndangUndang No. 22 dan 25 tahun 1999 juga mencantumkan kelautan
sebagai bagian dari otonomi daerah.
Beberapa
alasan pembangunan kelautan antara lain:
Indonesia
memiliki sumberdaya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun keragamannya,
Sumberdaya laut tersebut bila ditinjau dari kuantitas sangat besar
seperti yang diuraikan di sub bab potensi sumberdaya laut di bagian bawah ini,
adapun keragaman sumberdaya laut untuk jenis ikan diketahui terdapat 8.500
jenis ikan pada kolom perairan yang sama, 1.800 jenis rumput laut dan 20.000
jenis moluska,
¨ Sumberdaya
laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan, artinya bahwa ikan ataupun
sumberdaya laut lainnya dapat dimanfaatkan, namun harus memperhatikan
kelestariaannya, sehingga nantinya masih terus dapat diusahakan
¨ Pusat
Pertumbuhan ekonomi, dengan akan berlakunya liberalisasi perdagangan di abad 21
ini, akan terbuka peluang untuk bersaing memasarkan produk-produk kelautan
dalam perdagangan internasional.
¨ Sumber
protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi khususnya untuk
asam amino tak jenuh, atau dikenal juga dengan kandungan OMEGA-3 yang sangat
bermanfaat bagi tubuh manusia.
¨ Penghasil
devisa negara, udang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti tuna,
cakalang ataupun lobster, saat ini merupakan komoditi eksport yang menghasilkan
devisa negara diluar sektor kehutanan maupun pertambangan.
¨ Memperluas
lapangan kerja, dengan semakin sempitnya lahan pertanian di areal daratan, dan
semakin tingginya persaingan tenaga kerja di bidang industri, maka salah satu
alternatif dalam penyediaan lapangan kerja adalah di sektor perikanan. Apalagi
dengan adanya otonomi daerah maka daerah-daerah yang memiliki potensi di bidang
perikanan yang cukup besar akan berlomba untuk mengembangkan potensi perikanan
laut yang ada, sehingga akan membuka peluang yang sangat besar bagi penyediaan
lapangan kerja yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia sekarang ini.
¨ Industri
perikanan berhubungan luas dengan industri-industri lainnya, industri perikanan
berhubungan erat dengan industri lainnya misalnya dalam pengadaan kapal,
pengadaan bahan bakar minyak (BBM), juga pengadaan sarana dan prasarana lain.
II. POTENSI PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
Potensi
perikanan laut sesungguhnya merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Namun asset ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi
perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut, dan industri
bioteknologi kelautan. Potensi
perikanan laut menurut Rokhmin, D (2001) sebagai berikut :
· Potensi Perikanan Tangkap
Potensi
perikanan tangkap diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY (Maximum
Sustainable Yield). Hingga saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5 juta ton
sehingga tersisa peluang sebesar 1,5 ton/tahun. Seluruh potensi perikanan
tangkap tersebut diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar US$15.1 milyar.
· Potensi Budidaya Laut
Potensi
budidaya laut terdiri dari total potensi budidaya ikan, udang, moluska dan
budidaya rumput laut. Potensi budidaya laut diperkirakan sebesar 46,73 juta ton
per tahun.
· Potensi bioteknologi Kelautan
Potensi
bioteknologi kelautan juga masih besar untuk mengembangkan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan
pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan. Nilai ekonomi dari
potensi bioteknologi kelautan tersebut diperkirakan mencapai US$ 40 milyar.Perkiraan
umum nilai ekonomi dari potensi Sumberdaya Perikanan laut sebagai berikut:
Tabel 1. Perkiraan Umum Nilai Ekonomi Potensi Sumberdaya
Perikanan Laut
Komoditi
|
Potensi Lestari
|
%
|
Harga (US$/ton)
|
Perkiraan Nilai (US$)
|
Perikanan laut
|
||||
Tuna/cakalang
|
780.040
|
9,91
|
8.000
|
6.240.320.000
|
Udang
|
59.272
|
0,75
|
14.125
|
837.217.000
|
Demersal
|
1.429.080
|
18,15
|
4.500
|
6.430.860.000
|
Pelagis
kecil
|
2.602.800
|
33,06
|
600
|
1.561.680.000
|
Lainnya
|
77.632
|
0,99
|
450
|
34.934.400
|
Jumlah
|
4.948.824
|
62,86
|
3.052
|
15.105.011.400
|
Budidaya laut
|
||||
Rumput laut
|
482.400
|
6,13
|
450
|
217.080.000
|
Ikan dan kerang-kerangan
|
46.000
|
0,58
|
5.000
|
230.000.000
|
Mutiara
|
3
|
0,00
|
40.000.000
|
120.000.000
|
Jumlah
|
528.403
|
6,71
|
1.073
|
567.080.000
|
Bioteknologi
Kelautan
|
-
|
-
|
-
|
40.000.000.000
|
Total keseluruhan
|
-
|
-
|
-
|
55.672.091.400
|
Sumber: Rokhmin D. (2001)
Ditambahkan
oleh J, Kusrin (1997), bahwa di sepanjang pantai kepulauan Nusantara terdapat
hutan mangrove yang luas dan di perairan pesisirnya terdapat bentangan wilayah terumbu
karang sepanjang 17.500 km, serta rawa nipa dan rawa pasang surut disekitar
muara delta sungai. Kesemuanya merupakan lingkungan bagi biota laut dengan standing
crop populasi ikan yang tinggi serta tempat habitat fauna, yang berkembang
kejurusan laut dan darat, yang merupakan sumber bahan pangan, minuman, bahan
bangunan, energi dan lain-lain.
III. MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERIKANAN
LAUT
Lambatnya pembangunan di bidang perikanan laut ini
disebabkan banyaknya kendala, dimana Menurut A. Nontji (1997), dalam upaya
pengembangan perikanan laut ditemui berbagai kendala antara lain :
a. Kondisi geografis
Perairan
Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang antara dua samudera, yaitu
samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dan antara dua benua yaitu Benua
Australia dan Asia merupakan wilayah yang rawan dalam segi HANKAMNAS dan
berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.
Kondisi
geografi dengan banyak pulau bertebaran diseluruh perairan Indonesia
membutuhkan sarana perhubungan laut. Perhubungan laut ini diperlukan untuk
mendukung perkembangan ekonomi, sehingga memegang peranan yang sangat penting
yang hingga kini dirasakan masih merupakan kendala tersendiri.
b. Sarana dan Prasarana
Keterbatasan
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pembangunan merupakan
salah satu faktor rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi (khususnya untuk daerah
Indonesia bagian Timur). Pengembangan infrastruktur secara lengkap akan memacu
perkembangan pembangunan kelautan yang merupakan salah satu pintu
keberhasilanan pembangunan. Keterbatasan peralatan dan sarana fisik kelautan
mengurangi keefektifan kegiatan eksplorasi dan penelitian kelautan.
c. Aktualisasi pemanfaatan tidak
merata dan tidak seimbang
Kegiatan penangkapan ikan di laut sebagian besar masih
berkisar di perairan pantai yang padat penduduknya. Dengan demikian pemanfaatan
sumberdaya perikanan laut belum merata untuk wilayah Indonesia. Khusus untuik
perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) masih sangat sedikit diusahakan, sehingga
memancing timbulnya pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.
d. Komitmen Pemerintah
Komitmen
dan kelancaran dukungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, terhadap suatu pembangunan merupakan faktor kunci keberhasilan
pembangunan.
e. Kualitas Sumberdaya Manusia
Rendahnya
tingkat kesejahteraan masyarakat laut diakibatkan oleh rendahnya kualitas
sumberdaya manusia (SDM). Dampak yang ditimbulkan terungkap pada akses
masyarakat terhadap sumberdaya laut dan penguasaan teknologi kelautan yang
masih rendah.
f. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peran
IPTEK dalam usaha memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan secara efisien dan
berkelanjutan sangat jauh tertinggal. Dengan luasnya wilayah laut Indonesia
serta keberadaan sumberdaya alam, baik di laut, di dasar laut mengharuskan kita
memanfaatkan keunggulan IPTEK. Sistem pemantau maupun pemetaan sumberdaya alam
di laut tidak dapat lagi menggunakan teknologi konvensional.
IV. PEMBANGUNAN PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
Keberadaan
Perairan Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang di antara dua
samudera dan dua benua, mengharuskan Indonesia untuk berperan aktif dalam
forum-forum regional sehingga terjalin kerjasama dan kesatuan di antara
negara-negara tetangga. Kerjasama luar negeri baik itu bilateral, regional
maupun internasional perlu ditingkatkan untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya
ikan, penelitian maupun pengelolaan laut, termasuk dalam pengaturan batas ZEE.
Selain itu
Pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional dengan menerapkan
konvensi hukum laut internasional meliputi penetapan batas wilayah perairan
indonesia maupun ZEE serta mengembangkan potensi nasional merupakan kekuatan
pertahanan keamanan di bidang maritim untuk menjamin keselamatan dan
pembangunan di laut.
Peran
serta Departemen Perhubungan khususnya perhubungan laut dalam pengadaan
sarana-sarana perhubungan laut akan memberi solusi bagi terbukanya wilayah yang
terisolasi sehingga memungkinkan pembangunan wilayah di pulau-pulau maupun
wilayah yang terpencil sekalipun.
Pembangunan
sarana dan prasarana di bidang perikanan sangat dibutuhkan, misalnya pelabuhan
perikanan atau tempat pendaratan ikan. Pelabuhan perikanan dan juga tempat
pendaratan ikan merupakan pusat pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan
ekonomi perikanan, pengembangan agribisnis dan agroindustri perikanan. Pusat
pelayanan tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan
dan hasil budidayaan, tempat pelayanan kegiatan operasi kapal-kapal perikanan,
pusat pemasaran dan distribusi perikanan, tempat pengembangan usaha industi
perikanan dan pelayan eksport, tempat pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan
pengumpulan data. Mengingat fungsi pelabuhan perikanan sangat luas dan memiliki
kekhususan, maka keberadaan pelabuhan perikanan harus merupakan wilayah kerja
tersendiri dan tidak dapat disatukan dengan pelabuhan umum (Muchtar A, 1999).
Pembangunan infrastuktur secara lengkap akan memacu perkembangan pembangunan
kelautan. Khususnya untuk Daerah Indonesia bagian Timur dimana terdapat potensi
perikanan laut yang besar namun pemanfaatannya masih sangat rendah sangat
membutuhkan pembangunan fisik pelabuhan perikanan maupun tempat pendaratan ikan
berikut fasilitas yang diperlukan.
Kegiatan
penangkapan ikan di laut sebagian besar masih berkisar di perairan pantai yang
padat penduduknya seperti perairan Utara Jawa, Selat Bali, dan selat Makasar.
Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya perikanan laut selanjutnya dihadapkan
kepada tantangan untuk dapat memanfaatkan sumberdaya yang optimal dan merata
serta sekaligus dapat mengurangi tekanan/intensitas pemanfaatan secara
berlebihan di daerah-daerah yang kritis. Selain itu juga perlu meningkatkan
pengoperasian di wilayah ZEE secara bertahap. Untuk itu perlu pengaturan zona.
Dimana zona atau daerah-daerah yang sudah mengalami tekanan yang tinggi
penangkapan harus mengurangi armada perikanannya sedang untuk daerah-daerah
yang masih memiliki potensi yang besar namun memiliki sedikit armada kapal,
harus mulai dilakukan penambahan armada. Selain itu perlu dibangun
armada-armada kapal perikanan yang besar yang sanggup beroperasi di daerah ZEE.
Hal ini perlu agar potensi perikanan laut di daerah ZEE dapat dimanfaatkan
secara optimal. Selain itu kebijakan eksport kapal-kapal bekas dapat
dilanjutkan tetapi hal ini tanpa mematikan pengadaan kapal-kapal dalam negeri.
Selain itu perlunya dorongan bagi pembangunan industri kapal perikanan dalam
negeri dan meningkatkan kemampuan rancang bangun serta perekayasaan kapal dan
alat penangkapan ikan.
Komitmen
pemerintah dalam mendukung pembangunan perikanan laut, merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam pembangunan di Sektor perikanan laut. Melihat rumitnya
struktur kelembagaan yang ikut ambil bagian dalam menangani persoalan-persoalan
perikanan laut membuat semakin banyaknya masalah-masalah yang timbul, untuk itu
perlu penataan kembali lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang perikanan laut
sehingga wewenang dan fungsinya jelas dan optimal. Perlunya sikap rendah hati
dari setiap pimpinan lembaga untuk melepaskan capurtangannya dan menyerahkan
kepada lembaga yang terkait.
Pembuatan
perundang-undangan yang tepat serta pengawasan yang ketat akan menghasilkan pengelolaan
sumberdaya laut yang efektif dan efisien tanpa merusak sumberdaya laut yang
ada. Oleh karena itu sebelum pemerintah membuat perundang-undangan hendaknya
diperlukan informasi dan data, serta kajian yang lengkap dan matang sehingga
perundang-undangan yang berlaku menjadi sangat efektif untuk dilaksanakan.
Kegiatan pengawasan menurut Muchtar A, (1999) mutlak diperlukan dengan konsep monitoring,
controlling dan survaillance (MCS). Pengawasan perlu
dilakukan juga terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan di ZEE oleh kapal-kapal
ikan asing yang mendapat ijin untuk beroperasi di Perairan ZEEI, sehingga
pencurian ikan oleh kapal asing dapat ditekan sedemikian rupa sehingga
sumberdaya ikan tidak mengalami kerusakan.
Pendidikan
dan pelatihan bagi sumberdaya manusia terus diupayakan untuk meningkatkan
jumlah dan kualitas sumberdaya manusia baik dari segi pola pikir maupun dalam
ketrampilan, sehingga nantinya dapat memiliki wawasan ke depan serta dapat
menguasi teknologi dan mempunyai inovasi menghadapi tantangan-tantangan jaman.
Menurut Muchtar, A (1999) untuk dapat meningkatkan kemampuan memanfaatkan
sumberdaya perikanan laut, khususnya di perairan ZEE, diperlukan nelayan yang
mempunyai pengetahuan dan kemampuan teknis pengoperasian kapal besar.
Selain
penguasaan teknologi seperti yang telah dikemukakan di atas, diperlukan juga
teknologi pasca panen untuk mendapatkan produk yang berkualitas yang dapat oleh
pasar internasional maupun lokal. Indonesia juga harus mengembangkan rekayasa
kelautan dimana Indonesia dipacu untuk dapat menghasilkan peralatan yang
dibutuhkan dalam bidang perikanan tanpa harus terus menerus mengadalakan
peralatan buatan luar negeri. Pengembangan ini dapat dilakukan secara
bersama-sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta yang
bergerak dalam bidang IPTEK kelautan secara menyeluruh. Selain teknologi yang
terus ditingkatkan juga perlu diimbangi dengan sistem informasi dan data yang
akurat bagi kepentingan nelayan maupun instansi terkait untuk pengambilan
kebijakan. Misalnya informasi mengenai daerah penangkapan ikan, potensi
sumberdaya ikan di suatu perairan tertentu sehingga informasi-informasi ini
dapat mengarahkan nelayan melakukan penangkapan.
IV KESIMPULAN
Dalam
pembangunan Perikanan laut, penguasaan teknologi perlu ditingkatkan. Teknologi
yang perlu ditingkatkan dalam pembangunan perikanan laut (Rohmin D, 1997)
antara lain:
·
Pengembangan kemampuan armada
penangkapan ikan nasional, dari yang bersifat hunting menjadi lebih
bersifat harvesting. Ini memerlukan penguasaan dan penerapan IPTEK baru,
antara lain sensor system, remote sensing dan GIS, permodelan dan simulasi
komputer, artificial inteligence dan decision support system,
teknologi penangkapan dan kapal penangkapan ikan yang modern dan effisien untuk
eksploitasi Sumberdaya ikan di ZEE.
·
Pengembangan teknologi budidaya laut (mariculture), termasuk sea
ranching, untuk sumberdaya ikan yang sudah dibudidayakan maupun yang belum
(baru).
·
Penerapan bioteknologi untuk budidaya
laut, termasuk teknik ekstrasi bioactive subtances atau marine
natural products untuk industri pangan, obat-obatan dan kosmetika.
·
Pengembangan teknologi pengelolaan (konservasi) sumberdaya perikanan dan
lingkungan laut serta rehabilitasi habitat ikan yang telah rusak, sehingga
kelestarian produksi sumberdaya ikan dapat dipelihara.
·
Pengembangan ilmu dan teknologi
kelautan, khususnya dalam bidang fisika oseanografi.
Sumber, Yunias Dao & Yasato
Zebua Tumori)
0 komentar:
Posting Komentar