Jumat, 08 Mei 2015

MANFAAT IKAN CUCUT



MANFAAT IKAN CUCUT

PENDAHULUAN

Di antara beberapa sumber protein hewani yang ada, ikan mempunyai prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan se- bagai   sumber   protein   murah.   Hal   ini dimung-kinkan karena Indonesia memiliki areal  perikanan  laut  lebih  dari  3  juta  km yang merupakan 70% dari luas teritorial Indonesia dengan potensi perikanan sekitar 6 juta ton per tahun. Sampai saat ini  yang  telah  dimanfaatkan  baru  sekitar satu juta ton per tahun (WAHYUNI1986).
Ikan cucut salah satu penghuni laut yang cukup dikenal dan disegani para nelayan. Ikanini  mempunyai indera pencium yang sangat tajam, melebihi indera pengli- hatan dan indera pendengaran sehingga dapat mengetahui posisi mangsanya dengan tepat. Semua jenis ikan cucut bersifat car- nivora artinya he wan pemakan daging. Akan tetapi ada kecenderungan ikan ini bersifat omnivora, karena dalam kenyataan ikan ini memakan semua jenis makanan, termasuk kaleng-kaleng bekas dan botol- botol plastik. Cucut berukuran relatif besar, umumnya memanfaatkan ikan termasuk juga cumi-cumi sebagai makanan utamanya, se- lain itu cucut juga memakan burung laut, zooplankton, penyu dan nekton. Nama lain dari cucut adalah "hiu". Istilah cucut dan hiu sesungguhnya mempunyai arti yang sama. Ikan ini termasuk dalam kelas Elasmo- branchii yang berarti ikan bertulang rawan. Didu ga  di  d u n i a  t e rd ap at  seki t a r  250 - 300 jenis ikan cucut, 29 jenis di antaranya telah diketahui hidup di perairan Indonesia.
Beberapa contoh nania cucut yang terdapat di perairan Indonesia antara lain adalah hiu botol (Squalus acanthias), hiu kepala niartil (Sphyrna sp), hiu anjing (Squalus sp), hiu malani dan sebagainya. Tulisan ini mengetengahkan sekelumit rne- ngenai cucut dan pemanfaatan bagian-bagian tubuhnya, sebagai suatu komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

MANFAAT IKAN CUCUT

Tidak seperti jenis he wan lain, hampir seluruh tubuh cucut dimanfaatkan, mulai dari daging, bisa hati, tulang-tulang sampai pada siripnya tidak ada yang dibuang. Dibandingkan dengan  jenis  ikan  lain, maka ikan cucut merupakan ikan yang serba guna. Hampir semua bagian tubuhnya mulai dari ujung kepala sampai ujung ekornya dapat dimanfaatkan, juga termasuk "jeroan" atau organ dalamnya. Bagian tubuh yang terpenting yang mempunyai nilai ekonomi penting (paling tinggi) adalah sirip dan hatinya. Bagian-bagian yang lain merupakan bagian yang kurang begitu penting ditinjau dari segi komersial saat ini. Akan tetapi sebetulnya dapat dimanfaatkan secara lebih efisien, agar bernilai guna tinggi.

 Daging Cucut
Secara umum daging ikan cucut mem- punyai  nilai  gizi  yang  cukup  baik,  yaitu rata-rata  mengandung 20  % protein,  1,5  % mineral dan 0,3 %lemak (WAHYUNI1986). Walaupun kandungan proteinnya tinggi, te- tapi sampai saat ini daging cucut belum da- pat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan adanya kendala berupa kandung- an ureanya yang sangat tinggi, sehingga da- lam pengolahan dagingnya mudah rusak dan berbau pesing (amoniak). Ikan bertulang rawan seperti halnya ikan cucut ini, niemang mempunyai kandungan urea yang cukup tinggi,  yaitu antara 2 - 2 , 5  %. Sedangkan ikan bertulang keras, seperti sehari-hari kita  makan,  hanya  mengandung  sekitar 0,05 %. Setelah ikan mati, maka urea yang terkandung di dalam daging ikan diubah oleh enzim urease membentuk senyawa kar- bondioksida dan amonia. Selain mempunyai kadar urea yang tinggi ikan bertulang rawan juga mengandung trimetilamin oksida (TMAO)  yang  tinggi,  yaitu  antara  500  - 1500 ing/100 gram. TMAO selanjutnya akan diuraikan oleh aktivitas mikroba menjadi trimetilamin (TMA) yang mempunyai bau seperti anomia.


Kandungan urea ikan cucut dapat dihilangkan dengan beberapa cara, yaitu : pencucian dengan air dingin secara berulang- ulang, perendaman dengan larutan garam, perendaman dalam larutan asam, atau peren- daman dalani suasana basa. Dengan menu- runnya kadar urea, maka hilanglah hambatan dalani memanfaatkan daging cucut, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber protein yang murah. Kurangnya pengetahuan tentang cara menghilangkan bau inilah yang menyebab- kan daging ikan cucut selama ini tidak disu- kai oleh masyarakat, Beberapa daerah di Indonesia Bagian Timur, cucut ditangkap hanya untuk diambil hati dan siripnya saja, sedangkan daging dan bagian-bagian lainnya dibuang begitu saja.

Para nelayan Indonesia menangkap ikan cucut hanya untuk mendapatkan da- gingnya saja, kemudian diolah menjadi ikan asin atau sebagian kecil ada juga yang dipindang (terutama di daerah Jawa barat), sedangkan hatinya belum mereka manfaat- kan, karena mereka pada umumnya belum tahu cara-cara pengolahan serta manfaatnya. Beberapa tempat misalnya di pelabuhan Ratu (Jawa Barat) ada juga nelayan yang telah mengolah hati cucut dengan cara dan peralatan yang sangat sederhana. Sudah tentu dengan cara yang demikian mutu mi- nyak yang dihasilkan jauh dari apa yang telah disyaratkan. Hati ikan cucut memerlu- kan penanganan yang khusus, sebab kan- dungan lemak hati ikan cucut ini cukup ting- gi, yang mengakibatkan oksidasi mudah terjadi, sehingga hati cucut ini cepat sekali membusuk.

Sirip ikan cucut
Sirip dari semua jenis ikan cucut mem- punyai nilai komersial tinggi sebagai bahan makanan, kecuali jenis ikan "Nurse Shark" Gynglymastoma cirratum (BEAUMARIAGE 1968; KREUZER and AHMED 1978). Jenis ikan cucut ini siripnya tidak mengan- dung gelatine, oleh karena itu tidak mempu- nyai nilai komersial untuk dimanfaatkan sebagai makanan. Sirip cucut sangat disukai oleh bangsa-bangsa Tionghoa, Jepang, Filipi- na sebagai sup ("fins soup") dengan harga yang cukup tinggi. Ada 4 (empat) golongan ikan cucut menurut tingkatan harga dari siripnya, yaitu :
1. Tingkat paling mahal, adalah sirip cucut darijenis-jenis :
-   cucut martil (Sphyrna sp.).
-   cucut mako (Isurus).
-   cucut biru (Prionace).
2. Tingkat  utama (grade   1),  adalah sirip cucut dari jenis-jenis:
-   cucut putih (Carcharodon sp.).
-   cucut thresher (Alopias sp.).
3. Tingkat  sedang  (grade 2), adalah  sirip cucut darijenis-jenis:
-   cucut  moncong putih (Carcharhinus sp.).
-   cucut macan (Galeocerdo).
4. Tingkat  bawah  (grade  3), adalah  sirip cucut darijenis-jenis:
-   cucut-cucut  yang  masih muda/kecil.

Selain dari jenisnya, harga sirip cucut juga ditentukan oleh ukuran sirip itu sendiri. Satu set sirip cucut lengkap yang siap untuk dijual terdiri dari 2 sirip dada, sirip punggung I dan II serta 1 sirip kaudal. Sirip cucut me- rupakan bahan sup yang lezat. Setelah dio- lah, sirip-sirip ini akan membentuk serat- serat kolagen yang menyerupai bihun. Indonesia telah mengekspor sirip cucut ke- ring yang umumnya berasal dari daerah Sula- wesi Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Utara, Sumatera  Utara, dan Jakarta ke berbagai negara, seperti : Malaysia, Hongkong, Singa- pura. Berawal dari tahun 1983 hingga tahun 1986 ekspor ikan cucut telah meningkat dari 333.713 kg. (atau senilai 6.000.301$ U.S.) meningkat menjadi 429.248 kg. (atau senilai 1.033.711 $ U.S.). Sayangnya hingga saat ini ekspor tersebut baru dilaku- kan  dalam bentuk  sirip  kering.  Diharapkan dengan sedikit sentuhan tekhnologi, kita dapat mengekspornya dalam bentuk serpih- an-serpihan menyerupai bihun yang siap untuk dibuat masakan (sup) sehingga mem- punyai nilai tambah yang lebih baik.

Kulit Ikan Cucut

Kulit ikan cucut merupakan bahan yang penting dibandingkan kulit-kulit lain yang berasal dari laut. Kulit ikan cucut dimanfaatkan menjadi kulit tersamak. Kulit tersaniaknya digolongkan sebagai kulit yang istimewa (special leather) (KREUZER & AHMED 1978). Di Indonesia, penelitian penyamakan kulit ikan cucut telah dilaku- kan oleh YUNIZAL & NASRAN (1982), yang mengatakan bahwa secara organolep- tik kulit nientah yang langsung dimasak memberikan hasil kulit termasuk yang cukup baik, yaitu catnya rata, mengkilap, sedikit mengkerut serta lunak. Sedangkan persya- ratan niutu kimia dari kulit tersamak mem- berikan hasil yang memenuhi standar mutu kulit sapi, seperti halnya hasil samakan kulit hewan lain, hasil samakan kulit hewan cucut dapat juga dibuat barang-barang industri kulit, seperti tas, sepatu, dompet, dan lain-lainnya. Salah satu produk dari kulit ikan cucut adalah "broso leather" dimana sisiknya tidak dihilangkan, tetapi diproses sampai mengkilap, biasanya dipakai sebagai pelengkap busana bagi wanita. Kulit semacam ini tergolong sebagai jenis kulit yang mahal.

Minyak Hati Ikan Cucut
Hati ikan cucut banyak mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan telah lama diketahui. Minyak hati ikan cucut yang umurnnya dikenal adalah sebagai sumber vitamin A. Pada saat ini hanya sejumlah kecil saja dari minyak hati ikan cucut ini dipergunakan di dalam industri tekstil, industri cat, serta sebagai minyak pelumas untuk alat-alat atau mesin dengan jumlah gesekan serta panas yang terbatas. Dean cucut dari jenis-jenis tertentu minyak hatinya dapat dipakai sebagai bahan obat, yaitu antara lain Galeus glaucus (black shark), Isurus glaucus (pako shark), Muste- lus manazo (smooth-hound shark), Sphyr- nidae (hammerhead shark).

Gigi Ikan Cucut
Cucut yang tumbuh sempurna dapat menghasilkan ± 150 gigi yang baik, Gigi-gigi yang memenuhi standar untuk dijual, pan- jangnya sekitar 1,5 inci dan biasanya yang baik ialah gigi dari jenis mako. Gigi ikan cucut dapat dioiah menjadi perhiasan (asessori) seperti kalung, gelang, anting, cincin, kancing baju dan sebagainya. Sedang- kan tulangnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat dan bahan baku farmasi. Ususnya dapat dioiah menjadi bahan baku pembuat insulin, juga organ ini dapat dipero- leh enzini protease yang banyak dimanfaat- kan dalam industri pangan dan non pangan.

Sumber Squalene
Squalene adalah suatu hasil ekstraksi minyak hati ikan cucut penghuni perairan laut dalam (antara 600 - 1000 m). Hal ini diperkirakan bahwa squalene sangat dibu- tuhkan oleh ikan yang bersangkutan guna melengkapi fungsi biologisnya sehubungan dengan kehidupan mereka di perairan laut dalam. Jenis cucut yang mempunyai kan- dungan squalene yang cukup tinggi adalah dari marga Cetorhinus. Squalene dapat di- pergunakan secara luas dalam industri far- masi,  industri kosmetika, industri bahan- bahan  lamia,  pabrik  cat dan  sutera  tiruan. Squalene merupakan suatu bentuk senyawa yang tidak stabil, dengan rumus kimia C30H50. Senyawa ini harus diproses lagi dengan jalan "hydrogenasi" yang dapat me- rubah  senyawa  squalene yang  tidak  stabil menjadi senyawa yang stabil yaitu C30H62 dan lebih dikenal sebagai "perhydrosqua- lene". Squalene atau persqualene (C30H62) merupakan senyawa kimia hidrokarbon- siklis serta mempunyai ikatan molekul tunggal. Bahan ini dalam industri kosmetika dapat dipergunakan sebagai bahan penghalus kulit.

Penyakit kekurangan vitamin A pada anak-anak pra-sekolah merupakan masalah yang sangat serius di Indonesia (ABDUR- RACHMAN & SALEH 1976). Ini meru- pakan hal yang sangat tragis sekali, karena sebenarnya alam negeri kita kaya akan ba- han-bahan sumber vitamin A, patut disa- yangkan  bahwa  sampai  saat  ini  belum banyak perhatian diarahkan untuk memanfaat- kan bahan-bahan sumber vitamin A seperti "Cod Liver Oil" dan sebagainya. Salah satu sumber vitamin A yang perlu mendapat perhatian ialah minyak hati ikan. Minyak hati ikan ini dengan mudah diperoleh dari jenis-jenis ikan tertentu yang banyak ter- dapat di perairan Indonesia. Salah satu jenis ikan yang mempunyai prospek sangat baik sebagai penghasil minyak hati ikan ialah ikan hiu (shark).

Ikan cucut adalah ikan yang relatif mudah ditangkap dan terdapat dalam jum- lah yang cukup besar di perairan Indonesia (ABDURACHMAN&SALEH1976). Ada- pun jenis-jenis ikan cucut yang banyak ter- tangkap antara lain ialah : hiu martil (Ham- merhead  shark atau  Zygaena  sp.),  hiu ca-ping (Galeorphynus australis), hiu gergaji (Lamna nasus),hiu parang (Alopias vulpi-nus) dan hiu biru (Prionace  glauca).  Hati  dari jenis cucut ini mempunyai kadar minyak antara 20 60  %,  sedangkan  kandung-an  vitamin  A pada minyak yang dihasilkan antara 2.000- 153.000  i.u. (RAHARDJO  1974 dalam ABDURACHMAN & SALEH 1976).






1 komentar: