Penanganan Pasca Panen Ikan
Lele
Seperti ikan air tawar lainnya
,biasanya ikan lele konsumsi dijual dalam keadaan hidup. Ikan lele merupakan
salah satu hasil peternakan yang kaya akan gizi. Ikan lele (Clarias spp.)
merupakan ikan air tawar yang dapat hidup di tempat-tempat kritis, seperti
rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan yang keruh, dan tempat
berlumpur yang kekurangan oksigen.
Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak
bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang
menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di
bagian atas, dengan mata yang kecil
dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang
sungut peraba (barbels) yang
amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat
pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada
sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tapi
juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena
patil tersebut
Adakalanya ikan konsumsi ini akan
lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Oleh karena itu
penanganan pasca panen termasuk cara pengangkutan sangat perlu diperhatikan.
Sistem pengangkutan ikan lele
dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara terbuka dan secara tertutup.
Pengangkutan secara terbuka umumnya untuk ikan leleberukuran besar yang siap di
konsumsi. Alat yang digunakan adalah tong plastik atau bak yang terbuat dari
fiber glass. Tong plastik yang digunakan harus disesuaikan dengan jumlah lele
yang akan diangkut dan sarana pengangkutan yang tersedia. Sebelum diangkut,
lele diberok atau dipuasakan selama 1 hari dengan cara disimpan pada air yang
mengalir agar tubuhnya bersih. Tong plastik yang digunakan harus bersih dari
kotoran, kemudian diisi air sebanyak 1/3 dari volume tong. Jika menggunakan
tong plastik berukuran 200 liter, lele yang dapat diangkut sebanyak 40-50
kg/tong. Jika menggunakan tong plastik berukuran 20 liter, lele yang dapat
diangkut sebanyak 5-10 kg/tong. Pengangkutan secara tertutup untuk mengangkut
benih lele yang masih kecil. Keberhasilan pengangkutan sangat ditentukan oleh
beberapa faktorseperti teknik pengangkutan, alat angkut, lama pengangkutan atau
jarak tempuh, jumlah dan ukura lele, serta waktu pengangkutan.
Hal yang perlu diperhatikan agar
ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara
lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air
yang bersuhu rendah sekitar 20 ° Celcius
b. Waktu pengangkutan hendaknya
pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam
alat pengangkutan tidak terlalu padat.
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan penurunan mutu ikan segar antara lain :
a.
Jenis dan Ukuran Ikan
Menurut Murniyati dan Sunarman
(2000), kecepatan pembusukan berbeda pada tiap jenis karena perbedaan komposisi
kimianya. Ikan – ikan yang kecil lebih cepat membusuknya daripada ikan yang
lebih besar.
b.
Suhu Ikan
Menurut Ilyas (1983), suhu air
saat ikan ditangkap mempengaruhi kemunduran mutu ikan terutama pada air yang
bersuhu tinggi dan ikan berada lebih lama didalam air sebelum diangkat, hal ini
yang dapat mempercepat proses kemunduran mutu ikan. Suhu ikan adalah faktor
yang paling besar peranannya adalam menentukan waktu yang diperlukan ikan
memasuki, memulai, dan melewati rigor.Semakin rendah suhu penanganan ikan
segera setelah ditangkap semakin lambat ikan memasuki tahap rigor dan semakin
panjang waktu rigor itu berakhir ( Ilyas, 1983).
c.
Cara Kematian dan Penangkapan
Menurut Moelyanto (1992), ikan
yang tidak banyak berontak ketika ditangkap atau sebelum mati, kesegarannya
akan lebih tahan lama daripada ikan yang lama berontak. Ikan yang ditangkap
dengan payang, trawl, pole and line dan sebagainya, akan lebih baik keadaannya
apabila dibandingkan dengan yang ditangkap melalui giil net, long line dan
sebagainya. Ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan agak lama terendam di dalam
air sehingga keadaannya sudah kurang baik sewaktu dinaikkan keatas dek
(Adawyah, 2007).
d.
Kondisi Biologis Ikan
Ikan yang sangat kenyang akan
makanan saat ditangkap (disebut “feedy fish”),perut dan dinding perutnya segera
diurai oleh enzim isi perut yang mengakibatkan perubahan warna “perut gosong”
(belly burn) yang mengarah perut terbusai ( torn bellies atau belly burst).
Ikan pelagik, sardin, dan kembung yang perutnya kenyang, dapat mengalami
pembusaan perut jauh sebelum tanda – tanda pembusukan mulai terlihat (Ilyas,
1983).
e.
Cara Penanganan dan Penyimpanan
Menurut Adawyah (2007), jika ikan
yang dalam keadaan rigor diperlakukan dengan kasar, misalnya ditumpuk terlalu
banyak, terlempar, terkena benturan, terinjak, terlipat, dibengkokkan atau
diluruskan dan sebagainya, maka pembusukan akan berlangsung lebih cepat.
Pembusukan dapat diperlambat jika ikan disiangi dan disimpan pada suhu yang
rendah.
Preparasi
Ikan lele
1. Penyiangan
Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan produk perikanan haruslah ikan yang masih segar bahkan ikan yang
masih dalam keadaan hidup, agar diperoleh produk akhir yang bermutu tinggi.
Sebelum diolah sesegera mungkin dilakukan penyiangan ikan. Penyiangan dilakukan
dengan cara membuang kepala dan isi perut, sebelum daging dipisahkan, karena
kepala dan isi perut mengandung lemak dan enzim protease yang dapat menurukan
kemampuan gel, disamping itu isi perut banyak mengandung bakteri dan juga dapat
menggelapkan warna dagingnya. Pada tahap penyiangan, kepala, kulit dan isi
perut dibersihkan karena insang, isi perut dan sisik, ini merupakan sumber
bakteri pembusuk (Hadiwiyoto, 1993).
2.
Pencucian
Proses selanjutnya adalah
pencucian. Ikan dicuci dalam air mengalir agar sisa kotoran yang masih menempel
pada daging ikan terbuang. Tujuan dari pencucian dengan menggunakan air
mengalir, selain untuk menghilangkan kotoran juga dapat mengurangi bakteri yang
ada, dan mencegah kontaminasi, karena kotoran terikut dengan aliran air. Pencuciaan
sebaiknya dilakukan menggunakan air bersih, tidak berwarna dan tidak berbau dan
berasal dari air PAM.
Berdasarkan SNI 01-4104.3- 2006,
tentang pengolahan industri perikanan, air yang dipakai untuk kegiatan diunit
pengolahan memenuhi persyaratan kualitas air minum. Air yang dapat diminum
dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dan
ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak
berwarna dan tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan.
Ikan segar merupakan produk yang
cepat turun kualitasnya sehingga perlu segera setelah ikan ditangkap atau
dipanen harus ditangani dengan baik, Ikan lele konsumsi biasanya dijual dalam
keadaan hidup. Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila
dijual dalam keadaan hidup. Oleh karena itu penanganan pasca panen termasuk
cara pengangkutan sangat perlu diperhatikan. Sistem pengangkutan ikan lele
dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara terbuka dan secara tertutup.
Hal yang perlu diperhatikan agar
ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara
lain: Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 °C., Waktu
pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari, Jumlah kepadatan ikan
dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat. Beberapa faktor -faktor yang
mempengaruhi mutu ikan segar antara lain jenis dan ukuran ikan, suhu ikan, cara
kematian dan penangkapan, kondisi biologis ikan, dan cara penanganan dan
penyimpanan.
0 komentar:
Posting Komentar