Salah satu upaya untuk
meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak diperlukan adanya
suatu solusi dengan memfungsikan tambak
melalui budidaya bermacam-macam komoditi
salah satu diantaranya adalah
komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng adalah salah satu sumber protein hewani
yang harganya lumayan dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, selain
dikonsumsi dalam bentuk ikan segar juga dalam bentuk olahan diantaranya :
pindang dan bandeng presto (Aslianti, 1994).
Kebutuhan lain yang akhir-akhir
ini cukup berkembang adalah sebagai umpan
hidup untuk penangkapan
tuna/cakalang (Asmin Ismail,
dan Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain yang dimiliki ikan bandeng
yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH, kecerahan air,
mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kisaran kadar
garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak mempunyai sifat kanibal
sehingga ikan ini
mempunyai kecenderungan untuk dibudidayakan dengan kepadatan tinggi
terutama penggelondongan (Liao, 1985).
Dalam usaha
budidaya benih sampai
ukuran gelondongan merupakan komponen
penentu menuju keberhasilan
budidaya. Permasalahan yang dihadapi
saat ini adalah
rendahnya teknologi penggelondongan
yang dimiliki petani/pengusaha, baik itu padat tebar, pemberian pakan
tambahan dan manajemen
air, sehingga tingkat pertumbuhan dan
kelulusan hidup yang
didapatkan dalam
penggelondongan bandeng masih
sangat rendah. Untuk
itu diperlukan adanya informasi
yang akurat menyangkut
teknologi penggelondongan
nener bandeng sebagai
acuan yang dapat
dimanfaatkan oleh
petani/pengusaha tambak.
Beberapa keuntungan dapat
diperoleh dengan penggelondongan nener bandeng sampai ukuran (5-7 cm) adalah
sebagai berikut :
a.
Pemenuhan kebutuhan
gelondongan bandeng sepanjang
tahun untuk menunjang budidaya
bandeng umpan maupun bandeng konsumsi.
b.
Meningkatkan kelangsungan hidup pada
usaha budidaya berikutnya.
c.
Menekan
biaya produksi dan
peningkatan efisiensi pemanfaatan
lahan terhadap budidaya bandeng umpan atau bandeng konsumsi.
d.
Berfungsi sebagai komoditi rotasi untuk
memutus siklus penyakit udang.
e.
Peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani tambak.
f. Menampung
tenaga kerja di daerah pesisir pantai.
1. Pemilihan Lokasi
Pada umumnya
petakan tambak penggelondongan nener bandeng sama dengan petakan tambak
budidaya ikan bandeng. Petakan tambak dapat
dibuat di lokasi
dengan perbedaan tinggi
pasang surut 2-3 m.
Elevasi tambak optimal adalah 0,50 m dari permukaan air laut. Tanah dasar yang
ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan) karena
selain mampu menampung
air juga sangat
baik untuk pertumbuhan alga
dasar. Tanah tambak yang baru dibuka pada umumnya bereaksi masam, karena itu
perbaikan tanah (reklamasi) perlu dilakukan dengan jalan
penjemuran tanah dasar
dan pencucian maupun pengapuran.
Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng
- Keadaan Lingkungan (Variabel)
- PH 7 – 8
- Oksigen terlarut > 3 ppm
- Suhu air 25 - 30 0C
- Salinitas 10 - 30 ppt
- Sumber air Payau dan tawar
- Kualitas air Tidak tercemar
- Tekstur tanah Liat berdebu
2.
Konstruksi
dan Desain Tambak
Pematang tambak
terdiri dari pematang keliling
(tanggul primer) dan pematang penyekat (tanggul skunder). Pematang
keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam 1-1,5
dan lereng bagian luar 1- 1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat
lebih kecil dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992).
Tinggi pematang sebaiknya tidak
kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari penyusutan sebesar 15-20%
harus diperhitung pada pembuatan semua jenis pematang. Saluran di tambak
terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di
dalam tiap petakan tambak dapat dibuat parit-parit keliling (caren) dengan
lebar 2-4 m dan dalam
0,3-0,5 m dari
permukaan pelataran. Pintu
air satu unit tambak terdiri atas satu pintu
utama, pintu sekunder dan
pintu tertier. Pintu utama dipasang pada
pematang utama keliling untuk pengaturan pemasukan air ke dalam unit tambak.
Pintu sekunder
dipasang pada pematang
perantara untuk memasukkan air
dari saluran pembagi
ke dalam tiap
petakan, ukuran pintu air
sebaiknya diatur sesuai
dengan kapasitas lahan
sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan lebih
cepat. Tiap petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan
tersendiri, untuk mencegah penggunaan
air yang berkualitas
rendah sebaiknya pengairan tidak
dilakukan secara seri.
3. Persiapan
- Pengeringan tanah dasar tambak
Persiapan untuk pengeringan
tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan perbaikan
pematang, saluran dan
pintu tambak. Tanah dasar
bagian pelataran diolah
dan diratakan, kemudian
tanah dasar dikeringkan selama 7
hari hingga tanah dasar retak-retak sampai sedalam 1 cm.
Dalam kegiatan pengeringan
ini juga disertai
kegiatan aplikasi
pemberantas hama yaitu
dengan menggunakan saponin
sebanyak 30 kg/ha.
- Pemupukan awal
Pemupukan merupakan salah satu
bentuk masukan energi yang dimanfaatkan
ikan secara tidak
langsung. Pupuk organik
selain merupakan sumber hara
yang lengkap bagi
pakan alami juga
dapat memperbaiki struktur tanah.
Pupuk an-organik merupakan
pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan
pakan alami. Pakan alami
yang bisa ditumbuhkan
di tambak sebagai
pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan berbagai jenis
jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae).
Tahap pertama usaha penumbuhan
kelekap :
adalah pengeringan tanah dasar.
Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan
dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara
merata di pelataran,
kemudian disusul pemupukan
anorganik (buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan
secara merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar
5 cm
dan diberakan selama
satu minggu. Selanjutnya
dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari
kedua 20 cm, hari ketiga
30-40 cm dan
dibiarkan selama kira-kira
satu minggu sampai kelekap tumbuh
subur. Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan
tambak siap ditebari
benih ikan bandeng.
Pada waktu pengisian air,
pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari masuknya
organisme predator.
4. Penebaran Benih
- Ukuran
Benih (nener) ikan bandeng yang
ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir masa larva, yang secara
alami dijumpai di perairan pantai
dengan panjang tubuh
total 10-16 mm.
Apabila penebaran menggunakan
benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan maka benih tersebut
merupakan benih yang berumur 21-25 hari.
- Padat tebar
Padat tebar yang
baik untuk lama penggelondongan 40-60
hari adalah 10-12 ekor/m2.
Sebelum penebaran dilakukan,
benih perlu diaklimatisasi
terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) medium tambak penggelondongan.
Pertama sekali benih ditempatkan dalam suatu wadah, kemudian
air dari tambak
sedikit demi sedikit
dimasukkan ke dalam wadah
tersebut dengan selang
melalui salah satu
sisi wadah, sedangkan dari
sisi lain air
dari wadah disipon
keluar dengan menggunakan selang
yang dilengkapi saringan
sehingga dengan demikian akhirnya
kondisi suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi sama dengan kondisi air
dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai dilakukan, selanjutnya benih
dapat ditebar ke tambak.
5.
Pemeliharaan
- Pengelolaan air
Kegiatan rutin setelah penebaran
benih adalah pengamatan untuk mempertahankan kualitas air yang baik dan
tersedianya organisme pakan yang cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas
air ditujukan untuk memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi
pertumbuhan ikan.
Selama penggelondongan harus
dijaga agar salinitas dan ketinggian air selalu stabil dan ketinggian air
dipertahankan 40-50 cm. Laju penguapan dan
curah hujan yang
tinggi dapat menyebabkan
salinitas berubah (berfluktuasi)
dan kondisi seperti ini memungkinkan dapat menghambat pertumbuhan alga
dasar dan sebaliknya
dapat menyuburkan
pertumbuhan jenis plankton
lain yang tidak
diinginkan sebagai pakan alami ikan bandeng. Dalam
penggelondongan nener bandeng yang baik, alga dasar tambak tumbuh dengan subur
dan warna airnya yang jernih. Namun apabila jenis plankton lain yang tumbuh
subur seperti protozoa, flagellata, fitoflagellata dan rotifera maka warna air
akan berubah menjadi kuning atau coklat.
Akibatnya
kandungan oksigen dalam
air menjadi semakin rendah
dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan bandeng
secara massal. Oleh
karena itu, perlu
adanya penambahan/ penggantian
air laut yang baru. Penggantian air dapat dilakukan secara gravitasi dengan
pemanfaatan gerakan air
pasang surut atau pompanisasi.
6. Pemupukan susulan
Setelah penebaran benih, kelekap
sebagai pakan alami semakin lama
akan semakin berkurang
sehingga perlu adanya
pemupukan susulan agar kelekap
dapat tumbuh secara
kontinuinitas. Pemupukan susulan satu
sampai dua minggu
sekali, hal ini tergantung dari
nilai kesuburan tambak dan
dimulai 2-3 minggu
setelah penebaran. Pupuk susulan yang digunakan masing-masing
Urea 15-25 kg/ha dan SP36 10- 15 kg/ha dan ditambah pupuk perangsang seperti
Forest, Ladan, Ursal, dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama di tambak dapat dibagi
dalam tiga golongan yaitu; predator, kompetitor, dan
organisme penggangu. Predator
terdiri dari burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia.
Kompetitor termasuk ikan herbivora dan beberapa jenis moluska. Organisme
penggangu terdiri dari berbagai species
insekta dan cacing.
Cara pemberantasan hama
yang lazim dilakukan di tambak
adalah pengeringan dan penggunaan beberapa jenis pestisida maupun racun
tanaman. Tahap pertama pemberantasan hama adalah pengeringan
tanah dasar. Pengeringan
ini selain berfungsi mengoksidasi bahan
organik dan mengeraskan
tanah dasar juga membantu pemberantasan berbagai ikan
liar, moluska, kepiting, cacing serta organisme hama lainnya. Apabila
pengeringan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, maka pada bagian yang
tergenang ditambahkan obat pemberantas hama. Untuk keperluan ini dapat
digunakan Rotenon dalam bentuk akar tuba (Dheris
sp) sebanyak 4-5 kg/ha. Selain itu, dapat juga digunakan saponin dalam
bentuk biji (Camelia sinensis)
sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam bentuk serbuk tembakau dengan dosis
200-500 kg/ha.
8. Lama pemeliharaan
Penggelondongan nener
bandeng biasanya sudah
mencapai standar ukuran 7-10 cm setelah masa pemeliharaan 40-60 hari.
Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai gelondongan untuk penebaran berikutnya
baik untuk tujuan bandeng umpan maupun konsumsi.
9. Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk tujuan
pemeliharaan berikutnya, oleh karena itu hasil panen harus dalam keadaan hidup.
Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Pemanenan pada waktu
air pasang dapat dilakukan dengan cara memasukkan air baru ke dalam
tambak.
0 komentar:
Posting Komentar