Selasa, 25 September 2018

PENGGELONDONGAN BANDENG

PENGGELONDONGAN BANDENG

Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak diperlukan adanya suatu solusi dengan memfungsikan tambak  melalui  budidaya  bermacam-macam  komoditi  salah  satu diantaranya adalah komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng adalah salah satu sumber protein hewani yang harganya lumayan dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, selain dikonsumsi dalam bentuk ikan segar juga dalam bentuk olahan diantaranya : pindang dan bandeng presto (Aslianti, 1994).

Kebutuhan lain yang akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan  hidup  untuk  penangkapan  tuna/cakalang  (Asmin  Ismail,  dan Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain yang dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH, kecerahan air, mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kisaran kadar garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak mempunyai sifat  kanibal  sehingga  ikan  ini  mempunyai  kecenderungan  untuk dibudidayakan dengan kepadatan tinggi terutama penggelondongan (Liao, 1985). 

Dalam  usaha  budidaya  benih  sampai  ukuran  gelondongan merupakan  komponen  penentu  menuju  keberhasilan  budidaya. Permasalahan  yang  dihadapi  saat  ini  adalah  rendahnya  teknologi penggelondongan yang dimiliki petani/pengusaha, baik itu padat tebar, pemberian  pakan  tambahan  dan  manajemen  air,  sehingga  tingkat pertumbuhan  dan  kelulusan  hidup  yang  didapatkan  dalam penggelondongan  bandeng  masih  sangat  rendah.  Untuk  itu  diperlukan adanya  informasi  yang  akurat  menyangkut  teknologi  penggelondongan nener  bandeng  sebagai  acuan  yang  dapat  dimanfaatkan  oleh petani/pengusaha tambak.

Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan penggelondongan nener bandeng sampai ukuran (5-7 cm) adalah sebagai berikut :

a.    Pemenuhan  kebutuhan  gelondongan  bandeng  sepanjang  tahun  untuk menunjang budidaya bandeng umpan maupun bandeng konsumsi.
b.    Meningkatkan kelangsungan hidup pada usaha budidaya berikutnya.
c.    Menekan  biaya  produksi  dan  peningkatan  efisiensi  pemanfaatan  lahan terhadap budidaya bandeng umpan atau bandeng konsumsi.
d.    Berfungsi sebagai komoditi rotasi untuk memutus siklus penyakit udang.
e.    Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani tambak.
f.     Menampung tenaga kerja di daerah pesisir pantai.

1.    Pemilihan Lokasi
     Pada umumnya petakan tambak penggelondongan nener bandeng sama dengan petakan tambak budidaya ikan bandeng. Petakan tambak dapat  dibuat  di  lokasi  dengan  perbedaan  tinggi  pasang  surut  2-3  m. Elevasi tambak optimal adalah 0,50 m dari permukaan air laut. Tanah dasar yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan)  karena  selain  mampu  menampung  air  juga  sangat  baik  untuk pertumbuhan alga dasar. Tanah tambak yang baru dibuka pada umumnya bereaksi masam, karena itu perbaikan tanah (reklamasi) perlu dilakukan dengan  jalan  penjemuran  tanah  dasar  dan  pencucian  maupun pengapuran.

Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng
-       Keadaan Lingkungan (Variabel)
  1.  PH 7 – 8
  2.  Oksigen terlarut > 3 ppm
  3.  Suhu air 25 - 30 0C
  4.  Salinitas 10 - 30 ppt
  5.  Sumber air Payau dan tawar
  6.  Kualitas air Tidak tercemar
  7.  Tekstur tanah Liat berdebu

2.    Konstruksi dan Desain Tambak
          Pematang  tambak  terdiri dari  pematang  keliling  (tanggul primer) dan pematang penyekat (tanggul skunder). Pematang keliling harus cukup lebar    (> 1 m) dengan lereng bagian dalam 1-1,5 dan lereng bagian luar 1- 1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat lebih kecil dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992). 

Tinggi pematang sebaiknya tidak kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari penyusutan sebesar 15-20% harus diperhitung pada pembuatan semua jenis pematang. Saluran di tambak terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di dalam tiap petakan tambak dapat dibuat parit-parit keliling (caren) dengan lebar 2-4 m  dan  dalam  0,3-0,5  m  dari  permukaan  pelataran.  Pintu  air  satu  unit tambak terdiri atas  satu pintu  utama, pintu  sekunder dan pintu  tertier. Pintu utama dipasang pada pematang utama keliling untuk pengaturan pemasukan air ke dalam unit tambak.

Pintu  sekunder  dipasang  pada  pematang  perantara  untuk memasukkan  air  dari  saluran  pembagi  ke  dalam  tiap  petakan,  ukuran pintu  air  sebaiknya  diatur  sesuai  dengan  kapasitas  lahan  sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan lebih cepat. Tiap petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan tersendiri, untuk  mencegah  penggunaan  air  yang  berkualitas  rendah  sebaiknya pengairan tidak dilakukan secara seri.

3.     Persiapan
-  Pengeringan tanah dasar tambak
Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan  perbaikan  pematang,  saluran  dan  pintu  tambak.  Tanah dasar  bagian  pelataran  diolah  dan  diratakan,  kemudian  tanah  dasar dikeringkan selama 7 hari hingga tanah dasar retak-retak sampai sedalam 1  cm.  Dalam  kegiatan  pengeringan  ini  juga  disertai  kegiatan  aplikasi pemberantas  hama  yaitu  dengan  menggunakan  saponin  sebanyak  30 kg/ha.

-  Pemupukan awal
Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan  ikan  secara  tidak  langsung.  Pupuk  organik  selain merupakan  sumber  hara  yang  lengkap  bagi  pakan  alami  juga  dapat memperbaiki  struktur  tanah.  Pupuk  an-organik  merupakan  pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami.  Pakan  alami  yang  bisa  ditumbuhkan  di  tambak  sebagai  pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae).

Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap :
adalah pengeringan tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara  merata  di  pelataran,  kemudian  disusul  pemupukan  anorganik (buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5  cm  dan  diberakan  selama  satu  minggu.  Selanjutnya  dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm,  hari  ketiga  30-40  cm  dan  dibiarkan  selama  kira-kira  satu  minggu sampai kelekap tumbuh subur. Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50  cm  dan  tambak  siap  ditebari  benih  ikan  bandeng.  Pada  waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari masuknya organisme predator.

4.    Penebaran Benih
-  Ukuran
Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan pantai  dengan  panjang  tubuh  total  10-16  mm.  Apabila  penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari.
-  Padat tebar
Padat  tebar yang  baik untuk  lama  penggelondongan  40-60  hari adalah  10-12  ekor/m2.  Sebelum  penebaran  dilakukan,  benih  perlu diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) medium tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan dalam suatu wadah,  kemudian  air  dari  tambak  sedikit  demi  sedikit  dimasukkan  ke dalam  wadah  tersebut  dengan  selang  melalui  salah  satu  sisi  wadah, sedangkan  dari  sisi  lain  air  dari  wadah  disipon  keluar  dengan menggunakan  selang  yang  dilengkapi  saringan  sehingga  dengan demikian akhirnya kondisi suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi sama dengan kondisi air dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai dilakukan, selanjutnya benih dapat ditebar ke tambak.

5.    Pemeliharaan
-   Pengelolaan air
Kegiatan rutin setelah penebaran benih adalah pengamatan untuk mempertahankan kualitas air yang baik dan tersedianya organisme pakan yang cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas air ditujukan untuk memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi pertumbuhan ikan.

Selama penggelondongan harus dijaga agar salinitas dan ketinggian air selalu stabil dan ketinggian air dipertahankan 40-50 cm. Laju penguapan dan  curah  hujan  yang  tinggi  dapat  menyebabkan  salinitas  berubah (berfluktuasi) dan kondisi seperti ini memungkinkan dapat menghambat pertumbuhan  alga  dasar  dan  sebaliknya  dapat  menyuburkan pertumbuhan  jenis  plankton  lain  yang  tidak  diinginkan  sebagai  pakan alami ikan bandeng. Dalam penggelondongan nener bandeng yang baik, alga dasar tambak tumbuh dengan subur dan warna airnya yang jernih. Namun apabila jenis plankton lain yang tumbuh subur seperti protozoa, flagellata, fitoflagellata dan rotifera maka warna air akan berubah menjadi kuning  atau  coklat.

 Akibatnya  kandungan  oksigen  dalam  air  menjadi semakin  rendah  dan  akhirnya  dapat  menyebabkan  kematian  ikan bandeng  secara  massal.  Oleh  karena  itu,  perlu  adanya  penambahan/ penggantian air laut yang baru. Penggantian air dapat dilakukan secara gravitasi  dengan  pemanfaatan  gerakan  air  pasang  surut  atau pompanisasi.

6.    Pemupukan susulan
Setelah penebaran benih, kelekap sebagai pakan alami semakin lama  akan  semakin  berkurang  sehingga  perlu  adanya  pemupukan susulan  agar  kelekap  dapat  tumbuh  secara  kontinuinitas.  Pemupukan susulan  satu  sampai  dua  minggu  sekali,  hal  ini  tergantung  dari  nilai kesuburan  tambak  dan  dimulai  2-3  minggu  setelah  penebaran.  Pupuk susulan yang digunakan masing-masing Urea 15-25 kg/ha dan SP36 10- 15 kg/ha dan ditambah pupuk perangsang seperti Forest, Ladan, Ursal, dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha.

7.     Pengendalian hama dan penyakit
Hama di tambak dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu; predator, kompetitor,  dan  organisme  penggangu.  Predator  terdiri  dari  burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia. Kompetitor termasuk ikan herbivora dan beberapa jenis moluska. Organisme penggangu terdiri dari berbagai species  insekta  dan  cacing.  Cara  pemberantasan  hama  yang  lazim dilakukan di tambak adalah pengeringan dan penggunaan beberapa jenis pestisida maupun racun tanaman. Tahap pertama pemberantasan hama adalah  pengeringan  tanah  dasar.  Pengeringan  ini  selain  berfungsi mengoksidasi  bahan  organik  dan  mengeraskan  tanah  dasar  juga membantu pemberantasan berbagai ikan liar, moluska, kepiting, cacing serta organisme hama lainnya. Apabila pengeringan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, maka pada bagian yang tergenang ditambahkan obat pemberantas hama. Untuk keperluan ini dapat digunakan Rotenon dalam bentuk akar tuba (Dheris sp) sebanyak 4-5 kg/ha. Selain itu, dapat juga digunakan saponin dalam bentuk biji (Camelia sinensis) sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam bentuk serbuk tembakau dengan dosis 200-500 kg/ha.

8.    Lama pemeliharaan
Penggelondongan  nener  bandeng  biasanya  sudah  mencapai standar ukuran 7-10 cm setelah masa pemeliharaan 40-60 hari. Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai gelondongan untuk penebaran berikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan maupun konsumsi.

9.    Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk tujuan pemeliharaan berikutnya, oleh karena itu hasil panen harus dalam keadaan hidup. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Pemanenan pada waktu air pasang dapat dilakukan dengan cara memasukkan air baru ke dalam tambak. 

0 komentar:

Posting Komentar