UDANG YANG POTENSIAL
UNTUK DIBUDIDAYAKAN
Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang
berprospek cerah. Udang termasuk komoditas budidaya yang sudah dikenal dan
sangat diminati oleh masyarakat. Ada banyak jenis udang yang tersebar di alam. Mulai
dari perairan laut, payau hingga perairan tawar. Sebagian sudah dapat
dibudidayakan dan berhasil. Lokasi budidaya udang secara umum tersebar di
seluruh daerah yang ada di Indonesia. Sentra produksi udang terdapat di
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
Perkembangan produksi udang sendiri sempat mengalami
penurunan secara nasional namun pada tahun 2010 yang lalu produksi udang vaname
telah stabil dan cenderung naik. Hanya sebagian kecil sentra udang yang
mengalami penurunan akibat adanya penyakit seperti provinsi Lampung yang sampai
dengan saat ini belum mampu memproduksi udang seperti sediakala.
Beberapa daerah seperti Jawa Barat dan Sulawesi Tenggara
menjelma menjadi sentranya budidaya udang vaname. Peningkatan produksi udang
vaname kedua daerah tersebut sungguh luar biasa. Peningkatan produksi udang
vaname ini karena mulai diaktifkan kembali beberapa tambak idle dan penumbuhan
pembudidaya-pembudidaya baru.
Udang adalah komoditas yang sangat mahal harganya baik di
pasar domestic maupun pasar ekspor. Potensi pengembangan budidaya udang di
Indonesia sangat terbuka. Apalagi Indonesia memiliki perairan yang sangat
mendukung budidaya tambak. Selain itu, terdapat banyak jenis udang di Indonesia
dan sebagian telah budidayakan. Udang sendiri adalah salah satu penyumbang
devisa terbesar dari sector perikanan sehingga peluang usaha budidaya sangat
potensial dan terbuka lebar.
Pada awalnya budidaya udang sangatlah sulit terutama karena
sulitnya memperoleh benih untuk budidaya. Ketergantungan pada benih alam
menyebabkan kesinambungan budidaya tidak berjalan dengan baik karena bergantung
pada musim. Namun kini benih terutama vaname dan windu mudah didapatkan
sehingga kesinambungan budidaya udang dapat terjaga.
Ada banyak jenis udang yang tersebar di perairan Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa jenis udang yang telah berhasil dibudidayakan dan
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, yaitu :
1. Udang Putih
Udang putih sering disebut sebagai udang jerbung dengan
karakteristik yakni kulitnya tipis dan licin, warna putih kekuningan dengan
bintik hijau dan ada yang berwarna kuning kemerahan. Udang putih atau udang
jerbung memiliki banyak jenis antara lain :
-
Udang Peci, dengan karakteristik yakni warna kulitnya lebih
gelap dan berbintik hitam. Udang ini memiliki nama dagang White
Shrimp.
-
Udang Bambu, dengan karakteristik yakni warna kulitnya
kuning berbercak merah seperti bamboo. Nama dagang udang ini adalah Bamboo
Shrimp.
-
Udang Banana , dengan karakteristik yakni warna
kulitnya kuning seperti kulit pisang dengan nama dagang Banana Shrimp.
Udang putih sudah lama dapat dibudidayakan. Terkadang
sebagian orang menyamakannya dengan udang vannamei dikarenakan karakteristik
warnanya yang mirip. Padahal kedua jenis udang ini berbeda. Udang putih
memiliki nama ilmiah Penaeus merguiensis ini, banyak dikembangkan sebagai
komoditas budidaya di daerah Indonesia. Sentra pengembangan budidaya udang
putih terdapat di Provinsi Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
2. Udang Windu
Udang ini dikenal sebagai black tiger atau tiger prawn.
Orang Inggris menyebutnya sebagai tiger karena karakteristik dari corak
tubuhnya yang berupa Udang ini kulitnya tebal dan keras, berwarna hijau
kebiruan dengan garis melintang yang lebih gelap, ada juga yang berwarna
kemerah-merahan dengan garis melintang coklat kemerahan. Nama dagang Tiger
Shrimp.
Windu adalah jenis udang yang memiliki nilai ekonomis cukup
tinggi. Udang windu memiliki nama ilmiah Penaeus
monodon. Walaupun sempat ambruk akibata serangan hama penyakit. Udang windu
perlahan bangkit dan saat ini mulai berkembang sangat baik di berbagai daerah
di Indonesia. Budidaya udang windu terdapat hampir di semua wilayah Indonesia.
Sentra budidaya udang windu sendiri terletak di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa
Barat Dan Sulawesi Selatan.
3. Udang Vannamei
Udang vannamei dikenal memiliki nama ilmiah yakni Penaeus
vannamei. Udang jenis ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum pada bagian
ventral dan 8 – 9 gigi pada bagian tepi rostrum bagian dorsal. Penaeus
vannamei memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2 – 40 ppt, tapi akan tumbuh cepat pada
salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan darah isoosmotik (Wyban et
al., 1991).
Udang vannamei adalah jenis udang yang pada awal
kemunculannya di Indonesia dikenal sebagai udang yang dapat dibudidayakan denga
tingkat ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama penyakit. Namun sejak
tahun akhir 2008, udang vannamei juga terkena serangan hama penyakit yang
menyebabkan jatuhnya produksi udang secara nasional. Udang vannamei yang
memiliki nama ilmiah Litopenaeus vannamei ini sentra lokasi budidayanya
terdapat pada provinsi Lampung, Jawa timur, nusa tenggara barat dan sumatera
selatan.
4. Udang Rostris
Udang rostris memiliki nama ilmiah Litopenaeus stylirostris.
Udang jenis ini dapat dibudidayakan pada sistem tertutup pada kelas pembesaran
secara intensif. Udang rostris memiliki tubuh berwarna biru, mempunyai rostrum
bergigi 7 di bagian dorsal dan 1 gigi lunak di bagian ventral, duri kecil
ditemukan pada tepi posterior segmen abdomen kelima. Udang jenis telah dapat
dilakukan pembenihan oleh BBPBAP Jepara. Daerah budidaya udang rostris terdapat
di provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat.
5. Udang api-api
Udang api-api termasuk salah satu jenis udang yang sudah
dapat dilakukan pembudidayaannya. Udang jenis ini memiliki ukuran tubuh yang
tidak besar. Udang api-api memiliki nilai ekonomis penting dan mempunyai
peranan penting dalam siklus rantai makanan dan transfer energi. Sentra
budidaya udang api-api terletak di provinsi jawa barat, jawa tengah, jawa timur
dan provinsi sulawesi selatan.
6. Udang Barong
Udang barong memiliki nama ilmiah Panulirus sp. Udang
ini biasa pula disebut sebagai udang karang. Sebagian orang menyebut pula udang
jenis ini dengan sebutan lobster laut. Udang barong aktif mencari makan pada
malam hari. Pada siang hari, udang ini lebih suka tinggal di dalam lubang.
Udang ini seperti udang sikat tetapi ukurannya ada yang besar dan kulitnya
keras. Warnanya ada bermacam-macam, ada yang hijau, coklat, coklat kemerahan
dan hitam kebiruan, biasanya berbintik-bintik putih, merah atau coklat.
Perkembangan budidaya udang barong belum begitu pesat. Hanya
beberapa daerah saja yang terpantau melalui data statistic perikanan budidaya
mengusahakan budidaya lobster laut ini. Total produksi lobster laut ini secara
nasional mencapai 311 ton pada tahun 2010. Produksi nasional yang sebesar
tersebut berasal dari provinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, Bali, NTB Sulawesi
Tenggara dan Kalimantan Timur. Sebagian besar produksi udang barong berasal
dari Sulawesi Tenggara.
7. Udang Galah
Udang ini adalah udang air tawar. Karakteristik udang jenis
ini yakni memiliki panjang maksimal tubug hingga 30 cm, warnaynya
bermacam-macam, ada yang hijau kebiruan, hijau kecoklatan, kuning kecoklatan
dan berbercak seperti udang windu tetapi bentuknya lebih bulat. Udang galah lebih
menyukai untuk hidup di hilir sungai.
Perkembangan produksi udang galah hasil budidaya cukup baik.
Udang galah dapat dibudidakan di kolam dan saat ini mulai dikembangkan budidaya
udang galah dengan mengintegrasikan dengan tanaman padi atau biasa disebut
dengan budidaya minapadi. Produksi udang galah pada tahun 2010 berada pada
kisaran 1.400 ton yang sebagian besar berasal dari budidaya kolam. Sentra
produksi udang galah sebagian besar terletak di pulau Jawa yakni Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Di luar jawa udang galah
dibudidayakan di provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat. Bali ditahun 2010
merupan penyumbang terbesar produksi udang galah nasional dengan total
produksinya pada tahun 2010 sebesar 742 ton.
8. Lobster Air Tawar
Lobster air tawar memiliki ciri- ciri morfologi tubuh
terbagi dalama 2 bagian, yakni kepala (chepalothorax) dan badan (abdomen).
Antara kepala bagian depan dan bagian belakang dikenal dengan nama
sub-chepalothorax. Cangkang yang menutupi kepala disebut karapak (carapace)
yang berperan dalam melindungi organ tubuh, seperti otak, insang, hati, dan
lambung. Karapak berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan
nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat
mengelupas saat terjadi pergantian cangkang tubuh (molting).
Perkembangan budidaya lobster air tawar di Indonesia belum
maksimal. Hal ini disebabkan sulitnya memperoleh benih yang bersumber dari
alam. Oleh karenanya tidak banyak daerah yang mampu memproduksi udang galah.
Data tahun 2010 menggambarkan bahwa hanya provinsi beberapa daerah saja yang
mengusahakannya dan secara nasional produksi lobster air tawar hanya 8 ton
selama tahun 2010 yang lalu
Sumber : djpb.kkp.go.id
0 komentar:
Posting Komentar