HAMA DAN PENYAKIT
PADA BUDIDAYA IKAN PATIN
- Hama.
Pada pembesaran ikan patin di jaring
terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak,
ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin
sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan
relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung
(sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala
dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan
seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan
menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya
ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan
markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh
di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk
menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk
(Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah
dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan
memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring
dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi
ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan
keluar.
- Penyakit.
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan
infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul
akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak
menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan
organisme patogen.
- Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
A.
Parasit.
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit
dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian:
menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru
dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih,
kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama
24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu
sehari. Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus
multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang
berumur 1-2 bulan. Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat. Organisme
ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya
sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih. Tempat yang disukai adalah
di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
- Jamur.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan
ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air
yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit
jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu
ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera
diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2
–3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan
larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.
- Bakteri.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah
Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami
pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip.
Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang
juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan
Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah
menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera
dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan
beberapa cara pengobatan. Antara lain:
- Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit,
- Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam, atau
- Merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
D.
Penyakit non-infeksi.
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan
kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian
pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Ikan akan lemah,
berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang
terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala
terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan
berkembang tidak normal.
Sumber
:
Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin
Dalam Hampang (Banjarbaru: Lembar Informasi Pertanian).
Aida,
Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada Mutu Air dan
Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalam Prosiding Seminar
Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.
Arifin,
Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon Induk Ikan Patin (Pangasius
pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar
1992/1993.
Susanto,
Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya, 1999 ).
0 komentar:
Posting Komentar