Jumat, 11 September 2015

Ikan Bandeng Versus Ikan Salmon


Ikan Bandeng Versus Ikan Salmon
                         


Seorang pengusaha yang telah berpuluh tahun menggeluti ekspor ikan ke seluruh dunia, bercerita tentang berbagai hal lucu tentang dunia perikanan di Indonesia. "Halah, ada apa nih!"
Rupanya, salah satu hal lucu sekaligus mengejutkan dirinya adalah fakta bahwa ternyata ikan bandeng memiliki kandungan gizi yang jauh lebih baik dibandingkan ikan salmon yang mendunia itu. Kandungan Omega-3 ikan bandeng ternyata enam kali lebih tinggi dibandingkan ikan salmon. Dan, kandungan lemak ‘sehat’ dalam perut ikan bandeng juga cukup tinggi sehingga bisa menjadi pilihan terbaik ikan konsumsi. Wow!

Fakta ini tentu lucu dan memunculkan pertanyaan, karena selama ini yang kita tahu ikan salmon adalah ikan yang memiliki kandung Omega-3 tertinggi. Sebaliknya, ikan bandeng adalah ikan biasa–biasa saja, tak sehebat ikan salmon yang begitu banyak diperbincangkan perihal keunggulannya.


Akibatnya harga ikan salmon sungguh luar biasa mahal dan hanya dijual di supermarket besar dan untuk segmen pasar menengah atas. Sementara, ikan bandeng adalah ikan murahan yang dijajakan di pasar-pasar tradisional kelas bawah. Ironis bukan? Jawabnya ternyata sederhana, yaitu promosi dan kepintaran menggarap pasar. Negara-negara produsen ikansSalmon dengan sengaja menggarap ‘brand’ ikan salmon sebagai ikan berkualitas, mahal dan mewah. Berbagai media dipergunakan untuk mengangkat ‘derajat’ ikan tersebut dengan cara mencitrakan sebagai ikan yang luar biasa.

Bahkan, mereka membangun mitos, cerita dan analisis ilmiah untuk mendongkrak citra ikan salmon menjadi ‘selangit.’ Hasilnya, memang sungguh luar biasa. Hampir semua orang di seluruh penjuru dunia mengenal ikan yang banyak terdapat diperairan Amerika tersebut sebagai ikan berkelas atas.

Cerita sebaliknya, justru terjadi pada ikan bandeng. Meskipun potensi gizinya lebih baik dan budidaya produksinya lebih mudah. Ternyata, citra ikan bandeng justru terpuruk dan berada di bawah. Ikan bandeng justru dikenal sebagai ikan murahan yang dikesankan sebagai ikan ‘berbahaya’ kalau dimakan karena banyak durinya.



Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar ikan bandeng. Selama ini hanya dikenal sebagai eksportir ikan bandeng untuk umpan pemancingan ikan tuna yang harganya tentu murah. Tidak lebih dari itu. Mengenaskan memang!

Padahal, kalau mau serius menggarap citra ikan bandeng sebagai ikan berkualitas yang murah (tapi tidak murahan), kita bisa menjadi penguasa dunia ikan konsumsi. Produksi ikan bandeng yang melimpah tentu bisa menjadi andalan ekspor produk ikan budidaya.

Soal duri yang selama ini menjadi faktor negatif ikan bandeng sebenarnya bukan lagi menjadi hambatan. Karena sudah bisa diproduksi ikan bandeng tanpa duri atau bandeng cabut duri. Kita juga memiliki aneka cara dan teknik memasak ikan bandeng, yang selama ini telah melahirkan menu-menu bandeng bercita rasa tinggi, misalnya: bandeng presto, otak-otak bandeng, bandeng asap dan berbagai menu lainnya yang cukup menggiurkan selera.

Jadi, cerita lucu dan mengejutkan tentang ikan bandeng ini hanyalah salah satu contoh betapa potensi perikanan, pertanian dan agribisnis lain yang demikian besar akhirnya tersisih dalam persaingan pasar dunia. Satu hal, hanya karena ketidakmampuan kita berpromosi dan menggarap pasar.

Sumber :  Subhan Hardi         

0 komentar:

Posting Komentar