PEMBENIHAN IKAN GURAME
Ikan Gurame (Osphronemus goramy) dikenal sebagai ikan air
tawar yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat umumnya bahkan sampai
diseluruh Asia Tenggara dan Asia Selatan. Ikan Gurame ini merupakan keluarga
Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici, berasal dari perairan
daerah Sunda (Jawa Barat,Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands,
Ceylon dan Australia.
Mengingat ikan gurame ini enak
dan lezat rasanya maka tidak heran jika perminataan dari para konsumen semakin
banyak dan bertambah bahkan hingga kini Ikan gurami merupakan ikan yang
cukup istimewa dan menjadi ikan faforit sebagai rajanya ikan air tawar.
Untuk postingan kita pada kesempatan ini penyuluh akan
menjelaskan tentang Usaha Pembenihan Ikan gurami.
Kegiatan usaha pembenihan ikan Gurami ini memegang peranan
penting dalam penyediaan benih yang akan dibesarkan sampai ukuran konsumsi.
Pada umumnya Kendala pembenihan gurami di kolam adalah tingginya tingkat
mortalitas, terutama dari larva hasil tetasan sampai benih ukuran 1 cm. Salah
satu cara mengatasinya adalah dengan penerapan teknik memelihara benih kecil
(larva) dengan menggunakan akuarium, bak semen atau paso seperti halnya pada
ikan hias.
Dengan teknik ini maka semua tahap pembenihan mulai dari penetasan
telur sampai pendederan benih dapat dikontrol secara efektif. Penggunan air
dengan kualitas yang baik menjadi penunjang keberhasilan pembenihan gurami.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam usaha pembenihan
khususnya ikan Gurame adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam untuk pemijahan induk ikan gurami meliputi :
a. Pengeringan kolam
Sebelum dilakukan pemijahan kolam perlu dikeringkan terlebih
dahulu. Pengeringan kolam pemijahan sebaiknya dilakukan selama 2 – 3 hari.
Adapun maksud dan tujuan dari pada pengeringan kolam ini adalah untuk:
1. Membunuh hama dan sumber penyakit yang terdapat pada
kolam.
2. Menghilangkan nitrit yang ada di dasar kolam,
3. Memberikan suasana baru bagi induk ikan gurami yang akan
dipijahkan, karena tanah yang kering akan memiliki bau yang khas saat terendam
air yang akan merangsang induk ikan untuk memijah, dan menumbuhkan
kelekap (plankton) di pinggir-pinggir kolam sebagai persediaan pakan bagi induk
gurami, dan induk siap dimasukkan ke kolam pemijahan.
b. Pembersihan
Sebelum pemijahan dilakukan Kolam juga perlu dilakukan
Pembersihan termasuk pada pematang yang dimulai
dari rumput-rumput liar agar tidak dijadikan tempat penempelan sarang telur
oleh induk gurami atau tempat persembunyian hama pengganggu dan juga supaya
bersih dari gangguan hama penyakit.
c. Pengisian air kolam
Pengisian air kolam ini dilakukan dengan ketinggian 70 – 100
cm, sehingga gurami memerlukan perairan yang airnya relatif dalam bagi
pergerakannya tersebut.
d. Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang,
Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang serta
tidak jauh dari sosog, dibuat para-para dari bambu untuk meletakkan ijuk, sabut
kelapa atau bahan sejenis yang dapat dijadikan sarang oleh induk gurami untuk
memudahkan induk gurami membuat sarang dan meletakkan telur.
2. Seleksi Induk
Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4
tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat
2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina berlangsung selama 5
– 7 tahun.
Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami :
a. Induk gurami jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal
(lebih menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b. Induk gurami betina : dahi lebih rata (tidak ada
tonjolan), dagu tidak menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka,
gerakan agak lamban.
Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut
berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari
induk ikan kelas induk dasar.
d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak
cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh
bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak
berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir
Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)
3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara
massal maupun berpasangan dengan sistem sekat. Kolam pemeliharaan induk
sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2.
Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina =
1 : 3-4.
Pakan yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ±
28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot
biomass/hari.
Untuk memudahkan induk jantan membangun sarang, kolam induk
diberi tempat dan bahan sarang.
Tempat sarang berupa keranjang plastik bulat diameter 20-25
cm atau tempat lain yang serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10-15 cm
dibawah permukaan air. Induk jantan akan mencari tempat yang aman dan tenang
untuk membuat sarang sebagai tempat menyimpan telur, dengan memungut bahan
sarang (ijuk, sabut kelapa dll) yang telah dipersiapkan di atas permukaan
kolam.
Sarang yang telah berisi telur dapat ditandai bila pada
permukaan air di atas sarang terdapat lapisan minyak. Lapisan minyak tersebut
berasal dari telur-telur yang pecah. Selain itu sarang yang telah berisi telur
biasanya tertutup bahan sarang ( ijuk ) yang dibuat oleh induk jantan, dan
induk jantan akan menjaga sarang tersebut. Sarang yang telah berisi telur
dipindahkan ke dalam waskom atau ember untuk diambil telurnya dan selanjutnya
memindahkan telur ke tempat penetasan.
4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Bila sudah dipastikan bahwa sarang sudah berisi telur, maka
sarang dapat dipanen untuk dipindahkan ke tempat penetasan telur. Panen
dilakukan dengan mengangkat sarang secara hati-hati ke dalam ember yang berisi
air kolam. Penggunaan air kolam dimaksudkan agar kondisi air tidak berubah
(sama) untuk mengurangi kematian telur.
Untuk membedakan telur yang hidup dan mati dapat dilihat
dari warnanya. Telur yang hidup berwarna kuning cerah bening atau transparan,
telur yag mati/rusak berwarna kusam, kuning muda agak keputih-putihan.
Telur mengalami kematian karena tidak dibuahi. Telur
tersebut dengan cepat diserang cendawan berwarna putih yang disebut
Saprolegnia. Setelah terserang, telur mati akan membusuk dan akan mengganggu
perkembangan telur yang hidup.
Wadah penetasan yang digunakan bisa berupa bak-bak atau
ember plastik, paso, atau akuarium. Kepadatan telur 150-175 butir per liter.
Wadah penetasan ini telah dipersiapkan 1-2 hari sebelumnya dengan diisi air
kolam dan air bersih. Ketinggian air disarankan sekitar 20 cm, kemudian diberi
larutan methylene blue sebanyak 1 cc/ liter untuk mensucihamakan air di wadah
penetasan. Sehari sebelum telur dimasukkan, air dalam bak penetasan diaerasi
terlebih dahulu agar cukup mengandung oksigen. Telur akan menetas dalam waktu
30 – 36 jam.
Setelah telur menetas, terbentuk larva yang masih mempunyai
kantong kuning telur. Kuning telur akan habis 10 - 12 hari kemudian dan pada saat
itulah larva mulai membutuhkan pakan yang disesuaikan dengan bukaan mulut
ikan..
Fitoplankton dan zooplankton merupakan pakan alami yang
dapat diperoleh dengan cara memupuk kolam dengan pupuk kandang, misalnya
kotoran ayam pedaging. Pakan selanjutnya yang diberikan pada larva adalah
cacing sutera, dapat pula diberikan pelet yang dihaluskan, agar ukurannya
sesuai dengan bukaan mulut ikan
5. Parameter Kualitas Air
Dalam SNI : 01-6485.3-2000 tentang Produksi Benih Ikan
Gurami Kelas Benih Sebar disebutkan bahwa kualitas air media untuk :
a. Media pemijahan
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Laju pergantian air : 10 % - 15 % per hari
b. Media penetasan telur
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,7 – 8,6
3. Waktu penetasan telur : 36 – 48 jam
4. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm
c. Media pemeliharaan larva
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm
d. Media Pendederan Benih
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,5
3. Ketinggian air : 40 cm – 60 cm
4. Kecerahan : > 30 cm
Sumber : ADMIN PPI
0 komentar:
Posting Komentar