Rabu, 18 Maret 2015

Teknik Budidaya Ikan Bandeng /Milkfish (Chanos chanos)



Teknik Budidaya Ikan Bandeng /Milkfish
 (Chanos chanos)

Bandeng adalah ikan yang harganya jarang sekali jatuh. Meskipun ikan ini juga ada kelemahannya. Sebagaimana ikan mas, daging bandeng juga ada duri-duri halusnya. Hingga yang menghadirkan bandeng goreng, hanyalah warteg. Sementara warung/restoran yang kelasnya agak lebih tinggi, tidakpernah menyajikan menu bandeng karena faktor durinya. Namun rasa daging ikan bandeng sangat khas dan lezat, hingga tidak ada ikan laut yang bisa menjadi substitusinya.
Teknologi pemeliharaan bandeng dapat dilakukan secara tradisional, semi intensif dan intensif. Sementara pola pemeliharaannya bisa monokultur dan polikultur. Terkait dengan tahap budidaya, teknologi yang digunakan dan pola pemeliharaannya maka terdapat berbagai variasi budidaya yang dapat dipilih.
Tambak budidaya bandeng, umumnya merupakan tambak tradisional, bukan tambak semi intensif atau tambak modern. Yang dimaksud tambak tradisional adalah, tambak yang berpematang tanah, drainase juga merupakan aliran arus air laut maupun tawar secara alami, dengan batang pohon api-api dan bakau di sana-sini. Tambak tradisional, mengandalkan pakan alami berupa zooplankton maupun phytoplankton. Meskipun hasilnyatidak setinggi tambak semi intensif dan terlebih tambak modern, namun tambak-tambak tradisioal ini lebih ramah lingkungan, serta menghasilkan bandeng yang dagingnya lebih padat, dibanding bandeng yang dibesarkan dengan pelet.
Tambak bandeng bukanlah usaha yang banyak menyerap tenaga kerja. Dalam 5 ha tambak hanya diperlukan 2 orang penjaga dan 5-10 orang untuk melakukan panen. Namun demikian tambak setidaknya menjadi sumber penghidupan bagi ribuan keluarga Indonesia, tahun 2000, 186.485 keluarga hidup dari tambak. Angka ini merupakan 14,73% dari seluruh keluarga perikanan (lihat tabel 6.1). Jumlah petambak dari tahun ke tahun terus meningkat demikian juga dengan perannya terhadap total rumah tangga perikanan. Dengan melihat rata-rata luas tambak per keluarga dapat dilihat bahwa peningkatan rumah tangga petambak tidak menyebabkan terpecahnya pemilikan tambak. Pada periode 1995-2000 rata-rata pemikilan tambak berkisar pada angka 2 ha.
Dalam kegiatan budidaya terutama kegiatan pembesaran ikan bandeng terdapat berbagai macam cara diantaranya adalah dengan cara tradisional, semi intensif dan intensif. Menurut Anonymousc (2001) berdasarkan tingkat teknologi, budidaya bandeng di Indonesia terbagi menjadi tiga metode, yaitu:
• Tambak tradisional/ekstensif. Tambak tradisional tidak menggunakan kincir karena kepadatan sebar berkisar 0,5-1 ekor/m2 luas lahan. Pakan yang diberikan sebagian besar berasal dari sumber alami;
• Tambak semi intensif. Padat penebaran pada tambak semi intensif berkisar antara 2-3 ekor/m2. Peralatan kincir dipergunakan untuk teknologi ini sebanyak 1-2 kincir per petak lahan (0,5 ha). Pakan yang diberikan berupa pellet dengan kualitas yang baik;

• Tambak intensif. Padat penebaran bibit pada tambak intensif sekitar 5 ekor/m2 dilengkapi kincir 3 buah untuk setiap petak (0,5 ha). Pakan yang digunakan berupa pellet yang telah teruji.
Bandeng konsumsi dihasilkan dari tambak pembesaran. Bibit tambak pembesaran adalah glondongan yang dihasilkan dari tambak pendederan. Tambak pendederan memelihara nener yang dihasilkan oleh pembenihan.
SPESIKASI LOKASI TAMBAK
Menurut Prahasta dan Hasanawi (2009) pada tanah di dasar tambak dibuat saluran dasar yang disebut kamalir dan sumur tambak atau kubangan tambak yang dibuat di dasar tambak untuk berkumpulnya ikan pada saat panen. Kamalir dan kubangan berguna untuk memudahkan penangkapan ikan bandeng dipanen. Untuk dasar tambak, tanah di dasar tambak harus miring atau tumpah kearah pembuangan air.
Untuk pembesaran bandeng lebih sering menggunakan tambak tanah ini dikarenakan untuk mendukung proses pertumbuhan pakan alami. Selain itu bandeng lebih suka pada wilayah yang berlumpur dikarenakan bandeng memiliki sifat ikan yang mencari makanannya di dasar lumpur ataupun dasar tanah. Untuk penyediaan air ke tambak-tambak disediakan kanal atau serupa dengan sungai kecil yang memiliki kelebaran 2 meter, dengan menggunakan kanal maka sumber air payau yang berasal dari sungai akan masuk melaui kanal dan dari kanal akan menuju ke pintu-pintu masuk tambak. Dengan demikian, masuknya air ke tambak ini mengandalkan air pasang dari laut yang melewati sungai. 
TATA LAKSANA BUDIDAYA
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan adalah :
·      Pemilihan lokasi budidaya
Lokasi budidaya hendaknya terletak di areal yang sekitarnya mudah untuk mendapatkan sumber air yang bagus dan dekat dengan daerah pemasaran. Lokasi tersebut juga harus mempunyai potensi untuk area pengembangan.

·      Persiapan lahan dan persiapan air untuk budidaya
Sebelum diisi dengan air, hendaknya lahan tambak dipersiapkan dengan matang. Begitu juga dengan air, sebelum ditebari benih (nener) sebaiknya sudah terbentuk warna air (plankton).

·      Penebaran benih bandeng (nener)
Penebaran benih di kolam pembesaran sebaiknya menggunakan benih dengan ukuran yang sudah cukup besar (gelondongan = benih umur ± 2 bulan dari nener) agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik. Hindari penebaran benih/nener dengan padat tebar yang terlalu tinggi, karena penebaran dengan padat tebar yang terlalu tinggi membutuhkan alat bantu untuk supply O2 (kincir).
MONITORING
Kualitas air memiliki peranan penting dalam proses kegiatan budidaya. Pada saat penebaran benih perlu dilakukan perendaman benih ke dalam tambak agar kondisi suhu air dalam plastik dan tambak tidak terjadi perbedaan suhu yang menyebabkan kematian pada benih bandeng. pengontrolan kualitas air dilakukan 2 kali dalam 1 minggu dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air di tambak sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan apabila terjadi penurunan kualitas air. selama kegiatan pembesaran bandeng tidak mengalami penurunan kualitas air, komdisi perairan yang baik dapat dikontrol apabila kondisi tanah baik dan selain itu dengan jumlah padat tebar yang sedikit maka dapat menjaga kualitas air karena feses dari sisa pencernaan sedikit sehingga dapat terurai secara maksimal di dasar tambak. Alat yang digunakan untuk mengukur kualitas air diantaranya adalah thermometer untuk mengukur suhu air, refraktometer digunakan untuk mengukur salinitas air tambak, DO meter untuk mengukur kandungan oksigen terlarut dalam air tambak dan pH meter untuk mengukur kesadahan air tambak 

PEMANENAN
Panen bandeng pada tambak tradisional dilakukan pada bandeng berumur 6 – 7 bulan pada umur sekian bandeng telah cukup pada ukuran konsumsi. Pada ukuran panen dalam setiap kilogramnya berjumlah 4 – 5 ekor bandeng. Pada kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari dilakukan untuk menghindari panas teriknya matahari selain itu dilakukan pada saat kondisi air surut sehingga mempermudah dalam proses pengurangan air dalam tambak.
Menurut Cahyono (2007), ikan bandeng dengan berat awal atau berat saat penebaran benih pertama dengan berat 40 gram dengan lama pemeliharaan 4 – 6 bulan akan mengalami peningkatan berat tubuh sebesar 250 gram. Selain itu, dalam kegiatan budidaya secara tradisional tidak menggunakan pakan tambahan melainkan hanya mengandalkan pakan alami yang tumbuh dalam tambak.

Sumber :  berbagai sumber



0 komentar:

Posting Komentar