Teknik Budidaya Ikan Bandeng /Milkfish
(Chanos chanos)
Bandeng adalah
ikan yang harganya jarang sekali jatuh. Meskipun ikan ini juga ada
kelemahannya. Sebagaimana ikan mas, daging bandeng juga ada duri-duri halusnya.
Hingga yang menghadirkan bandeng goreng, hanyalah warteg. Sementara
warung/restoran yang kelasnya agak lebih tinggi, tidakpernah menyajikan menu
bandeng karena faktor durinya. Namun rasa daging ikan bandeng sangat khas dan
lezat, hingga tidak ada ikan laut yang bisa menjadi substitusinya.
Teknologi pemeliharaan bandeng dapat dilakukan secara
tradisional, semi intensif dan intensif. Sementara pola pemeliharaannya bisa
monokultur dan polikultur. Terkait dengan tahap budidaya, teknologi yang
digunakan dan pola pemeliharaannya maka terdapat berbagai variasi budidaya yang
dapat dipilih.
Tambak budidaya
bandeng, umumnya merupakan tambak tradisional, bukan tambak semi intensif atau
tambak modern. Yang dimaksud tambak tradisional adalah, tambak yang berpematang
tanah, drainase juga merupakan aliran arus air laut maupun tawar secara alami,
dengan batang pohon api-api dan bakau di sana-sini. Tambak tradisional,
mengandalkan pakan alami berupa zooplankton maupun phytoplankton. Meskipun
hasilnyatidak setinggi tambak semi intensif dan terlebih tambak modern, namun
tambak-tambak tradisioal ini lebih ramah lingkungan, serta menghasilkan bandeng
yang dagingnya lebih padat, dibanding bandeng yang dibesarkan dengan pelet.
Tambak bandeng bukanlah usaha yang banyak menyerap tenaga
kerja. Dalam 5 ha tambak hanya diperlukan 2 orang penjaga dan 5-10 orang untuk
melakukan panen. Namun demikian tambak setidaknya menjadi sumber penghidupan
bagi ribuan keluarga Indonesia, tahun 2000, 186.485 keluarga hidup dari tambak.
Angka ini merupakan 14,73% dari seluruh keluarga perikanan (lihat tabel 6.1).
Jumlah petambak dari tahun ke tahun terus meningkat demikian juga dengan
perannya terhadap total rumah tangga perikanan. Dengan melihat rata-rata luas
tambak per keluarga dapat dilihat bahwa peningkatan rumah tangga petambak tidak
menyebabkan terpecahnya pemilikan tambak. Pada periode 1995-2000 rata-rata
pemikilan tambak berkisar pada angka 2 ha.
Dalam kegiatan budidaya terutama kegiatan pembesaran ikan
bandeng terdapat berbagai macam cara diantaranya adalah dengan cara tradisional,
semi intensif dan intensif. Menurut Anonymousc (2001) berdasarkan tingkat
teknologi, budidaya bandeng di Indonesia terbagi menjadi tiga metode, yaitu:
• Tambak tradisional/ekstensif. Tambak tradisional tidak
menggunakan kincir karena kepadatan sebar berkisar 0,5-1 ekor/m2 luas lahan.
Pakan yang diberikan sebagian besar berasal dari sumber alami;
• Tambak semi intensif. Padat penebaran pada tambak semi
intensif berkisar antara 2-3 ekor/m2. Peralatan kincir dipergunakan untuk
teknologi ini sebanyak 1-2 kincir per petak lahan (0,5 ha). Pakan yang
diberikan berupa pellet dengan kualitas yang baik;
• Tambak intensif. Padat penebaran bibit pada tambak intensif sekitar 5 ekor/m2 dilengkapi kincir 3 buah untuk setiap petak (0,5 ha). Pakan yang digunakan berupa pellet yang telah teruji.
Bandeng konsumsi dihasilkan dari tambak pembesaran. Bibit
tambak pembesaran adalah glondongan yang dihasilkan dari tambak pendederan.
Tambak pendederan memelihara nener yang dihasilkan oleh pembenihan.
SPESIKASI LOKASI TAMBAK
Menurut Prahasta dan Hasanawi (2009) pada tanah di dasar
tambak dibuat saluran dasar yang disebut kamalir dan sumur tambak atau kubangan
tambak yang dibuat di dasar tambak untuk berkumpulnya ikan pada saat panen.
Kamalir dan kubangan berguna untuk memudahkan penangkapan ikan bandeng dipanen.
Untuk dasar tambak, tanah di dasar tambak harus miring atau tumpah kearah
pembuangan air.
Untuk pembesaran bandeng lebih sering menggunakan tambak
tanah ini dikarenakan untuk mendukung proses pertumbuhan pakan alami. Selain
itu bandeng lebih suka pada wilayah yang berlumpur dikarenakan bandeng memiliki
sifat ikan yang mencari makanannya di dasar lumpur ataupun dasar tanah. Untuk
penyediaan air ke tambak-tambak disediakan kanal atau serupa dengan sungai
kecil yang memiliki kelebaran 2 meter, dengan menggunakan kanal maka sumber air
payau yang berasal dari sungai akan masuk melaui kanal dan dari kanal akan
menuju ke pintu-pintu masuk tambak. Dengan demikian, masuknya air ke tambak ini
mengandalkan air pasang dari laut yang melewati sungai.
TATA LAKSANA BUDIDAYA
Beberapa hal prinsip yang harus
diperhatikan adalah :
·
Pemilihan lokasi budidaya
Lokasi
budidaya hendaknya terletak di areal yang sekitarnya mudah untuk mendapatkan sumber
air yang bagus dan dekat dengan daerah pemasaran. Lokasi tersebut juga harus
mempunyai potensi untuk area pengembangan.
·
Persiapan lahan dan persiapan air
untuk budidaya
Sebelum
diisi dengan air, hendaknya lahan tambak dipersiapkan dengan matang. Begitu
juga dengan air, sebelum ditebari benih (nener) sebaiknya sudah terbentuk warna
air (plankton).
·
Penebaran benih bandeng (nener)
Penebaran
benih di kolam pembesaran sebaiknya menggunakan benih dengan ukuran yang sudah
cukup besar (gelondongan = benih umur ± 2 bulan dari nener) agar mampu
beradaptasi dengan lingkungan secara baik. Hindari penebaran benih/nener dengan
padat tebar yang terlalu tinggi, karena penebaran dengan padat tebar yang
terlalu tinggi membutuhkan alat bantu untuk supply O2 (kincir).
MONITORING
Kualitas air memiliki peranan penting dalam proses kegiatan
budidaya. Pada saat penebaran benih perlu dilakukan perendaman benih ke dalam
tambak agar kondisi suhu air dalam plastik dan tambak tidak terjadi perbedaan
suhu yang menyebabkan kematian pada benih bandeng. pengontrolan kualitas air
dilakukan 2 kali dalam 1 minggu dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air di
tambak sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan apabila
terjadi penurunan kualitas air. selama kegiatan pembesaran bandeng tidak
mengalami penurunan kualitas air, komdisi perairan yang baik dapat dikontrol
apabila kondisi tanah baik dan selain itu dengan jumlah padat tebar yang
sedikit maka dapat menjaga kualitas air karena feses dari sisa pencernaan
sedikit sehingga dapat terurai secara maksimal di dasar tambak. Alat yang
digunakan untuk mengukur kualitas air diantaranya adalah thermometer untuk
mengukur suhu air, refraktometer digunakan untuk mengukur salinitas air tambak,
DO meter untuk mengukur kandungan oksigen terlarut dalam air tambak dan pH
meter untuk mengukur kesadahan air tambak
PEMANENAN
Panen bandeng pada tambak tradisional dilakukan pada bandeng
berumur 6 – 7 bulan pada umur sekian bandeng telah cukup pada ukuran konsumsi.
Pada ukuran panen dalam setiap kilogramnya berjumlah 4 – 5 ekor bandeng. Pada
kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari dilakukan untuk menghindari panas
teriknya matahari selain itu dilakukan pada saat kondisi air surut sehingga
mempermudah dalam proses pengurangan air dalam tambak.
Menurut Cahyono (2007), ikan bandeng dengan berat awal atau
berat saat penebaran benih pertama dengan berat 40 gram dengan lama
pemeliharaan 4 – 6 bulan akan mengalami peningkatan berat tubuh sebesar 250
gram. Selain itu, dalam kegiatan budidaya secara tradisional tidak menggunakan
pakan tambahan melainkan hanya mengandalkan pakan alami yang tumbuh dalam
tambak.
Sumber : berbagai
sumber
0 komentar:
Posting Komentar