Fish Oil
1.
Pendahuluan
Dalam proses penepungan ikan selama pemasakan protein ikan
akan menggumpal dan sel ikan yang mengadung lemak akan pecah sehingga setelah
dipisahkan airnya akan diperoleh hasil sampingan berupa minyak ikan (Afrianto
dan Liviawaty, 1989). Menurut Muchtadi (1996), minyak ikan hasil sampingan
proses pengalengan dan penepungan ikan kaya asam lemak omega-3, khususnya EPA
(Eilosa Panteonil Acid) dan DHA (D-Hexaenoic Acid). Dan selama ini hanya
dimanfaatkan sebagai pakan terkandung asam lemak jenuh tinggi meyebabkan minyak
ikan menjadi kurang stabil, karena wadah mengalami oksidasi, proses oksidasi
semakin meningkat dengan adanya panas, cahaya dan O2.
Proses untuk mendapatkan minyak dengan kualitas yang baik
ada 2 tahap penting yang harus diperhatikan yaitu proses ekstraksi minyak dan
proses pemurnian minyak. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Pemurnia
(refining) adalah suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan rasa dan bau
yang tidak enak, warna tidak menarik dan untuk memperpanjang umur simpan
sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri
(Ketaren,2005). Menurut Susanto (1987), pemurnian ini perlu dilakukan karena
minyak atau lemak yang dihasilkan dalam proses ekstraksi umunya mengandung
kotoran yang ikut terekstraksi dan kotoran tersebut dapat menimbulkan kerusakan
yang mengakibatkan kualitas minyak yang dihasilkan atau menurun
Pemanfaatan minyak
ikan dalam industri pangan dengan tujuan utuk pengganti fungsi minyak
industri/lemak hewani dan memperkaya nilai gizinmakanan dalam rangka
mendapatkan makanan sehat. Untuk maksud tersebut, minyak ikan dikembangkan
pemakainya pada produk margarine, and table spread, hard fat, shortening,
pastry fat, adonan biskuit dan emulsi untuk roti, adanan roti, minyak goreng,
biskuit filling, isinya salad/sayur, emulsifier, fish spread, peanuut butter,
mayonise, coleslaw, salami dan sosis (Irianto dan soesilo,2007)
Menurut Irianto
dan Soesilo (2007), minyak ikan merupakan hasil samping dengan pengolahan ikan
kaleng dan tepung ikan. Minyak ikan tersebut dapat ditingkatkan mutunya agar
layak dikonsumsi manusia dengan memurnikannya dengan metode alkali. Minyak ikan
mempunyai nilai manfaat kesehatan,pengobatan dan gizi. Dengan demikian, minyak
ikan dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri farmasi dan pangan. Minyak
ikan dapat diolah menjadi kapsul konsentrat asam lemak omega 3. dengan teknik
mikroenkapsulasi minyak ikan dapat diproses menjadi tepung minyak ikan yang
memudahkan dalam penanganan, penyimpanan dan pemanfaatannya.
Minyak ikan
merupakan minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh paling tinggi
dibandingkan dengan jenis minyak lainnya. Ditinjau dari segi kesehatan, hal ini
sangat menguntungkan terutama kandungan asam lemak omega 3 nya. Kandungan asam
lemak tak jenuhyang tinggi menyebabkan minyak ikan menjadi kurang stabil, mudah
mengalami oksidasi. Proses oksidasi akan semakin meningkat dengan adanya
pannas, cahaya dan oksigen (Irianto, dkk, 2000).
Menurut Poedjiadi
(1994), komposisi kimia minyak ikan adalah:
Komposisi kimia
|
Nilai kandungan
|
Air
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Ca
P
Fe
Vitamin A
Vitamin B
Vitamin C
Bydd
|
0
902 kal
0
100 gram
0
0
0
0
80000 SI
0
0
100am
|
2.
Pengolahan
Minyak Ikan
Minyak ikan sangat berbeda dengan minyak lainnya, yang dicirikan
dengan (1) variasi asam lemaknya lebih tinggi dibandingkan dengan minyak atau
lemak lainnya, (2) jumlah asam lemaknya lebih banyak; (a) panjang rantai karbon
mencapai 20 atau 22, (b) lebih banyak mengandung jenis asam lemak tak jenuh
jamak (ikatan rangkap sampai dengan 5 dan 6), dan (c) lebih banyak mengandung
jenis omega-3 dibandingkan dengan omega-6. Asam lemak yang berasal dari ikan
pada prinsipnya ada 3 jenis yaitu jenuh, tidak jenuh tunggal dan tidak jenuh
jamak. Asam lemak tak jenuh tunggal mengandung satu ikatan rangkap dan asam
lemak tak jenuh jamak mengandung banyak ikatan rangkap per molekul.
Pengolahan minyak ikan di Indonesia masih dilakukan secara tradisional.
Minyak ikan yang diproduksi terdiri atas minyak hati dan minyak dari badan ikan
yang merupakan hasil samping pengolahan tepung ikan dan pengalengan ikan.
Pemanfaatan minyak ikan yang dihasilkan di Indonesia baru digunakan sebagai
komponen ransum pakan ikan maupun pakan ternak dan sebagaian kecil digunakan
dalam penyamakan kulit serta industry kecil lainnya.
3. Proses Pembuatan
Minyak Ikan Secara Konvensional / Sederhana
Pengolahan minyak
ikan di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Minyak ikan yang
diproduksi terdiri atas minyak hati dan minyak dari badan yang merupakan hasil
samping pengolahan tepung ikan dan pengalengan ikan. Pemanfaatan minyak ikan
yang dihasilkan di Indonesia baru digunakan sebagai komponen ransum pakan ikan
maupun pakan ternak dan sebagian kecil digunakan dalam penyamakan kulit serta
industri kecil lainnya. Bahan baku industri minyak ikan adalah minyak ikan dari
ikan-ikan pelagis dengan kadar lemak yang tinggi, seperti lemuru dan lainnya.
Sumber minyak tersebut diperoleh dari :
1.
Hasil ekstraksi yang khusus untuk
diambil minyaknya
2.
Hasil ekstraksi dari pengolahan tepung
ikan
3.
Hasil samping dari pengolahan ikan
kaleng
Ekstraksi minyak
dilakukan dengan mencampur hati cucut botol dengan asam formiat teknis sebanyak
1 % dari berat hati cucut botol (proses silase). Setelah 3 hari proses silase,
kemudian dilakukan penyaringan hasil silase melalui kain blacu untuk memperoleh
minyak kasar. Setelah minyak disimpan dalam suhu rendah selama 24 jam, lalu
dilakukan sentrifuge pada kecepatan putaran 500 rpm (Anonymous, 2007).
4. Proses Pembuatan
Minyak Ikan Secara Modern
Minyak ikan dari
pabrik dibersihkn dari kotoran dengan cara minyak ikan hasil saringan dipanaskan
seampai suhu 700C dan ditambahkan larutan garam 2-2.5% sebesar
setengah volume minyak, sambil diaduk 5 menit (untuk deguming). Campuran minyak
tersebut kemudian ditambahkan larutan netrium hidroksida 1N apabila FFA 4%
menggunakan NaOH teknis 8.7 gram dilarutkan dalam 125 ml air untuk satu liter
minyak ikan. Besarnya volume tergantung dari besarnya FFA minyak ikan yang akan
dibersihkan. Makin tinggi FFA, makin besar pula pemakaian natrium hidroksida.
Pengadukan selama 30 menit pada suhu 700C, proses ini disebut
penyabunan kemudian larutan sabun yang terjadi dipisahkan dari minyaknya.
Apabila sabun masih ada yang tertinggal dalam minyak perlu dicuci dengan air
panas sampai minyak menjadi bersih dari sabun. Minyak hasil penyabunan ditambah
karbon aktif atau benfonif 3%. Kemudian dipanaskn pada suhu 600C
sambil diaduk selama 20 menit. Selanjutnya disaring dengan filter press. Minyak
yang sudah bersih ditambah antioksida (BHT) sebesar 20 ppm. Kemudian minyak
dikemas dalam tempat yang tidak tembus cahaya.
5. Pengembangan
Olahan Minyak Ikan
Minyak ikan sangat mudah teroksidasi oleh
karena banyaknya ikatan rangkap pada gugus rantai asam lemaknya. Hal ini
berarti bahwa harus diberikan perhatian yang lebih apabila minyak ikan
ditambahkan pada produk makanan, jika tidak akan menyebabkan timbulnya bau atau
rasa yang tidak enak dan senyawa-senyawa hasil oksidasi yang berpengaruh buruk
bagi kesehatan. Perlakuan terhadap minyak ikan yang dapat menghilangkan
kendala-kendala tersebut yang memungkinkan para produsen makanan memasukkan
minyak ikan bagi peningkatan nilai tambah produk tampak adanya perubahan
penampakkan dan usia simpan produk.
Prospek minyak hati ikan cucut botol sebagai bahan baku industri
di pasaran Internasional memiliki masa depan yang cerah, sehingga upaya
pengolahan lebih lanjut minyak hati cucut botol menjadi bahan setengah jadi
(skualen) merupakan prospek bisnis yang baik, hal ini dapat menjadi kenyataan
karena teknologi pengolahannya telah dapat dihasilkan yang meliputi metoda dan
teknik penanganan hati cucut botol di kapal, ekstraksi minyak dan cara isolasi
skualen dari minyak tersebut.
Bahan baku utama untuk pembuatan skualen adalah hati ikan cucut
dari keluarga Squalidae dan ikan cucut ini banyak tersebar merata di seluruh
perairan Indonesia. Skualen adalah suatu senyawa kimia banyak terdapat dalam
minyak hati ikan cucut botol atau biasa juga disebut ikan cucut yang hidup pada
perairan dalam (300 -1000 meter), yaitu pada bagian zat yang tidak dapat
disabunkan. Skualen ini merupakan senyawa kimia yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi karena banyak digunakan sebagai bahan baku industri kosmetika, farmasi
(obat-obatan), industri sutera (pengkilap warna), pengolahan karet, bahan
pelumas, dan lain-lain. Oleh karena manfaat dari skualen ini sangat banyak,
maka minyak hati cucut botol ini menjadi penting dan dibutuhkan tetapi sangat
disayangkan kebutuhannya belum dapat dipenuhi oleh usaha penangkapan ikan cucut
tersebut dalam negeri. Secara kimia, skualen adalah senyawa hidrokarbon yang
mempunyai enam ikatan rangkap. Senyawa ini merupakan cairan jernih yang tidak
larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan larut dalam pelarut lemak.
Skualen mempunyai titik beku -60°C, titik didih 225°C. indek bias 1.40 – 1.50
dan angka iod 366 – 380.
6. Penanganan Bahan Mentah:
Ikan cucut
botol segera setelah ditangkap, diambil hatinya, cuci dengan air laut, kemudian
masukkan kedalam kantong plastik. Kantong-kantong plastik itu kemudian
dimasukkan kedalam peti berinsulasi dan dies dengan menggunakan es hancuran
yang perbandingannya 1 : 1. Pengesan ini dilakukan selama penangkapan hingga
saat hati cucut botol tersehut diekstraksi minyaknya.
7. Ekstraksi Minyak
Untuk
memperoleh minyak, maka dilakukan ekstraksi dengan mencampur hati cucut botol
dengan asam formiat teknis sebanyak 1% dari berat hati cucut botol (proses
silase). Setelah 3 hail proses silase, kemudian dilakukan penyaringan hasil
silase melalui kain blacu untuk memperoleh minyak kasar. Setelah minyak
disimpan pada suhu rendah (sekitar 5°C) selama 24 jam, kemudian dilakukan
sentrifuse pada kecepatan putaran 5000 rpm.
8. Peluang Pengembangan
Pasar produk pengolahan minyak ikan
berteknologi adalah industri makanan seperti : susu bubuk bayi, biskuit,
permen, dan lainnya. Untuk menentukan jumlah permintaan pasar harus
diperhitungkan jumlah industri makanan tersebut dan juga jumlah pemakaiannya
dari setiap industri tersebut. Dikarenakan penggunaan produk minyak ikan
berteknologi belum secara meluas di industri makanan dalam negeri maka perlu
pula dilakukan perhitungan peluang pasar di luar negeri terutama regional.
Bahan baku industri minyak ikan adalah minyak
ikan dari ikan-ikan pelagis dengan kadar lemak yang tinggi, seperti: lemuru dan
lainnya.
Ø
Sumber
minyak ikan tersebut dapat dari:
Hasil ekstraksi yang khusus untuk diambil minyaknya
Hasil ekstraksi dari pengolahan tepung ikan
Hasil samping dari pengolahan ikan kalen
Hasil ekstraksi yang khusus untuk diambil minyaknya
Hasil ekstraksi dari pengolahan tepung ikan
Hasil samping dari pengolahan ikan kalen
Ketiga
sumber pasokan tersebut dapat digunakan namun akan mempengaruhi kepada mutu
minyak, harga bahan baku, dan jumlah ketersediaan pasokan. Untuk menanggulangi
kemungkinan kekurangan pasokan bahan baku maka perhitungan jumlah ketersediaan
pasokan tidak hanya berasal dari domestik tetapi juga berasal dari luar negeri
(import).
Dengan terbukanya peluang berusaha dan pemasaran dalam perdagangan bebas maka beberapa produk baik yang sejenis atau substitusi akan dijumpai dengan mudah dipasar baik nasional maupun internasional. Dalam situasi yang demikian maka konsumen akan mempunyai peluang yang sangat luas dan bebas memilih barang yang diinginkan.. Oleh sebab itu nisbah antara harga dan mutu akan sangat menentukan dalam keberhasilan pengembangan agroindustri perikanan. Rendahnya harga yang dipengaruhi oleh tingginya efisiensi akan memberikan peluang konsumen untuk dapat membelinya. Sedangkan tingginya mutu suatu produk akan memberikan jaminan dan keyakinan kepada konsumen untuk mempoleh kepuasan.
Dengan terbukanya peluang berusaha dan pemasaran dalam perdagangan bebas maka beberapa produk baik yang sejenis atau substitusi akan dijumpai dengan mudah dipasar baik nasional maupun internasional. Dalam situasi yang demikian maka konsumen akan mempunyai peluang yang sangat luas dan bebas memilih barang yang diinginkan.. Oleh sebab itu nisbah antara harga dan mutu akan sangat menentukan dalam keberhasilan pengembangan agroindustri perikanan. Rendahnya harga yang dipengaruhi oleh tingginya efisiensi akan memberikan peluang konsumen untuk dapat membelinya. Sedangkan tingginya mutu suatu produk akan memberikan jaminan dan keyakinan kepada konsumen untuk mempoleh kepuasan.
Mutu produk industry minyak ikan akan sangat dipengaruhi mutu
bahan mentah minyak ikan, penguasaan teknologi emulsifikasi dan enkapsulasi,
serta mesin dan peralatan yang digunakan. Ketiga faktor tersebut merupakan
tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan industri minyak ikan guna
menghasilkan mutu produk yang dapat bersaing dan diterima konsumen. Disamping
itu juga seiring dengan pemenuhan akan food safety dimana produsen dituntut
untuk dapat memberikan jaminan mutu (quality assurance) terhadap produk yang
diproduksi dan dipasarkan maka industri enkapsulasi minyak ikan harus pula
menerapkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan
suatu teknik operasional pengawasan mutu yang bertumpu pada upaya pencegahan
sejak dini mulai dari produksi bahan baku, transportasi, pengolahan sampai pada
distribusi dan pemasarannya.
Bahan Bacaan :
BPS, 2005
DKP, 2006.
BPS, 2005
DKP, 2006.
Ruins_ketjiL
Annonimous, dan lain-lain
Annonimous, dan lain-lain
0 komentar:
Posting Komentar