BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK
Ikan
kerapu merupakan ikan bernilai ekonomis tinggi dan permintaan kerapu hidup
untuk konsumsi semakin meningkat. Selama ini kebutuhan akan ikan kerapu ukuran
konsumsi diperoleh dari penangkapan di alam, yaitu di perairan karang.
Dalam budidaya, keberhasilan di bidang produksi sangat ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain penyediaan benih, kualitas air, pengelolaan dan sebagainya. Penyakit merupakan salah satu kendala utama dalam
keberhasilan produksi yang sangat merugikan. Timbulnya penyakit adalah suatu
proses yang dinamis dan merupakan interaksi antara inang (host), jasad penyakit
(patogen) dan lingkungan. Lingkungan terutama sifat fisik, kimia dan biologi
perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan ikan sebagai inang dan organisme
penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan,
sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan patogen.
Tingkat
keberhasilan usaha budidaya ikan selain ditentukan oleh pemberian pakan yang
tepat juga sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya. Dinamika
kondisinya sangat mudah terpengaruh oleh bahan kimia terlarut, iklim mikro dan
perlakuan yang dilakukan. Oleh karena itu kita harus memahami kualitas air dan
interaksinya.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Ikan
kerapu bebek (Cromileptes altivelis) digolongkan pada :
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Osteichtyes
Sub
class :
Actinopterigi
Ordo
: Percomorphi
Sub
ordo :
Percoidae
Family
: Sarraanidae
Genus
: Cromileptes
Species
: Cromileptes altivelis
MORFOLOGI
Kerapu bebek memiliki sirip dorsal (punggung), sirip
anal (perut), sirip pektoral (dada), sirip garis lateral (gurat sisi),dan sirip
caundal (ekor). Selain sirip, di bagian tubuhnya terdapat sisik yang berbentuk
sikloid. Bentuk tubuh bagian punggung meninggi
dengan bentuk cembung (concane) ketebalan tubuh sekitar 6,6-7,6 cm dari panjang
spesifik. Sementara panjang tubuh maksimal mencapai 70 cm. Lobang hidungnya
besar berbentuk bulan sabit vertikal kulit berwarna terang abu-abu kehijauan
dAn bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip,pada
kerapu muda bintik-bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.
HABITAT
Ikan kerapu bebek
banyak di jumpai di perairan batu karang atau daerah karang kapur, hidup dalam
kedalaman 7-40 meter. Dalam siklus hidupnya ikan
kerapu bebek muda hidup di perairan karang dengan kedalaman 0,5-3 meter, selanjutnya
menginjak dewasa menuju ke perairan yang lebih dalam,dan biasanya perpindahan
ini berlangsung pada siang dan senja hari. Telur larva kerapu bebek bersifat
pelagis, sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.
Ikan kerapu yang telah berhasil dibenihkan diantaranya adalah ikan kerapu
bebek, kerapu macan, kerapu lumpur dan kerapu malabar. Sedangkan kerapu
alis/Napoleon dan kerapu sunu masih dalam penelitian. Dalam teknik
pembenihan untuk ikan kerapu tikus, macan, malabar dan lumpur pada prinsipnya
sama.
TEKNIK PEMBENIHAN
Pemijahan induk
Keberhasilan pemijahan induk ikan kerapu merupakan kunci awal dari seluruh mata
rantai kegiatan produksi benih ikan kerapu. Dengan pengelolaan induk yang
baik akan dihasilkan produksi telur dengan mutu yang baik sehingga pada
akhirnya akan diharapkan produksi benih ikan kerapu dengan sintasan yang
tinggi.
a. Pengelolaan induk
Induk
ikan kerapu berasal dari hasil penangkapan di alam. Induk dipelihara dalam bak
beton berbentuk bulat (Æ 10
meter dan kedalaman 3 meter). Bak pemeliharaan induk juga sekaligus merupakan
bak pemijahan. Sirkulasi air dalam bak pemeliharaan induk dilakukan terus
menerus sebanyak 200 - 300%
setiap harinya
dengan menggunakan pompa elektromotor 20 PK (Æ pipa 8”) kemudian dilengkapi pipa distribusi ke
dalam bak induk dengan Æ 4”. Dalam bak diberi aerasi sebanyak 20 titik dengan jarak titik satu dengan
yang lainnya kurang lebih 2 meter. Untuk menjaga kualitas air dalam bak induk
tetap prima dilakukan dengan mengatur pembuangan air atas dan air bawah. Siang
hari dilakukan pembuangan air bawah dan malam hari dilakukan pembuangan air
atas. Selama masa pemeliharaan induk, dilakukan pemberian pakan berupa ikan
segar dengan kandungan lemak rendah. Jenis-jenis ikan yang biasa diberikan pada
induk ikan kerapu adalah ikan layang, ikan selar, ikan teri, ikan belanak
dan cumi-cumi. Dosis pemberian pakan adalah 3-5 % dari total berat induk
Pemberian pakan dilakukan pagi hari antara jam 07.00-08.00 setiap harinya.
Induk juga diberikan tambahan vitamin E @ tocopherol (Nature E)
dengan dosis 100 IU per kg induk per minggu yang bertujuan untuk memacu
perkembangan gonade ikan. Sedangkan untuk menambah daya tahan induk terhadap
serangan penyakit diberikan vitamin C dengan dosis 50 mg/kg induk setiap
2 minggu sekali. Induk juga diberikan vitamin
B-Compleks dengan dosis 50 mg/kg induk per 2 minggu sekali dengan tujuan untuk
menambah nafsu makan ikan.
b. Pemijahan
induk
Metoda pemijahan ikan kerapu pada dasarnya dapat dilakukan dengan
manipulasi hormonal (aplikasi hormon steroid) dan manipulasi lingkungan.
Pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan. Setiap pagi, setelah induk kerapu
diberi makan, air dalam bak pemijahan diturunkan sampai kedalaman ± 50 cm diatas
sirip punggung. Kondisi ini dibiarkan selama 5-7 jam
dan air masuk (inlet) tetap dibiarkan mengalir. Perlakuan ini dapat menaikkan
suhu air + 1-3oC. Kemudian pada sore hari mulai jam 15.00 dilakukan
penambahan air laut segar sampai mencapai ketinggian optimal (3 meter) dan
dilakukan sirkulasi sepanjang malam hari. Perlakuan ini dilakukan secara terus
menerus sampai terlihat tanda-tanda birahi. Ciri-ciri induk ikan kerapu betina
yang siap memijah adalah perut gendut dan lubang genital kemerahan. Sedangkan
untuk induk jantan yang matang gonade mempunyai ciri-ciri kulit lebih terang,
agresif (selalu mengejar betina) dan lubang genital kemerahan. Pemijahan ikan
kerapu terjadi pada bulan gelap (bulan lunar) yaitu antara
tanggal 20-10 bulan lunar dan terjadi pada malam hari antara
jam 20.00-02.00
c. Panen telur
Telur ikan kerapu hasil pemijahan yang baik mempunyai ciri-ciri berbentuk
bulat, Æ 850-950 mikron, melayang di permukaan air dan
transparan. Sedangkan telur yang jelek atau tidak berkembang
selnya dengan sempurna mempunyai kenampakan keruh dan setelah beberapa saat
ditampung akan mengendap. Setiap kali terjadi pemijahan induk, telur ditampung
dalam bak penampungan telur yang dilengkapi jaring hapa (egg collector).
Pemanenan telur dilakukan
pada pagi hari antara jam 06.00-07.00. Telur hasil panenan ditampung dalam
akuarium dan dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah telur dengan metoda
volumetri. Setelah 18-25 jam dari saat pembuahan, pada suhu 27-28o C
telur ikan kerapu akan menetas.
Pemeliharaan larva
Kegiatan pemeliharaan larva dimulai dari persiapan bak, penebaran dan penetasan
telur, perkembangan larva, pakan dan pemberian pakan, pengelolaan
kualitas air, penanggulangan penyakit dan panen benih.
a.
Persiapan bak
- Bak pemeliharaan
larva berbentuk segi empat dengan volume 12,5 ton (5 x 2 x 1,25 meter).
- Sebelum diisi bak
dibersihkan dengan kaporit (100-150 ppm), dibilas dengan air tawar dan sabun
serta kemudian dikeringkan.
-
Aerasi yang digunakan untuk mensuplai oksigen dipasang dengan jarak antar
titik sekitar
50 cm.
- bak diisi dengan
air laut. Air laut disaring melalui filter pasir. Salinitas air
laut berkisar
30-32 ppt. Pengisian dilakukan
sehari sebelum penebaran telur serta diberi aerasi kuat selama 24 jam. Hal ini
dimaksudkan untuk mempertinggi kadar oksigen terlarut yang berguna untuk
penetasan telur.
b.
Penebaran telur
- Setelah
persiapan bak selesai, telur ditebar dengan kepadatan telur yang ditebar antara
10 – 20 butir/lite. Penebaran telur dilakukan setelah perkembangan
embrio mencapai stadia neurola akhir, karena dari hasil pengamatan pada
stadia ini perkembangan embrio sampai menetas memerlukan waktu relatif lama.
Telur yang ditebarkan sebelum stadia neurola sering terjadi kerusakan karena
perkembangan stadia sebelumnya (blastula dan gastrula) sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan dan perkembangan embrio pada stadia tersebut berjalan
relatif cepat.
- Telur menetas
antara 18-20 jam setelah pemijahan pada suhu 27-19 o C.
- Larva ikan kerapu
baru menetas disebut sebagai D-0. Untuk menjaga kualitas air,
cangkang-cangkang telur dan telur yang tidak menetas segera disiphon.
c.
Perkembangan larva
- Pada saat awal penetasan, aerasi dikecilkan. Hal ini
dimaksudkan agar larva kerapu yang baru menetas tidak
teraduk oleh arus yang ditimbulkan aerasi.
- Pada saat menetas
(D-0) sampai D-2, larva kerapu belum memanfaatkan pakan dari luar karena masih
memiliki cadangan pakan berupa kuning telur.
- Larva mulai
membutuhkan pakan dari luar yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).
- Pada umur D-8,
bakal sirip punggung dan sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10
tonjolan tersebut sudah terlihat panjang dan berbentuk spina. Pertambahan
panjang spina berlangsung sampai D-20 s/d D-21 dan selanjutnya akan berubah
bentuk menjadi duri keras pertama pada sirip punggung dan sirip perut.
- Pada D-25 mulai
muncul bintik-bintik hitam dipermukaan tubuhnya secara merata, larva ikan
kerapu sudah mulai menjadi ikan muda.
d. Pakan dan
pemberian pakan
- Pakan yang
dipersiapkan untuk larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami dan pakan
buatan. Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal secara
terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis);
Artemia dan jambret (Mysidaceae).
- Sedangkan pakan
buatan diberikan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami
tidak mencukupi.
e.
Pengelolaan kualitas air
- Dilakukan
penyiponan dasar bak bila terlihat dasar bak kotor, larva juga diberikan
Chlorella Sp. dengan kepadatan
- 250 – 300 ribu
sel/ml. Pemberian Chlorella Sp. ini terus dilakukan sampai larva berumr D-30.
- Pergantian air
juga dilakukan sesuai dengan umur larva. Pada D-5 sampai D-9 pergantian air 5 %
per hari. Pada D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari.
D-20 sampai D-30 pergantian air 20-30 % per hari dan mulai
D-30 pergantian air dilakukan 50 % per hari. Panen dan pasca panen
- Pemanenan dapat
dilakukan setelah larva berumur 50-90 hari atau telah mencapai ukuran panjang
4-5 cm (2”).
TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU
Kegiatan
budidaya ikan kerapu yang sudah mulai berkembang adalah pembesaran dalam
karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan
untuk budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif maupun di kolam
air laut (tambak).
Pembesaran di KJA
a. Pemilihan lokasi
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan kegiatan
budidaya ikan kerapu di KJA adalah pemilihan lokasi.
Parameter yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah:
·
Lokasi
terlindung dari gangguan angin dan gelombang yang kuat.
·
Kedalaman air minimal 15 m,
·
Lokasi
harus terhindar dari pengaruh pencemaran, mudah diperoleh sarana dan
prasarana yang diperlukan. Selain
itu lokasi tersebut memenuhi persyaratan fisika dan kimia air seperti :
- Salinitas 20-35 ppt
- Suhu 27-32 o C
- DO > 5 ppm
- PH 7,5-9,0
- Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm
b. Sarana budidaya
· Kerangka/rakit : berfungsi untuk
menempatkan kurungan (jaring), terbuat dari bahan bambu, kayu atau pipa
galvanis yang telah dicat anti karat. Bentuk dan ukuran kerangka/rakit bervariasi tergantung
dari ukuran yang digunakan, sebuah rakit biasanya terdiri dari empat buah
kurungan (jaring).
· Pelampung : berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan
sarana budidaya, dapat digunakan pelampung dari bahan drum oplastik, drum besi
atau pelampung styrofoam. Ukuran
dan jumlah pelampung
yang dipergunakan
disesuaikan
dengan besarnya beban dan daya apung dari pelampung, Pelampung diikatkan
pada rakit dengan tali polyethylene (PE) Æ
0,8-1,0 cm.
· Kurungan atau
wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE).
Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh
lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan
yang lain. Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi
oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta
faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x
2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3.
Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan,
misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm
(5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang
ikan > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)
· Jangkar : berfungsi untuk menahan
keseluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang
dipergunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh
arus, angin dan gelombang. Jangkar
dapat terbuat dari besi, karung berisi pasir atau balok semen/beton.
Jangkar diikat
dengan tali PE dan panjangnya
tergantung kedalaman perairan, biasanya 3
kali kedalaman perairan pada saat pasang tinggi.
· Tehnik
Pembesaran
Penebaran
Benih : Benih ikan kerapu ukuran panjang 4-5 cm (2”) dari hasil tangkapan di
alam maupun dari hasil produksi di tempat pembenihan (hatchery) biasanya
didederkan terlebih dahulu dalam bak beton atau waring nylon sampai mencapai
ukuran glondongan (10 cm) untuk kemudian ditransfer ke karamba jaring apung di
laut sampai mencapai ukuran konsumsi. Padat
penebaran untuk benih yang beratnya 20-50 gram/ekor adalah 10 ekor/m3 .
· Pakan : Pakan yang biasanya diberikan
dalam pembesaran ikan kerapu adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar,
seperti ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein
tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan biasanya berkisar antara
7-8, artinya untuk mendapatkan daging ikan 1 kg diperlukan 7-8 kg ikan
rucah. Pakan yang diberikan sebaiknya dalam keadaan segar dengan dosis
5-10 % dari bobot biomas setiap harinya.
· Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai tempat
untuk membudidayakan ikan kerapu merupakan lingkungan yang terbatas,
sehinga kebebasan ikan terbatas pula. Akibat dari keadaan ini terjadi
pertumbuhan yang tidak
· Seragam karena adanya persaingan
dalam mendapatkan makanan, ruang gerak maupun perbedaan aktivitas
ikan.
· Untuk itu dilakukan penjarangan dengan
jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.
· Pengelolaan sarana budidaya : Sarana
budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung dan sarana lainya harus
mendapat perawatan secara berkala.
· Pengendalian Penyakit : Penyakit yang
banyak menyerang ikan kerapu yang dibudidayakan dalam karamba
jaring apung adalah disebabkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur,
bakteri dan virus. Krustacea dan trematoda biasanya menyerang insang, sedangkan
protozoa, jamur, bakteri dan virus menyerang bagian tubuh yang luka. Gejala
ikan kerapu yang sakit berbeda-beda tergantung penyakit yang menyerangnya serta
daya tahan tubuh ikan yang diserang. Gejala tersebut harus diketahui untuk
menentukan cara pengendalian yang tepat dan efisien.
· Panen : Ukuran panen dapat disesuaikan dengan
permintaan pasar. Biasanya ukuran yang dikehendaki pasar (ukuran konsumsi)
adalah 0,5-1 kg per ekor ikan. Untuk mencapai ukuran 500-1000 gram, ikan kerapu
tikus berbobot tebar 20-50 gram harus dipelihara selama
10-12 bulan. Selama masa pemeliharaan diperlukan seleksi ukuran (grading)
setetah bulan kelima untuk mengurangi variasi ukuran
yang terlalu tajam sehingga diharapkan ukuran panen pada bulan
ke-12 adalah relatif seragam. Ikan kerapu tikus mempunyai harga jual yang
tinggi biasanya dalam keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen juga
harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Kelautan dan Perikanan Derektorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya
Laut Lampung (2001 ) Pembesaran kerap macan (epinephelus
fuscoqutattus) dan kerapu bebek (cromileptes altivelis)
Johanis
dan Syafei L.S, 2005. Buku
Seri
Kesehatan Ikan “Kerapu Bebek Sehat Produksi Meningkat”.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun 1997. Parasit Pada Ikan
Kerapu Di Panti Benih Dan Upaya Penanggulangannya. Zafran*), Isti
Koesharyani**) , dan Kei Yuasa
Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun 1997. Studi Tentang Penyakit Bakterial
Pada Ikan Kerapu Isti Koesharyani*) dan Zrafran*)
Prof.
H. M. Hembing Wijayakusuma, et. al. 1998, Tanaman berkhasiat Obat di Indonesia,
hal 133-136, Penerbit Pustaka Kartini.
Prof.
H. M. Hembing Wijayakusuma dan Dr. Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan
Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.
Syamsul Akbar, Pg D ip,
Drs Sudaryanto Pembenihan dan Pembesaran Kerape Bebek, Penebar Swadaya 2002
Zufran
et.al.,Parasit pada Ikan Kerapu Di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya,Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997
Bangka belitung terkenal dgn wisata alam dan Kuliner laut nya, jika kita berputar keselatan babel tepat nya pulau tinggi sadai bangka selatan/ basel terdapat daerah yang belum banyak terjamahkan namun memiliki wisata alam yang eksotis dan terdapat budidaya laut seperti ikan kerapu tikus. kerang abalone dan rumput laut nya serta ikan tenggiri..Jenis ikan kerapu bebek alias kerapu tikus nama latinnya Chromileptes altivelis itu dijual dengan harga delapan kali lipat lebih mahal di pasar ekspor.
BalasHapusHarga di Hong Kong dan taiwan mencapai Rp 2.5juta-Rp 3 juta per ekor atau delapan kali lipat dari harga di dalam negeri. Terang sujasmir hamid, managing natural industry.
Dengan harganya yang mahal maka ikan kerapu banyak dibudidaya peternak dengan metode karamba apung di bangka selatan disekitar daerah pulau tinggi sadai. Para eksportir sanggup membeli ikan kerapu bebek dari karamba tsb seharga Rp 400 ribu per kilogram. Selain itu ada potensi budidaya kerang abalone yang cukup tinggi, Pasar untuk abalon adalah luar negeri seperti Cina, Jepang, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat . masa pemeliharaan abalone yang cukup lama, yaitu dibutuhkan sekitar 8 bulan sejak ukuran benih 2,5 cm untuk mencapai ukuran konsumsi (5,5-7 cm). Model budidaya yang terintegrasi dengan komoditi lain seperti rumput laut kotoni, karamba ikan kerapu, merupakan salah satu cara untuk mengatasi masa budidaya yang cukup lama ini. Hidangan Resto Tiongkok, Jepang, dan Korea sangat mengenal hasil laut eksklusif ini sebagai bahan dasar makanan istimewa.
Di negara-negara Asia Timur, abalon merupakan makanan laut yang kerap disandingkan dengan hidangan sarang burung walet atau sirip hiu. Di Jepang, abalon biasa disajikan sebagai sushi, sashimi, atau diasinkan.
harga abalon basah mencapai Rp 110 ribu per kilogram. Jika dikeringkan dengan cara dibersihkan dan dilepas dari cangkangnya, harganya menjadi Rp 300 ribu. Jika dipanaskan sampai kering selama sepuluh hari, harganya melonjak menjadi Rp 1 juta per kilogram. Bupati bangka selatan H Justiar Noer sangat optimis terhadap pengembangan wisata basel dan terus berbenah diri menuju Truly and wonderful wisata basel.. sehingga dapat menambah PAD, good luck