Rabu, 01 April 2015

BUDIDAYA TIRAM



 



BUDIDAYA TIRAM


1.  PENDAHULUAN
Tiram tersebar luas, beberapa jenis diantaranya telah berhasil dibudidayakan.
Mereka terdiri dari marga   Ostrea yang berbentuk ceper dan marga Crassostrea
yang berbentuk seperti piala. Di Malaysia sedikitnya ada dua jenis dari marga  
Crassostrea yaitu    C. cucullatus dan C. rivalaris.

2.   CARA PEMBUDIDAYAAN
Dalam budidaya tiram terdapat dua kegiatan utama, yaitu:
1.   Pengumpulan spat
2.   Pembesaran
1. Pengumpulan spat
Sampai sekarang spat tiram masih diperoleh dari alam.  Di Amerika Serikat
dan di Inggris sedang diadakan percobaan pemijahan tiram secara buatan di
Balai Pembenihan.  Sarana yang digunakan untuk mengumpulkan spat tiram
dari alat yang disebut kolektor.

a.  Pemilihan lokasi
Lokasi untuk menempatkan kolektor tentu saja harus di ladang-ladang induk tiram,  utamanya pada waktu induk-induk  tiram  itu  sedang  atau    sehabis berpijah.  Dicari lokasi yang terlindung agar kolektor-kolektornya tidak  rusak atau  hanyut karena amukan angin atau gelombang. Kedalaman pemasangan kolektor yang dapat ditempeli spat tiram sangat bervariasi,  mulai  dari  kolektor yang paling ideal  adalah diperoleh dari pengalaman.

b.  Waktu pemasangan
Metoda pengumpulan apapun yang digunakan  dalam budidaya  tiram sangat  tergantung  pada  ketepatan waktu pemasangan kolektor.  Saat yang paling baik pemasangan  kolektor  sangat bervariasi,    diantaranya tergantung pada jenis, lokasi dan fluktuasi  tahunan dari  suhu,  kadar garam, pasang surut dan lain sebagainya. Di Malaysia, tiram berpijah sepanjang tahun dengan puncak pada awal musim hujan.  Jumlah spat yang paling banyak diperoleh 2 ~ 3 minggu setelah datangnya turun  hujan yang tiba-tiba  dan  lebat, dan  berakhir beberapa  hari kemudian.  Sebaiknya pemasangan kolektor  dilakukan pada musim   spat, agar tidak didahului menempelnya teritip, lumpur atau kotoran lainnya.

Salah satu cara untuk  mengetahui musim  spat adalah dengan  jalan pengambilan  contoh  air  dengan  jaring plankton.  Burayak tiram yang berukuran panjang 0,25 ~ 0,50 mm dapat dikenali pada umbonya yang miring.   
Cara lainnya dapat juga dilakukan dengan jalan memeriksa induk-induk tiram yang sedang hamil selama beberapa hari.  Jika sebagian besar dari mereka sudah kempis perutnya, maka berarti mereka sudah memijah dan kolektor-kolektor bisa segera dipasangkan.  Tetapi cara yang terakhir ini masih diragukan kecermatannya, karena kerapkali para burayak mati atau hanyut beberapa hari setelah pemijahan.

c.   Metoda pengumpulan  spat
Satu  hal yang perlu  diperhatikan dalam memilih jenis kolektor adalah bahwa kolektor tersebut dapat ditempeli spat sebanyak-banyaknya, murah dan  mudah penanganannya.  Berikut ini diutarakan  beberapa metoda pengumpulan spat.

-Kolektor tancap
Salah satu cara  pengumpulan spat  yang  paling  bersahaja adalah dengan jalan menancapkan bambu-bambu atau kayu-kayu (misalnya kayu bakau atau nibung) di ladang tiram.  Kolektor disusun sekerap mungkin dan diatur berbanjar yang jarak antara banjarnya dapat dilalui oleh perahu.
-    Metoda rak
Sebagai kolektornya digunakan genteng  atau  asbes bergelombang atau bilah kayu yang diter.  Kolektor disisip-sisipkan pada rak.
 - Kolektor gantung
Kolektor digantung pada rakit atau pada palang cagak silang.
d. Metoda rakit
Rakit terbuat  dari batang-batang bambu  atau kayu dengan tong plastik atau drum sebagai penyangganya.

e. Metoda palang cagak-silang
Bahan  cagak  terbuat  dari dua batang  bambu atau kayu yang ditancapkan di dasar laut secara silang, kemudian dipasang palang bambu atau kayu di antara kedua cagak-silang tersebut.

Kolektor-kolektor bisa terbuat dari genting, asbes,  bilah-bilah bambu atau kayu, atau wadah telur ayam/itik bekas. Untuk  memudahkan  menempelnya spat, maka sebaiknya kolektor- kolektor dilapisi adonan kapur-pasir-semen.  Dengan dilapisi adonan ini utamanya  kolektor  yang  terbuat  dari wadah telur yang lembek dan mudah hancur terendam air itu akan menjadi lebih kuat.  Perbandingan adonan adalah dua bagian pasir halus (ditapis dengan ayakan tembaga nomor 16 bermata 1,003 mm), dua bagian semen dan satu bagian kapur.    Adonan  diberi  air secukupnya sampai kental seperti sup, kemudian  kolektor-kolektor  dicelupkan ke dalamnya lalu dianginkan sampai kering.

Pemasangan kolektor dari wadah telur diatur sebagai  berikut  : beberapa lapis wadah telur  dibungkus dalam jaring  kemudian digantungkan  pada  rakit atau  pada palang cagak-silang dengan kedalaman yang berbeda-beda untuk  tidak berhimpitan  dan dapat ditempeli spat pada lapisan air yang berlainan.

Bilah-bilah  bambu atau kayu, lembaran asbes atau genting di  buat empat  persegi dengan ukuran tertentu,  kemudian diikat  beruntun dengan tali sisal, injuk, nylon atau dengan jenis tali lainnya.

2.  Pembesaran
Setelah spat-spat mencapai ukuran 20 mm atau lebih, mereka dilepas dari kolektor, kemudian dipindahkan ke lokasi lain untuk dibesarkan.  Di bawah ini diutarakan beberapa metoda pembesaran.

a.   Metoda cagak
Pada lazimnya metoda cagak ini digunakan di perairan  yang  dangkal. Cagak  yang  terbuat  dari batang-batang bambu  atau kayu ditancap- tancapkan di dasar laut.   Spat-spat tiram melekat pada  cagak-cagak tersebut.   Tiram-tiram yang sudah matang telur berangsur-angsur dipindahkan untuk mencegah terlampau berdesakkan.
b. Metoda dulang
Dulang terbuat dari kawat ram tahan karat bermata 12,7 mm.  Sebagai kerangkanya terbuat dari kayu.  Metoda dulang ini biasanya digunakan di perairan yang dangkal dengan dasar pasir.
c. Metoda rakit
Pada umumnya metoda rakit ini digunakan di perairan dengan kedalaman 5  meter ke atas pada waktu air surut.  Lokasi perairan untuk metoda rakit ini harus terlindung dari amukan angin dan gelombang.  Spat-spat tiram dimasukkan  dalam  sangkar  jaring atau dulang plastik, kemudian digantungkan pada rakit.  Bentuk rakit sama dengan bentuk rakit untuk pengumpulan spat.

3.   HAMA
Beberapa musuh tiram diantaranya terdiri dari bintang  laut,  siput, beberapa jenis cacing, kerang hijau, teritip dan lain sebagainya.

1.  Bintang Laut
Bintang laut dapat dikendalikan dengan jalan membuang atau menubanya. Bintang-bintang laut dibuang dengan tongkat berujung runcing pada waktu air sedang surut.  Pada ladang budidaya yang dalam, bintang-bintang laut dibuang dengan mengunakan sapu lawe.  Sesuai dengan namanya, sapu bintang  laut  ini  terbuat dari lawe yang diikatkan secara berderet pada sebatang kawat sepanjang 2 kaki (± 60 cm).  Sapu ditarik secara perlahan di dasar laut, kemudian bintang-bintang lautnya yang tersapu dinaikkan ke atas (selang 10 menit) untuk dibuang atau dibunuh.

Bintang laut dapat dibunuh dalam air panas atau dalam larutan garam pekat. Bila bintang lautnya banyak dapat dimusnahkan dengan jalan menebarkan kapur sebanyak ± 227 kg/are di dasar laut.

2.   Siput Pengebor
Beberapa jenis siput, seperti jenis  Thais  sp  dapat mengebor  cangkang- cangkang tiram sehingga tiram-tiramnya mati.  Cara yang paling sederhana untuk mencegah ganguan jenis siput ini adalah dengan jalan memilih ladang budidaya yang bebas dari mereka.
3.  Cacing Lepuh
Cacing lepuh lumpur jenis Polydora sp.  yang hidup  pada  bagian  dalam cangkang tiram  dapat mengakibatkan lepuh-lepuh berwarna  hitam  pada permukaan bagian dalam cangkang tiram.  Cacing lepuh dapat dimusnahkan dengan jalan merendam tiram-tiramnya dalam larutan garam pekat.

4.  Kerang Hijau
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan saingan utama bagi tiram dalam hal makanan dan tempat hidup.  Karena ulah kerang hijau, mutu tiram menjadi rendah  dan bahkan membunuhnya.   Oleh  karena  itu  sebelum pembudidayaan  tiram dilakukan terlebih dahulu memusnahkan  kerang- kerang hijaunya.
5.   Teritip
Teritip (Balanus sp.) sering mengotori cangkang tiram  bagian luar. Sebagaimana halnya dengan kerang hijau, teritipun merupakan  saingan berat  bagi tiram  dalam hal  makanan dan tempat  hidup,  serta  sangat mengurangi produktivitas spat-spat tiram yang dapat melekat pada kolektor karena sudah didahului oleh teritip.

Pengotoran kolektor tiram oleh teritip dapat ditanggulangi  sampai  pada tingkat tertentu dengan jalan  pengamatan burayak  tiram  dalam  contoh- contoh plankton untuk mengetahui  musim puncak spatnya.  Jika pemasangan kolektor terlalu dini, maka dengan cepat sekali kolektor tersebut dipenuhi oleh teritip.   Bilamana memungkinkan  sebaiknya  memilih  lokasi budidaya tiram di daerah perairan yang populasi teritipnya tidak begitu padat.
6.  Cacing Tabung
Jenis cacing ini (pomatoceros sp.)  berbentuk tabung berkapur  putih  dan hidup melekat pada cangkang tiram bagian luar, sehingga selain cangkang tiramnya kotor, juga bersaing dalam perolehan makanan.

4.  PANEN
Tiram  sudah  dapat  dipanen setelah  mencapai ukuran  100 mm.  Untuk mencapai  ukuran  ini  diperlukan waktu pemeliharaan selfma 12 ~ 18 bulan semenjak  masa  pengumpulan  spat.   Atau apabila jeroan dagingnya sudah berwarna putih susu yang mengandung glikogen. Jika tiram-tiram itu untuk disimpan agak lama sebainya disejukkan pada suhu 10C atau 340 F.

5.   KESEHATAN MASYARAKAT
Salah satu masalah pada tiram ini adalah bahwa  binatang  ini  mudah terkontaminasi oleh bakteri, karena ternyata tiram tahan terhadap pencemaran yang mengandung bakteri patogenis yang berasal  dari  buangan  industri maupun  dari  buangan  rumah tangga.  Oleh karena itu, sebaiknya usaha budidaya tiram dilakukan di perairan yang masih belum tercemar.
Bakteri yang terdapat dalam tiram dapat dibasmi dengan jalan merebusnya selama 2 ~  3  menit.  Jika  tiram-tiram  yang  sudah  terkena polusi hendak dipasarkan hidup-hidup, bakterinya dapat dilenyapkan dengan cara merendam tiram-tiramnya dalam air bersih bebas hama selama 2 ~ 4 hari.  Tiram-tiram dapat juga disuci hamakan dalam air bebas bakteri yang telah diperlakukan dengan sinar ultra violet, khlorin atau ozon.

DAFTAR PUSTAKA

1. Galtsoff, P.S. (1964).  The American Oyster.  Fish.  Bull.  Fish Wildl.  Serv., 64.  480pp.
2.  Medoof, J.C. (1961). Oyster Farming in the Maritimes. Fish. Res. Bd. Can. Bull. No. 131.
3. Okada, H. (1963).  Report on Oyster Culture Experiments in Malaysia (1960- 1963).   
           Published by Bahagian Perikanan, Kementrian Pertanian dan Pembangunan Luar Bandar.

4.Budidaya Tiram, Judul asli: Oyster Culture, oleh P.S. Choo, Fisheries Research
            Institute Glugor, Penang, Malaysia. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia 












0 komentar:

Posting Komentar