Kamis, 02 April 2015

PROSPEK MAGGOT SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF IKAN BUDIDAYA


SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF
IKAN BUDIDAYA



PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya harga pakan komersial akibat tigginya harga tepung ikan membuat biaya produksi ikan semakin meningkat, karena 60-80% biaya produksi berasal dari pakan (Mokoginta et al. 2006).  Sehingga untuk menurunkan biaya produksi dari pakan, perlu dicarikan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan atau bahan pengganti tepung ikan. Salah satu bahan alternatif tersebut adalah larva serangga bunga dari spesies Hermetia illucens (larva Black Soldier Fly, disebut maggot), yang diproduksi melalui proses ”Biokonversi”. Biokonversi adalah sebuah proses untuk mengubah bentuk dari produk yang kurang bernilai menjadi produk bernilai menggunakan agen biologi (makhluk hidup; serangga Black Soldier Fly, BSF).

MAGGOT DAN SIKLUS HIDUPNYA
Maggot merupakan larva serangga Black Soldier Fly (Hermentia illucens, Stratiomydae, Diptera), keberadaanya dapat ditemui hampir diseluruh dunia dengan ukuran larva 2 Cm. Maggot memiliki banyak kelebihan diantaranya : a) dapat mereduksi sampah organik (dewetering), b) dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup luas, c) tidak membawa atau agen penyakit, d) mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (40-50%), e) masa hidup cukup lama (± 4 minggu) dan untuk mendapatkanya tidak memerlukan teknologi tinggi.

Black Soldier Fly (Hermentia illucens) adalah serangga yang hidup di pepohonan yang berbunga.  Sari bunga (madu) merupakan makanan utamanya.  Siklus hidupnya selalu melakukan metamorfosa seperti kupu-kupu.  Black soldier yang sudah dewasa akan kawin dan selanjutnya akan meletakkan telurnya pada media yang memungkinan sebagai makanan bagi larvanya.  Dalam waktu 2-4 hari telur akan menetas menjadi maggot kecil, selanjutnya akan bertambah besar sampai 2 cm pada umur 4 minggu.  Sampai umur 2 minggu maggot masih berwarna putih dan selanjutnya warna semakin berubah menjadi kekuningan sampai hitam dan menjadi pupa pada umur ± 4 minggu.  Setelah 4 minggu pupa akan menetas menjadi serangga dewasa.

KANDUNGAN GIZI MAGGOT
Maggot mempunyai peluang sebagai pakan ikan atau untuk mensubstitusi tepung ikan karena mempunyai kandungan nutrisi tidak jauh berbeda dengan tepung ikan terutama tepung ikan lokal dan dapat diproduksi dalam kuantitas yang cukup dalam waktu yang singkat secara berkesinambungan. Secara umum diketahui bahwa tepung ikan yang ada dipasaran berasal dari impor seperti Peru dan Chili, dengan adanya pembatasan produksi dan permintaan akan tepung ikan di dalam negri tidak mampu dipenuhi oleh produksi sendiri membuat harga tepung ikan menjadi naik. Untuk memenuhi kekurang akan permintaan tepung ikan mungkin dapat dipenuhi dengan menggunakan tepung maggot. Kandungan gizi beberapa tepung ikan dan maggot dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisa proksimat dan tepung ikan, maggot, bungkil kelapa sawit (PKM)
Sampel
Hasil analisa (% bobot kering)
Sumber
Protein
Lipid
Serat kasar
Abu
BETN

Tepung ikan impor
74,6
11,9
1,48
13,9
Ediwarman et al. 2006
Tepung ikan lokal
55,4
10,6
1,08
22,6
10,3
Ediwarman et al. 2006
Maggot (BSF)
45
25
5,62
12,36
6,8
Lab. BBATJ. 2006
PKM
18
32
0,81
8,56
17,6
Lab. BBATJ. 2006

Dari table 1, terlihat bahwa kadar protein maggot lebih rendah dari tepung ikan impor dan tepung ikan lokal. Dari beberapa pengamatan menunjukan bahwa, kadar protein maggot sangat ditentukan oleh kandungan protein media yang digunakan dan umur maggot yang dipanen. Semakin tinggi kadar protein media dan semakin cepat maggot dipanen, maka akan semakin tinggi pula kadar proteinnya demikian sebaliknya.

PROSPEK KULTUR MAGGOT
Peluang maggot untuk mensubstitusi tepung ikan tidak hanya terkait dengan kandungan gizinya akan tetapi juga mengenai potensi kulturnya akan terus dikaji oleh ”Tim Pengembangan Maggot” di BBI Ngemplak.  Kultur maggot yang dilakukan di Balai Benih Ikan Ngemplak menggunakan bungkil ketela, dedak, ampas kelapa dan ampas tahu untuk media tumbuhnya dan hasil yang maksimal terdapat pada media dedak dan ampas tahu. Bungkil ini dipilih karena mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dan ketersediaannya cukup banyak di Kabupaten Sleman.
Kultur dapat dilakukan pada skala kecil dengan menggunakan drum/baskom dan skala besar pada bak-bak yang berukuran besar yang kedap air. Fermentasi media menggunakan air dengan perbandingan 1 bagian bungkil kelapa sawit dengan 2 bagian air. Media yang telah dicampur air dimasukan dalam tong/baskom atau bak berukuran besar dan ditempatkan diruangan terbuka. Agar media tidak terkena air hujan, wadah kultur diberi atap sebagai pelindung, disamping itu untuk memudahkan serangga black soldier menempelkan telur maka diatas media fermentasi ditempatkan daun kering. Setelah 4-5 minggu pemeliharaan maggot sudah dapat untuk dipanen. Ukuran panen disesuaikan dengan bukaan mulut ikan yang akan diberi pakan maggot (jika maggot segar).
Setiap 10 kg media dalam tong/baskom dapat diharapkan menghasilkan     3-3,5 kg maggot. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap 1 kg maggot dapat dihasilkan dari 3 kg media (konversi media: maggot 3:1) dalam waktu 4-5 minggu. Dilihat dari proses produksi untuk mendapatkan maggot cukup mudah dan dengan waktu yang relatif singkat, maka maggot cukup prospek untuk dikembangkan.

Jika anda ingin beternak maggot sendiri baik untuk keperluan ternak lele anda pribadi atau untuk dijual kembali pada peternak lele lain, anda harus mengetahui mengenai teknik-teknik yang biasa digunakan dalam beternak maggot. Sejauh ini, ada dua teknik budidaya maggot yang cukup populer dan cukup sering digunakan. Yang pertama adalah dengan menggunakan bekatul sebagai media ternak dan yang kedua adalah dengan menggunakan bungkil kelapa sawit sebagai media ternak.

APLIKASI MAGGOT SEBAGAI  PAKAN IKAN
Aplikasi maggot sebagai pakan ikan dapat dilakukan dengan 2 cara, pertama sebagai pakan ikan langsung (maggot hidup/Fresh) dan kedua tepung maggot sebagai sumber protein pakan menggantikan atau substitusi tepung ikan.
Pada ikan patin, substitusi maggot segar dengan pakan komersial pada ikan patin jambal menunjukan bahwa benih patin jambal  yang diberi pakan substitusi maggot hidup 25% ditambah  pakan komersial 75% menghasilkan laju pertumbuhan terbaik serta dapat menurunkan biaya dari pakan sebesar Rp. 352/kg ikan dan substitusi maggot masih dapat ditingkatkan sampai 35% tanpa menurunkan performan pertumbuhan dan efisiensi pakan (Ediwarman et al., 2007a).
Pada ikan nila merah, substitusi maggot segar dengan pakan komersial pada ikan nila merah menunjukan bahwa ikan nila merah  yang diberi pakan substitusi maggot hidup 50% ditambah  pakan komersial 50% menghasilkan laju pertumbuhan terbaik serta dapat menurunkan biaya dari pakan sebesar Rp. 1.819/kg ikan dan substitusi maggot masih dapat ditingkatkan sampai 54% tanpa menurunkan performan pertumbuhan dan efisiensi pakan (Ediwarman et al., 2007c).
Hasil penelitian penggunaan maggot sebagai substitusi pakan komersial juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, dimana maggot dapat menggantikan 50% pakan komersial pada ikan lele (Hadadi, et al. 2007).
Source: BBAT Jambi





0 komentar:

Posting Komentar