Selasa, 23 Februari 2016

PEMIJAHAN DENGAN MENYUNTIKKAN HORMON PADA IKAN LELE



                PEMIJAHAN DENGAN MENYUNTIKKAN HORMON   PADA IKAN LELE


Kebutuhan benih lele yang sangat besar tidak mungkin dapat dicukupi hanya oleh induk-induk yang memijah secara alami. Penyuntikan hormon mutlak diperlukan. Hormon alamiah bisa disiapkan  dari kelenjar hipofisa lele atau dari ikan mas. Hormon buatan/sintesis adalah hormon buatan pabrik. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon Ovaprim relatif mudah diperoleh karena sudah dijual umum seperti di toko perikanan di beberapa kota besar. HCG sebenarnya merupakan hormon untuk manusia sehingga hanya dapat diperoleh bila disertai resep dokter, sedangkan LHRH tergolong agak sulit diperoleh.

1. Penyuntikan hormon alamiah (hipofisa)
Hormon ini diambilkan dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak kecil. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Untuk penyuntikan, diperlukan kelenjar hipofisa yang diambil dari donor, sedangkan penerimanya disebut resipien. Sebagai donor dapat dipilihkan lele, ikan mas (tombro, karper, Cyprinus carpio), atau lele lokal (Clarias batrachus). Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak cocok. Karena hormon untuk keperluan penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka tindakan penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut juga hipofisasi.

a. Dosis hipofisa
Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan kepada induk lele adalah 3 dosis. Artinya
ikan yang beratnya 0,5 kg, misalnya, memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari donor yang berat badannya 1,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri dari 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat juga dipakai seekor yang beratnya 1,5 kg.

Sebagai donor sebaiknya dipilihkan ikan yang sudah dewasa, jantan maupun betina sama
saja. Apabila dipilihkan ikan belum dewasa kadar hormon dalam hipofisanya sedikit.
b. Pengambilan hipofisa dan pembuatan ekstrak
     Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut :
1) Siapkan ikan (lele/mas) yang akan dijadikan donor.
2) Pegang bagian kepalanya bila licin, badannya dapat dibungkus dengan lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian badan diletakan diatas talenen. Kepala ikan dipotong dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.
3) Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya
     terbuka dan otaknya kelihatan.
4) Singkap otaknya menggunakan pinset, tepat dibagian bawah otak akan terlihat
Kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.
5) Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakan ke dalam
cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat hilang.  Cara membersihkannya dengan disemprot aquades menggunakan pipet.
6) Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukan ke dalam tabung penggerus (dapat
menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.
7) Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang dapat diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang terkandung didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.
8) Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap
           didasar. Cairan dibagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikan pada ikan.

    c. Penyuntikan ekstrak hipofisa
Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. Induk tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Hormon didalam spuit disuntikan didekat sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular). Setelah disuntik, induk betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam keadaan tenang.

2. Penyuntikan hormon buatan
    Hormon sintesis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk lele yang beratnya 1 kg. induk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon ovaprim 0,15-0,25 ml.
    Penyuntikan menggunakan hormon Ovaprim sangat praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal disuntikan saja, hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung (suhu kamar), dalam ruang ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan.

Urutan pemijahan lele dengan hormon buatan adalah sebagai berikut :
a. Siapkan kolam pemijahan
    1. Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.
    2. Cuci dan jemur kakaban dengan jumlah cukup menutupi 75% dasar kolam.
    3. Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakan kakaban itu 5-10 cm diatas dasar kolam.
       Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya. Diatasnya juga
       ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.
    4. Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air sampai kakaban
       terendam air 5 cm-10 cm.
b. Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah
    1. Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.
 2. Pilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi kalau diurut tidak
            dapat keluar telurnya.
    3. Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari alat kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak dapat mengeluarkan sperma. Oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.
    4.     Pisahkan induk jantan dan betina didalam wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu saat disuntik.
c. Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikan
    Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang baru.
d. Timbang induk betina dan tentukan dosis ovaprim
   1) Induk yang beratnya 1 kg, dosis hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg maka
       dosis yang diperlukan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc ( sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).
   2) Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml. setelah
       itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aquades atau larutan garam fisiologis 0.7% sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.
e. Cara penyuntikan
   1) Seorang membantu memegang ikan lele yang hendak disuntik ( ikan betina lebih dulu) dengan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakan ikan tersebut sambil terus dipegang diatas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas handuk/lap bersih.
   2) Seorang lainnya menyuntikan hormon yang sudah disiapkan kedalam daging lele dibagian punggung. Sebanyak setengah dosis disebelah kiri sirip punggung dan stengah
            dosis lagi disebelah kanan.
   3)      Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut,
            lalu bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.
   4) Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
f. Siapkan kolam penetasan telur
       1) Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2. Beberapa
            hari sebelumnya, kolam mini sudah dikeringkan/dijemur dan dibersihkan dari segala
            hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum digunakan.
       2) Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik, ukuran lebar 2-3 m
            dan panjang 8-10 m. Selama dua hari sebelum digunakan, kolam telah dibersihkan,
            lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air langsung dari
            sungai kurang baik untuk penetesan telur, karena mengeluarkan jamur atau bakteri
            yang menyerang telur.
Pengalaman dari pembudidaya, air untuk pembenihan disediakan dari sumur bor yang disimpan didalam tandon besar ( 3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar            ( tanpa iodium ) sebanyak 100 gr setiap 1 m3 air, lalu diaduk dan diendapkan. Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetesan dan pemeliharaan benih lancar serta tak pernah menderita kematian karena jamur dan bakteri.

Sumber : pusluh.kkp.go.id

Senin, 22 Februari 2016

PENGOLAHAN KAKI NAGA IKAN LELE




a. Alat :
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan bakso ini terdiri dari pisau, telanan, food processor, blender, baskom, timbangan digital, meja kerja, sendok, wadah perebusan, freezer  dan kompor gas.

b. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam membuat bakso ikan adalah : ikan lele, tepung tapioka, garam, gula dan sorbitol, bawang merah, bawang putih, lada, dan telur.
                                                                                                                                       
c. Cara pengolahan                              
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara membuang kepala dan isi perut, sebelum  daging dipisahkan, karena kepala dan isi perut mengandung lemak dan enzim protease yang dapat menurukan kemampuan gel, disamping itu isi perut banyak mengandung bakteri dan jugadapat menggelapkan warna dagingnya. Pada tahap penyiangan, kepala, kulit dan isi perut dibersihkan untuk mengurangi kontaminasi oleh bakteri. Penyiangan ikan merupakan cara untuk mempertahankan kesegaran ikan, karena insang, isi perut dan sisik, ini merupakan sumber bakteri pembusuk (Hadiwiyoto, 1993).

2. Pencucian
Proses selanjutnya adalah pencucian. Ikan dicuci dalam air mengalir agar sisa kotoran yang masih menempel pada daging ikan terbuang. Tujuan pencucian untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan pencucian menggunakan air bersih, juga dapat mengurangi jumlah bakteri yang ada dikulit ikan (Murniati dan Sunarman, 2000) dan pencucian dilakukan dengan air mengalir (Ilyas, 1983).

3. Pemfilletan
Ikan yang telah disiangi dan dicuci kemudian difillet yaitu mengambil dan memisahkan daging dari kulit tulang ikan. Pemfilletan ini dilakukan dengan cara ikan diletakan diatas wadah, kemudian disayat memanjang dengan pisau pada ekor hingga kearah kepala, daging fillet diletakkan didalam wadah diberi es curai untuk mencegah peningkatan suhu dan menghambat pertumbuhan bakteri. Cara yang paling penting dan mudah untuk mendinginkan ikan adalah dengan menggunakan es. Es harus dicampur dengan ikan dengan perbandingan bahan baku ikan 1: 2 sehingga permukaan ikan bersinggungan dengan es.

4. Pengerikan Daging
Tujuan dari pengerikan daging lele yaitu untuk menghasilkan daging ikan tanpa tulang dan kulit yang nantinya akan memudahkan dalam proses penggilingan. Pengerikan dilakukan dengan menggunakan sendok makan, agar semua daging dapat diambil. Pengerikan lumatan daging diletakkan diwadah yang dialasi dengan es, untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

5. Penggilingan daging ikan
Daging lele yang sudah terpisah dari tulang dan kulit dimasukan kedalam food prossesor untuk digiling sehingga berbentuk pasta. Daging ikan kemudian dilumatkan dengan menggunakan gilingan (Food processor), ± 10 menit, selanjutnya daging digiling. Pada saat penggilingan harus diberikan garam secukupnya, garam diberikan pada awal penggilingan berguna untuk meningkatkan pembentukan gel pasta ikan.

6. Pencucian daging (leaching)
Proses pencucian meliputi pencucian daging ikan yang dilumatkan dengan air es (air dingin). Dan diberi garam ( ± 0,3 %). Perbandingan ikan dengan air dingin 1: 3 dan perendaman dilakukan selama 15 menit sambil diaduk-aduk. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk memperbaiki warna daging. Hasil pencucian daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses pencucian ini akan dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna daging. Pencucian akan menghilangkan kandungan protein sakroplasma yang dapat larut dalam air yang tidak bisa membentuk gel, enzim protease, darah atau warna yang dapat merusak penangkapan lemak komponen utama yang menyebabkan oksidasi lemak dan denaturasi protein (Hall dan Ahmad, 1992).

Leaching adalah suatu proses yang terjadi pada saat pencucian daging lumat yaitu proses terekstraknya actin dan myosin yang teksturnya seperti jala, masa ini di sebut sol yang sifatnya lengket. Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan surimi, karena  dapat menunjang kemampuan untuk pembentukan gel, dan menghambat denaturasi protein akibat pembekuan. Selama pencucian daging ikan dibersihkan dari darah, lemak, lendir dan protein yang larut dalam air, dengan cara ini warna dan bau daging menjadi lebih baik disamping kandungannya aktomiosinnya meningkat yang dibuat dengan proses pencucian sehingga secara nyata dapat memperbaiki sifat elastisitas produk (Fardiaz, 1985).
Pencucian dengan air es merupakan tahap yang paling penting dalampembuatan surimi, karena dalam proses pencucian ini komponen nitrogen terlarut, darah dan juga lemak yang ada pada daging lumat akan terbuang, sedangkan protein myofibliar menjadi pekat, sehingga kemampuan membentuk gel meningkat. Air yang digunakan untuk pencucian haruslah air dingin. Pencucian dengan air kran dapat merusak tekstur dan mempercepat degradasi lemak, sedangkan pencucian dengan air laut dapat meningkatkan kehilangan protein.

Pencucian berulang dilakukan dengan penambahan hancuran es pada saat pencucian agar
suhu tetap stabil sekitar 10 °C (Suzuki, 1981). Gel berbentuk rekat hasil pencucian mengubah daging bewarna putih, tidak  berbau, tidak berlemak dan kenyal, adanya asam amino actin dan myosin yang banyak terkandung dalam protein daging ikan. Apabila protein daging ikan yang sedang dilumatkan ditambah dengan garam (NaCl), maka actin dan myosin ini akan terekstrak dalam bentuk actomyosin yang teksturnya seperti jala. Masa ini disebut sol, yang sifatnya lengket dan adesing, apabila masa sol ini dipanaskan maka akan terbentuk gel, yang memberikan elastisitas (Dacker, 1980).

7. Pengadonan
Daging yang sudah berbentuk pasta dimasukkan kedalam food processor untuk dilakukan pengadonan dengan penambahan bahan baku lainnya seperti tepung terigu, maizena, susu dan telor yang berguna untuk menjaga kualitas kekenyalan kaki naga. Bumbu-bumbu dimasukkan bumbu berupa garam, bawang merah, bawang putih, merica yang sebelum sudah dihancurkan. Ditambahkannya telur pada adonan akan membuat adonan menjadi lembut. Telur mempunyai sifat sebagai pengikat komponen-komponen, pengikat udara, membuat kokoh adonan, mengembangkan adonan. Waktu pengadonan dilakukan kurang lebih selama 20 menit.

8. Pencetakan
Pencetakan adonan digunakan menggunakan tangan dan sendok atau garpu. Proses pencetakan harus dilakukan dengan cepat, adonan yang telah dicetak langsung dimasukkan kedalam pengukusan untuk dimasak.

9. Pengukusan
Kaki naga, kemudian dikukus lebih kurang 10-15 menit sampai adonan tersebut kenyal dan berbentuk keras. Kaki naga didinginkan dengan cara diangi-anginkan kemudian dilanjutkan dengan penusukan stik dan pencelupan kedalam tepung roti. Kaki naga yang telah dikukus akan terlihat mengembang. Hal ini disebabkan terjadinya proses koagulasi pada protein yang terdapat pada daging dan telur. Telur mengandung sebagian besar protein dan lemak. Sebagai emulsefier bahan yang digunakan untuk menstabilkan emulsi, yang berfungsi menjaga agar butir lemak, minyak tetap tersupensi didalam air dan kolestrol dapat memberikan struktur berongga yang lebih tinggi karena mempunyai kemampuan mengikat udara yang lebih besar. Telur juga meningkatkan volume, memperbaiki kenampakan pada produk (Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010).

Proses pemanasan akan memperluas gelembung udara, mengkaogulasi protein dalam telur dan membuat kokoh adonan (Back, 2000).  Tahap pelumuran dilakukan secara manual, sebelum dilumuri dengan tepung roti, kaki naga terlebih dahulu dicelupkan kedalam telur, hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya rekat kaki naga terhadap tepung roti. Pelumuran dengan tepung roti juga berfungsi untuk memberikan kerenyahan produk sehingga membuat produk tersebut lebih enak dan lezat.

10. Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu cara memperlambat terjadinya proses penurunan mutu baik secara autolitis, bakteriologis atau oksidasi dengan suhu dingin (Purwaningsih, 2000). Pembekuan dimaksudkan untuk mengawet sifat-sifat alami dari ikan. Prinsip-prinsip dasar dari pembekuan adalah mengenyahkan panas dari ikan dengan kelajuan tinggi artinya waktu yang lebih singkat, sehingga ikan tidak Mengalami perubahan mutu, yang berarti dalam mencapai suhu rendah penyimpanan dan dapat mengawet ikan dalam waktu panjang selama penyimpanan beku dan distribusi (Ilyas, 1993). Alat pembekuan yang digunakan untuk pembekuan produk olahan ini adalah frezzer dengan suhu berkisar -20°C.

11. Penggorengan
Untuk menggoreng kaki naga: panaskan minyak goreng (suhu 170oC), goreng kaki naga selama 4 – 5 menit. Bisa juga dimasak dengan oven atau microwave, sajikan panas-panas dengan saus tomat atau sambal.

Sumber : pusluh.kkp.go.id