Sabtu, 20 Februari 2016

PENGHITUNGAN FORMULASI PAKAN IKAN




Energi yang hilang dari tubuh ikan sebagai faeses, urine, ekskresi insang dan panas. Energi yang hilang sebgai panas sulit untuk diukur.yakni :
1). Metabolisme standar, yaitu energi yang digunakan ikan pada kondisi tidak bergerak pada air yang tenang.
2). Aktifitas fisik sukarela, yaitu enrgi yang digunakan ikan untuk mencari makan, mempertahankan posisi dll.
3). Energi yang dikeluarkan berkenaan dengan aktifitas system pencernaan.

1. Pengetahuan Gizi.
Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk hidupnya yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.
a. Protein
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan/udang, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal dari tumbuhan), lebih sulit dicernakan dari pada protein hewani (asal dari hewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang sukar dicerna.

Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di darat (unggas, dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan carnívora membutuhkan protein lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum 30 -36%.

b. Lemak.
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensiilnya yaitu asam-asam lemak tak jenmuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensiil ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi dll. Kandungan lemak angat dipengaruhi oleh factor usuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18%.

c. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10 – 50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilose) ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12 % sedangkan untuk omnivore kadar karbohidratnya dapat mencapai  50%.

d. Vitamin.
Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya hádala nafsu makan hilang, kecepatan tumbuh bekurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukqn lendir terganggu dll.Kebutuhan akan vitamin Sangay dipengaruhi usuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.

e. Mineral
Mineral hádala bahan an organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan jaringan tubuh, proses metabolismo dan mempertahankan keseimbangan osmosis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi dan sisik ádalah  kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, aluminium, seng, arsen dll. Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap langsung dari dalam air. Namur pada umunya, mineral-mineral itu didapatkan dari makanan. Oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses  pembuatan pakan.

Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu pakan buatan. bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya : antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksidan atau zat anti tengik dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin, BHT, BHA dan lain-lain dengan pemnggunaan 150 -200 ppm.

Beberapa bahan dapat berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin, kanji, tepung terigu dan tepung sagu, dengan pemakaian maksimal 10% bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan udang. Sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan yang tinggi, agar tidak cepat hancur dalam air. Sebagai pelezat, pada umumnya diberi garam dapur sebanyak 2%.. Untuk pakan ikan bandeng bahan perekat diberikan sekitar 5%,.

2. Metoda Menghitung Kebutuhan bahan baku.
Sebelum mulai menghitung harap diingat bahwa suatu bahan baku disebut bahan sumber protein apabila kadar proteinnya > 20%. Karena harga protein cukup mahal, maka yang pertama dihitung adalah protein , sedangkan yang lainnya menyesuaikan, misalnya dengan menambahkan sumber energi. Yang paling mudah adalah menggunakan metoda Bujur Sangkar.

Sebagai contoh, akan disiapkan pakan ikan mas dengan 27% protein, dari bahan dedak dan bungkil kedelai.
Untuk membuat pakan ikan mas 27% protein sebanyak 100 kg, kita harus mencampur Dedak                                            : 17/35,8    = 47,5% x 100 = 47,5 kg,
bungkil kedelai                             : 18,8/35,8  = 52,5% x 100 = 52,5 kg

Bila akan menggunakan lebih dari 2 bahan baku, kelompokkan dahulu bahan baku basal (kadar protein < 20%) dan bahan baku protein (> 20%) di rata-ratakan dahulu setiap kelompok setelah itu dimasukkan ke metoda bujur sangkar.
Bungkil kedelai + tepung kepala Udang /2                = ( 44 + 48,35)/2 = 48,35 %
Protein dedak + protein Jagung/2                                          = ( 8,2 + 10,2)/2 = 9,20 %
Bungkil kedelai + T. kepala udang                                          = 17,8
Dedal halus + Jagung 9,2%                                                     =  21,35
Jumlah total                                                                            =  39,15
Sehingga : Bahan baku basal 21,35/39,15                 =  54,53 %
Bahan baku protein 17,8/39,15                                  = 45,47 %
Jadi untuk membuat 100 kg pakan ikan dapat mencampur:
- Dedak halus                   : 27,265 kg
- jagung                             : 27,265 kg
- Bungkil kedelai              : 22,735 kg
- Tepung kep Udang       : 22,735 kg
Metoda ini dapat juga digunakan berdasarkan kebutuhan kalori, hal ini dilakukan bila kita akan membuat pakan dengan kalori tertentu.
Langkah diatas merupakan langkah pertama pada formulasi pakan, langkah ke 2 adalah menguji kadar asam amino yang dapat dilaklukan di laboratorium.

 PEMBUATAN PAKAN
Teknologi pembuatan pakan mengalami perubahan yang substancial dalam beberapa tahun terakhir. Enam puluh tahun yang lalu pencampuran bahan baku pakan dilakukan di lantai gudang dengan menggunakan sekop. Selanjutnya pencampuran bebarapa bahan pakan menggunakan tangan, kemudian pencampuran mekanis pencampuran kontinyu dan Sekarang pencampuran mengguynakan mesin yang dikontrol oleh komputer. Tetapi konsep dasar pencampuran tidak lepas dari pertimbangan “nutrisi yang berimbang”.

Proses pembuatan pakan secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
-       Penurunan ukuran partikel (penepungan)
-    Pencampuran awal (pre mixing)
-    Pelleting
-    Pengemasan
-    Penyimpanan

Penurunan ukuran partikel dilakukan menggunakan mesin penepung yang disebut hamer mill. Mesin penepung ini dilengkapi dengan saringan sesuai ukuran partikel yang dikehendaki, biasanya ukuran saringan 2,5 , 5 dan 8 mm. Dalam proses pembuatan pakan ikan terdapat 2 proses pencampuran, yaitu pencampuran bahan-bahan yang berjumlah kecil (pre mixing) dan pencampuran, semua komponen pakan. Bahan-bahan yang berjumlah kecil (mikro ingrident) antara lain; vitamin dan mineral-mineral yang esencial tapi diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga diperlukan bahan pengisi yang berat jenisnya mendekati bahan-bahan mikro tadi.

Pencampuran bahan dengan mesin sederhana dapat digunakan mixer pembuat adonan roti, bahan diaduk sampai merata agar pelet yang dihasilkan memiliki kualitas yang sama pada setiap butirnya. Setelah bercampur menjadi adonan siap dicetak menjadi pelet.

Pencetakan pelet menggunakan peralatan sederhana , sebagai contoh :
mesin pelet buatan lokal, mesin giling daging dapat juga menggunakan mesin briket batu bara. Besar kecilnya ukuran pelet sangat tergantung ukuran lubang cetakan, pada umumnya 1.5 , 2 dan 3 mm.

Pada peralatan sederhana ini semua bahan yang telah dicampur secara merata, selanjutnya ditambahkan air antara 25 – 30% atau bila bahan campuran bila dikepal membentuk gumpalan tidak menjadi pelet. lekas hancur, selanjutnya  bahan dicetak Proses pengemasan pakan meliputi penimbangan, pengemasan, perekatan, pengkodean dan penjahitan. Setelah dikeringkan pakan harus segera disimpan agar tidak mengalami kerusakan/ penurunan mutu. Disimpaan dalam karung yang diberi lapisan plastik pada bagian dalam karung (iner).

Sumber : pusluh.kkp.go.i

0 komentar:

Posting Komentar