Energi yang hilang dari tubuh ikan sebagai faeses, urine, ekskresi insang dan panas. Energi yang hilang sebgai panas sulit untuk diukur.yakni :
1). Metabolisme standar,
yaitu energi yang digunakan ikan pada kondisi tidak bergerak pada air
yang tenang.
2). Aktifitas fisik sukarela,
yaitu enrgi yang digunakan ikan untuk mencari makan, mempertahankan posisi
dll.
3). Energi yang dikeluarkan berkenaan dengan aktifitas system
pencernaan.
1. Pengetahuan Gizi.
Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi
tertentu untuk hidupnya yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan
sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.
a. Protein
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan/udang, baik untuk
pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal dari
tumbuhan), lebih sulit dicernakan dari pada protein hewani (asal dari hewan),
hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang
memang sukar dicerna.
Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada
hewan ternak di darat (unggas, dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan
juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan carnÃvora membutuhkan
protein lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada
diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan
optimum 30 -36%.
b. Lemak.
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak
esensiilnya yaitu asam-asam lemak tak jenmuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty
Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak
esensiil ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi dll. Kandungan
lemak angat dipengaruhi oleh factor usuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya
sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18%.
c. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari
bahan baku nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10
– 50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada
kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilose) ikan
karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12 % sedangkan untuk
omnivore kadar karbohidratnya dapat mencapai 50%.
d. Vitamin.
Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya hádala nafsu
makan hilang, kecepatan tumbuh bekurang, warna abnormal, keseimbangan hilang,
gelisah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna,
pembentukqn lendir terganggu dll.Kebutuhan akan vitamin Sangay dipengaruhi
usuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.
e. Mineral
Mineral hádala bahan an organik yang dibutuhkan oleh ikan
untuk pertumbuhan jaringan tubuh, proses metabolismo dan mempertahankan keseimbangan osmosis.
Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi dan sisik ádalah
kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium,
kalium, klor, boron, aluminium, seng, arsen dll. Makanan alami biasanya telah
cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap langsung dari dalam
air. Namur pada umunya, mineral-mineral itu didapatkan dari makanan. Oleh karena
itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses
pembuatan pakan.
Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam
meramu pakan buatan. bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya :
antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksidan atau zat anti tengik
dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin, BHT, BHA dan
lain-lain dengan pemnggunaan 150 -200 ppm.
Beberapa bahan dapat berfungsi sebagai perekat seperti
agar-agar gelatin, kanji, tepung terigu dan tepung sagu, dengan pemakaian
maksimal 10% bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan udang.
Sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan yang tinggi, agar tidak cepat
hancur dalam air. Sebagai pelezat, pada umumnya diberi garam dapur sebanyak
2%.. Untuk pakan ikan bandeng bahan perekat diberikan sekitar 5%,.
2. Metoda Menghitung Kebutuhan bahan baku.
Sebelum mulai menghitung harap diingat bahwa suatu bahan
baku disebut bahan sumber protein apabila kadar proteinnya > 20%. Karena
harga protein cukup mahal, maka yang pertama dihitung adalah protein ,
sedangkan yang lainnya menyesuaikan, misalnya dengan menambahkan sumber energi.
Yang paling mudah adalah menggunakan metoda Bujur Sangkar.
Sebagai contoh, akan disiapkan pakan ikan mas dengan 27%
protein, dari bahan dedak dan bungkil kedelai.
Untuk membuat pakan ikan mas 27% protein sebanyak 100 kg,
kita harus mencampur
Dedak
: 17/35,8 = 47,5% x 100 =
47,5 kg,
bungkil
kedelai
: 18,8/35,8 = 52,5% x 100 = 52,5 kg
Bila akan menggunakan lebih dari 2 bahan baku, kelompokkan
dahulu bahan baku basal (kadar protein < 20%) dan bahan baku protein (>
20%) di rata-ratakan dahulu setiap kelompok setelah itu dimasukkan ke metoda
bujur sangkar.
Bungkil kedelai + tepung kepala Udang /2
= ( 44 + 48,35)/2 = 48,35 %
Protein dedak + protein
Jagung/2
= ( 8,2 + 10,2)/2 = 9,20 %
Bungkil kedelai + T. kepala
udang
= 17,8
Dedal halus + Jagung
9,2%
= 21,35
Jumlah
total = 39,15
Sehingga : Bahan baku basal
21,35/39,15 = 54,53 %
Bahan baku protein 17,8/39,15
= 45,47 %
Jadi untuk membuat 100 kg pakan ikan dapat mencampur:
- Dedak
halus
: 27,265 kg
-
jagung
: 27,265 kg
- Bungkil
kedelai
: 22,735 kg
- Tepung kep Udang :
22,735 kg
Metoda ini dapat juga digunakan berdasarkan kebutuhan
kalori, hal ini dilakukan bila kita akan membuat pakan dengan kalori tertentu.
Langkah diatas merupakan langkah pertama pada formulasi
pakan, langkah ke 2 adalah menguji kadar asam amino yang dapat dilaklukan di
laboratorium.
PEMBUATAN PAKAN
Teknologi pembuatan pakan mengalami perubahan yang
substancial dalam beberapa tahun terakhir. Enam puluh tahun yang lalu
pencampuran bahan baku pakan dilakukan di lantai gudang dengan menggunakan
sekop. Selanjutnya pencampuran bebarapa bahan pakan menggunakan tangan,
kemudian pencampuran mekanis pencampuran kontinyu dan Sekarang pencampuran
mengguynakan mesin yang dikontrol oleh komputer. Tetapi konsep dasar
pencampuran tidak lepas dari pertimbangan “nutrisi yang berimbang”.
Proses pembuatan pakan secara berturut-turut adalah sebagai
berikut :
- Penurunan ukuran partikel (penepungan)
- Pencampuran awal (pre mixing)
- Pelleting
- Pengemasan
- Penyimpanan
Penurunan ukuran partikel dilakukan menggunakan mesin
penepung yang disebut hamer mill. Mesin penepung ini dilengkapi dengan saringan
sesuai ukuran partikel yang dikehendaki, biasanya ukuran saringan 2,5 , 5 dan 8
mm. Dalam proses pembuatan pakan ikan terdapat 2 proses pencampuran,
yaitu pencampuran bahan-bahan yang berjumlah kecil (pre mixing) dan
pencampuran, semua komponen pakan. Bahan-bahan yang berjumlah kecil (mikro
ingrident) antara lain; vitamin dan mineral-mineral yang esencial tapi
diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga diperlukan bahan pengisi
yang berat jenisnya mendekati bahan-bahan mikro tadi.
Pencampuran bahan dengan mesin sederhana dapat digunakan
mixer pembuat adonan roti, bahan diaduk sampai merata agar pelet yang
dihasilkan memiliki kualitas yang sama pada setiap butirnya. Setelah bercampur
menjadi adonan siap dicetak menjadi pelet.
Pencetakan pelet menggunakan peralatan sederhana , sebagai
contoh :
mesin pelet buatan lokal, mesin giling daging dapat juga
menggunakan mesin briket batu bara. Besar kecilnya ukuran pelet sangat
tergantung ukuran lubang cetakan, pada umumnya 1.5 , 2 dan 3 mm.
Pada peralatan sederhana ini semua bahan yang telah dicampur
secara merata, selanjutnya ditambahkan air antara 25 – 30% atau bila bahan
campuran bila dikepal membentuk gumpalan tidak menjadi pelet. lekas hancur,
selanjutnya bahan dicetak Proses pengemasan pakan meliputi penimbangan,
pengemasan, perekatan, pengkodean dan penjahitan. Setelah dikeringkan pakan
harus segera disimpan agar tidak mengalami kerusakan/ penurunan mutu. Disimpaan
dalam karung yang diberi lapisan plastik pada bagian dalam karung (iner).
Sumber : pusluh.kkp.go.i
0 komentar:
Posting Komentar