Sabtu, 13 Februari 2016

Faktor yang Mempengaruhi Immunitas / Kekebalan Tubuh Ikan



Faktor yang Mempengaruhi Immunitas / Kekebalan Tubuh Ikan

Budidaya ikan baik ikan air tawar, payau maupun laut sering mengalami hambatan berupa penyakit terutama penyakit infeksi  yang disebabkan oleh patogen baik berupa parasit, cendawan, bakteri, dan virus. Salah satu langkah yang dipandang cukup efisien dalam mencegah terjadinya penyakit ini adalah melalui vaksinasi. Organisme yang divaksin termasuk ikan akan memberikan respons kekebalan setelah divaksin, respons kekebalan ini yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya infeksi patogen yang dapat menyebabkan ikan mengalami sakit.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respon kekebalan tubuh pada ikan antara lain: suhu, kondisi stress, keseimbangan nutrisi, pollutan, mikro-nutrien, dan unsur-unsur immunomodulator sangat jelas bahwa kekebalan tubuh sangat beragam, dan beberapa diantaranya bersifat alamiah sehingga relatif sulit untuk dikendalikan.

Suhu
Ikan merupakan hewan poikilotermik. Proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Sebagian besar mekanisme pertahanan tubuh adalah sangat bergantung pada suhu (temperature-dependent), dan berkembang lebih cepat pada suhu lingkungan yang optimal untuk organsime bersangkutan. Suhu rendah diketahui sebagai faktor pembatas dalam proses metabolisme organisme, termasuk proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu yang terlalu tinggi juga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh (immunosupressive).

Proses reaksi antigen-antibodi yang dimulai dengan cellular co-operation antara sel makrofag dengan sel limfosit adalah sangat dipengaruhi oleh suhu (temperature-sensitive). Fungsi normal sel limfosit ikan sangat tergantung pada adaptasi homoviscous dari kondisi lipid membrane sel. Komposisi asam lemak dan suhu lingkungan merupakan faktor yang akan sangat berpengaruh terhadap “fluidity” dan permeabilitas membrane sel, dan juga terhadap aktivitas antara membrane-associated receptors dengan enzyme. Beberapa hasil kajian juga telah membuktikan bahwa respon kekebalan tubuh (CMI dan humoral) ikan berlangsung relative lambat pada suhu rendah.

Kondisi stress
Stress sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ikan. Stress dapat disebabkan oleh faktor biologis, kimiawi maupun fisik. Imunodepresi diketahui sebagai faktor sekunder yang berpengaruh terhadap respon suatu organsime terhadap stress. Banyak hal dalam proses produksi ikan yang dapat mengakibatkan stress seperti transportasi, kepadatan, penanganan/sorting, dan kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan respon stress terhadap ikan.

Apabila terjadi stress, ikan akan bereaksi dengan mensekresi hormon stress (corticosteroids) dalam jumlah yang cukup tinggi, dan hormon tersebut diketahui sebagai unsur immunosuppresive. Hormon glukokortikoid menghambat kerja interleukin yang sangat berperan dalam proses pematangan sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi. Respon stress akan diikuti dengan penurunan kadar limfosit dalam darah, dan juga di dalam organ-organ limfoid.

Beberapa respon (stress alarms) yang terjadi apabila ikan mengalami tekanan:
1.    Peningkatan gula darah akibat sekresi hormon dari kelenjar adrenalin. Persediaan gula, seperti glycogen dalam hati dimetabolisme sebagai persediaan energi untuk emergensi.
2.    Osmoregulasi kacau akibat perubahan metabolisme mineral. Pada kondisi tersebut, ikan air tawar cenderung mengabsorbsi air dari lingkungan (over-hydrate). Ikan air laut cenderung kehilangan air dari dalam tubuh (dehydrate). Kondisi ini perlu energi ekstra untuk memelihara keseimbangan osmoregulasi.
3.    Pernafasan meningkat, tensi darah meningkat, dan persediaan sel darah merah direlease ke sistem resirkulasi.
4.    Respon inflamasi ditekan oleh hormon yang dikeluarkan dari kelenjar adrenalin.

Dari beberapa respon fisiologis tersebut di atas, sehingga akan sangat jelas bahwa kondisi stress sangat berpengaruh terhadap respon kekebalan pada tubuh ikan, pengaruh langsung yang terjadi antara lain:
  1. Stress mengakibatkan perubahan kimiawi pada mukus yang berakibat menurunnya efektivitas pertahanan kimiawi terhadap infeksi patogen.
  2. Handling stress menyebabkan mukus terlepas dari tubuh ikan, sehingga menurunkan kemampuan proteksi kimiawi, fungsi osmoregulasi (pada saat yang sama sangat dibutuhkan), menurunkan potensi pelumasan sehingga ikan perlu energi lebih banyak untuk berenang, dan mengacaukan pertahanan fisik terhadap infeksi patogen.
  3. Chemical stress (i.e. Pengobatan penyakit ikan) sering merusak mukus yang berakibat hilangnya pertahanan kimiawi mukus, menurunnya fungsi osmoregulasi, fungsi pelumasan, dan pertahanan fisik mukus.

Polutan dan logam berat
Unsur-unsur polutan dan logam berat diketahui memiliki potensi yang besar terhadap sistem kekebalan tubuh, dengan akibat yang sangat variatif tergantung pada jenis (kualitas) dan kuantitas dari polutan atau logam berat tersebut. Obat-obatan atau bahan kimia/antibiotik juga dapat berperan sebagai unsur immunosupressive.

Jenis bahan kimia tertentu (pestisida, insektisida, pollutan limbah industri, limbah rumah tangga, dll.) dapat menyebabkan ikan sakit dengan berbagai kondisi. Kolam-kolam ikan di daerah dataran rendah, umumnya memperoleh sumber air dari aliran sungai yang melewati daerah pemukiman, daerah industri atau pertanian. Sebelum masuk ke kolam budidaya, air tersebut membawa segala limbah eksternal yang terkandung di dalamnya. Limbah tersebut dapat berupa padatan terlarut hasil pengikisan/erosi tanah permukaan akibat pengelolaan lahan yang kurang baik atau unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi kehidupan ikan, terutama logam berat.

Logam berat yang cukup berbahaya bagi kehidupan ikan karena sifat toksisitasnya, berturut-turut antara lain meliputi: Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co. Sifat racun dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang sinergetik, dan sebaliknya melemah apabila kandungan ion-ion tersebut bersifat antagonistik. Nilai pH air juga berpengaruh pada tingkat kelarutan ion-ion logam, umumnya tingkat kelarutan dan aktivitas ion logam akan meningkat pada pH air yang rendah. Sebagai gambaran, pengaruh unsur Hg terhadap ikan dapat meracuni sistem syaraf ikan; dan unsur Cd bersifat cyto-toksikan terhadap jaringan insang ikan.

Kontaminasi ringan unsur logam berat di lingkungan perairan akan dideposit oleh ikan-ikan induk kemudian dikonsentrasikan dalam minyak yang tersimpan dalam telur-telur mereka. Kontaminasi demikian pada akhirnya akan mematikan telur-telur tersebut pada saat berkembang sebelum menjadi larva, dan lain-lain.

Selain limbah ekternal, limbah internal yang berasal dari aktivitas budidaya juga merupakan agen kemikal yang sering menjadi sumber masalah, seperti CO2, NH3, H2S, dll. Pada level konsentrasi tertentu, unsur-unsur tersebut akan menjadi pemicu stress; dan apabila terus meningkat dapat mengakibatkan kematian ikan. Keseluruhan dari unsur polutan dan logam berat tersebut akan berpengaruh terhadap efektivitas sistem kekebalan tubuh ikan.

Keseimbangan nutrisi
Kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas) sesuai dengan kebutuhan optimal ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan. Kondisi ini juga sangat nyata terhadap optimalisasi pertumbuhan serta menjamin kualitas pangan asal ikan bagi kebutuhan konsumsi manusia.

Mikro nutrien
Anti oksidan seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan unsur imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, dll.; dimana materi biologis tersebut telah terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan terutama sistem pertahanan non-spesifik (cellular immunity). Unsur-unsur imunostimulan tersebut telah terbukti sangat potensial sebagai unsur yang memiliki pengaruh sangat baik (immunomodulatory) terhadap sistem kekebalan tubuh ikan apabila diberikan pada dosis yang tepat dan berkelanjutan. Kandungan unsur karotin dalam diet pakan ikan juga menunjukkan pengaruh yang baik terhadap status kesehatan ikan, terutama ikan-ikan berpigmen.

Immunomodulators
Adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan antigen untuk keperluan vaksinasi akan meningkatkan efektivitas vaksin (meningkatkan level respon kekebalan spesifik), dan juga dapat melipatgandakan produksi sel-sel fungsional yang berperan dalam sistem kekebalan non-spesifik. Umumnya unsur adjuvant berperan sebagai materi yang dapat memperlambat proses pelepasan antigen, sehingga antigen akan kontak lebih lama dengan sel makrofag dan limfosit; sehingga akan meningkatkan kualitas respon kekebalan spesifik (antibodi) yang dihasilkannya. Prinsip pemberian unsur adjuvan ke dalam vaksin adalah untuk tujuan tersebut.

Seperti halnya mikro-nutrient, beberapa unsur yang bersifat immunostimulator seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan unsur imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, muramil peptida, lipopolisakarida, dll. juga telah terbukti sangat bermanfaat sebagai unsur imunomodulator; terutama sistem pertahanan non-spesifik.

Sumber: Materi Pelatihan Vaksinator Ikan, BBPBAP Jepara

0 komentar:

Posting Komentar