PETIS UDANG / IKAN
1.
Latar Belakang
Pengolahan hasil perikanan pada
umumnya bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan sehingga hasil perikanan
dapat dimanfaatkan sebagai pangan baik dalam keadaan segar maupun sebagai
produk olahan. Dengan pengolahan dapat dihambat pertumbuhan mikroba. Pengolahan
bertujuan menyeleksi mikroba yang dikehendaki saja karena peranannya dalam
memberikan cita rasa, misalnya penggaraman, pengolahan dengan fermentasi
(Hadiwiyoto, 1993). Salah satu produk hasil fermentasi tersebut adalah petis
udang / ikan (Buckle et al., 1987).
Petis juga merupakan komoditi hasil pengolahan ikan yang cukup
dikenal, terutama di dalam masyarakat di Pulau Jawa dan biasa digunakan sebagai
lauk pauk atau campuran makanan rakyat yang khas. Petis berasal dari cairan
tubuh ikan atau udang yang telah terbentuk selama proses penggaraman kemudian
di uapkan melalui proses perebusan lebih lanjut sehingga menjadi larutan yang
lebih padat seperti pasta (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
2.
Pengertian Petis
Petis adalah komponen dalam masakan Indonesia
yang dibuat dari produk sampingan pengolahan hasil laut yang berkuah (biasanya
dari pindang, kupang atau udang) yang dipanasi hingga cairan kuah menjadi
kental seperti saus yang lebih padat.
Petis dapat dikategorikan
sebagai makanan semi basah yang memiliki kadar air sekitar 10-40%, nilai aw
(aktivitas air) 0,65-0,90 dan mempunyai tekstur plastis. Beberapa keuntungan
pangan semi basah antara lain tidak memerlukan fasilitas penyimpanan yang rumit,
lebih awet, sudah dalam bentuk siap dikonsumsi, mudah penanganannya, dan
bernilai gizi cukup baik (Anonymous, 2004).
Petis udang / ikan adalah suatu produk olahan
yang dibuat dari ekstrak atau sari udang / ikan yang dikentalkan atau
dipekatkan kemudian ditambah dengan beberapa bumbu atau rempah-rempah yang
diperlukan. Untuk kebutuhan masak sehari-hari, petis biasanya digunakan sebagai
bahan penyedap atau penambah rasa enak pada masakan atau sambal yang
dipersiapkan. Produk petis udang / ikan yang baik biasanya mempunyai rupa yang
bersih, warnanya coklat tua kemerahan atau hitam kelam yang cemerlang,
teksturnya lembut, semi padat, strukturnya halus dan homogeny, serta agak
lengket dan tidak mengandung benda-benda asing. Sedangkan aroma dan
baunya spesifik bau udang atau ikan tanpa ada bau-bau asing (Nasran, 1993).
3. Pengolahan dalam Pembuatan Petis
Dalam pengolahan selanjutnya, petis ditambah
karamel gula batok. Ini menyebabkan warnanya menjadi coklat pekat dan rasanya
manis. Pembuatan petis merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
memanfaatkan limbah produk-produk hasil laut baik itu limbah ikan, udang maupun
kupang. Pembuatannya sebenarnya sangatlah sederhana karena memang tidak
membutuhkan alat dan keahlian khusus. Hanya saja perlu ketelatenan dalam
pembuatannya, karena jika memproduksi dalam kapasitas banyak membutuhkan waktu
yang cukup lama.
Di pasaran, mutu petis udang / ikan umumnya
sangat bervariasi atau ragam dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh cara
pengolahan serta jenis, jumlah dan kualitas dari bahan mentah dan bahan
pembantu yang digunakan, disamping kebiasaan konsumen setempat. Sedangkan daya
awetnya yang cukup panjang tidak lain disebabkan karena cukup rendahnya air
bebas (aw) atau karena tingginya jumlah air ikatan akibat adanya penambahan
gula dan garam (humektan) (Nasran, 1993). Suatu metode pengawetan
pangan yang penting ialah kombinasi antara penggaraman untuk mengendalikan
mikroba secara selektif dan fermentasi untuk memantapkan jaringan yang
diawetkan (Desrosier, 1988).
4. Bahan Baku
Bahan baku sari udang umumnya sari udang yang
diambil dari pengolahan ebi atau juga berasal dari kepala udang dan daging
udang yang direbus.
Menurut Nasran (1993),
bahan mentah untuk pengolahan petis udang berupa:
·
Udang utuh dan ikan utuh yang mutunya sangat segar,
menunjukkan tanda-tanda bersuh, aman, dan sehat.
·
Sisa-sisa bagian tubuh udang / ikan dari pabrik
pengolahan ikan (pembekuan, pengalengan, dll) yang masih sangat segar, tidak
menunjukkan tanda-tanda pembusukan, bersih, aman dan sehat.
·
Sisa air rebusan dari pengolahan ebi dan pengolahan
pindang, tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukan.
Petis istimewa
menggunakan bahan baku berupa udang werus (Metapenaeus
monoceros), sedangkan bahan baku untuk petis kualitas nomor satu dan dua
adalah ampas dari petis kualitas ekstra. Petis yang bermutu rendah umumnya
dibuat dari bahan baku kepala udang atau udang-udang kecil (Anonymous, 2004).
5.
Proses Pembuatan Petis Udang/Ikan
Menurut Murniyati dan
Sunarman (2000), petis yang dibuat dari bahan baku sari ikan atau udang dapat
dibuat dengan cara:
·
Ikan atau udang yang akan digunakan sebagai bahan baku
harus dibersihkan lebih dulu, agar kotoran yang dapat mempengaruhi mutu petis
dapat dihilangkan.
·
Selanjutnya daging ikan atau udang ditumbuk sampai halus
dan ditambah air secukupnya. Setelah diaduk sampai rata, daging kemudian
diperas seperti memeras santan untuk mendapatkan ekstraknya. Ampas perasan
tersebut dapat ditumbuk, ditambah air, lalu diperas lagi untuk mendapatkan
ekstrak yang kedua.
·
Campuran kedua ekstrak tersebut kemudian disaring hingga
bersih dari kotoran maupun partikel - partikel kasar lain.
·
Langkah selanjutnya adalah proses perebusan seperti pada
pembuatan petis dengan bahan baku hasil sampingan.
A.
Bahan Baku dan Bumbu
Petis udang
/ikan adalah hasil pengolahan kaldu / sari udang atau
ikan yang diberi bumbu-bumbu,sehingga berbentuk pasta yang berwarna
cokelat kehitaman dan mempunyai aroma yang khas.
ikan yang diberi bumbu-bumbu,sehingga berbentuk pasta yang berwarna
cokelat kehitaman dan mempunyai aroma yang khas.
1.
Bahan Baku :
Petis dapat dibuat dari :
– Udang
/ ikan
–
Sari ikan dari pembuatan pindang
2. Bumbu
Pada
pembuatan petis ikan dan udang, bumbu-bumbu yang ditambahkan adalah gula merah
/ putih dan garam. Untuk mempercepat proses pengentalan dan memperbaiki
konsentrasi dapat ditambah bahan-bahan pengental, seperti tepung beras, tapioka
atau air tajin.
B. Proses Pengolahan
1. Cara
pengolahan petis dari sari udang
a. Bersihkan dan cuci udang / sisa-sisa kepala
dan kulit udang
b. Rebus dengan air hingga mendidih ( untuk 0,5 kg
udang direbus dalam 2
liter air selama 40 – 45% menit )
c. Saring air rebusan tersebut dan beri
bumbu-bumbu, seperti : gula dan garam
d. Panaskan kembali hingga mengental dan berbentuk
pasta
e. Dinginkan dan masukkan dalam wadah plastik atau
botol
2. Cara pengolahan dari daging udang / ikan
a. Udang dicuci
bersih dan ditumbuk halus kemudian diremas-remas
dengan tangan sambil diberi air dan
disaring
b. Lakukan pekerjaan ini sampai 3 kali
c. Sebagai pedoman, untuk 0,5 gr udang diperlukan
3 liter air yang pengunaannya bertahap sebanyak 3 kali yang diperlakukan sama
seperti di atas
d. Hasil saringan
dipanaskan sambil diberi bumbu garam dan dan gula merah secukupnya sampai
mengental
e. Dinginkan dan tempatkan dalam wadah plastik /
botol
C.
Penyajian
Biasanya petis dikonsumsi sebagai bumbu sambal
pada rujak buah /sayur, sebagai teman makan tahu atau juga untuk bumbu tambahan
pada nasi goreng.
0 komentar:
Posting Komentar