ALAT TANGKAP PURSE SEINE
1.
Pendahuluan
Purse Seine atau juga sering disebut “pukat
cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali
cincin” atau “tali kerut” dilakukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut /
tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan
adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk
pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip menangkap
ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan
dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian
ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil
ruang lingkup gerak ikan. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding
penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
2. Sejarah Purse Seine
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di
pantai uatara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama
dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik.
Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai
sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbuakan konflik sosial
antara nelayan tradisional dengan nelayan pengusaha yang menggunakan purse
seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan
produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami
penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu /
kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
2.1.
Prospektif Purse Seine
Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha
penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah
penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan
penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan
lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi
penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”.
2.2.
Bahan dan Spesifikasinya
Bagian-bagian jaring purse seine
terdiri atas jaring utama (sayap, badan dan kantong), selvedge, tali ris atas,
tali pelampung, pelampung, tali ris bawah, pemberat, tali ring, ring/cincin dan
tali kolor. Berdasarkan bentuk jaring utama, purse seine dibagi menjadi
3, yaitu bentuk segi empat, bentuk trapesium dan bentuk lekuk. Pada umumnya
penangkapan ikan dengan purse seine dilakukan pada malam hari, akan
tetapi ada juga purse seine yang dioperasikan pada siang hari.
Pengumpulan ikan pada area penangkapan pukat cincin ada yang menggunakan rumpon
dan ada pula yang menggunakan lampu. Umumnya setting (penurunan)
dilakukan dua kali selama satu malam operasi, yang dilakukan pada waktu senja
hari dan pagi hari/fajar, kecuali dalam keadaan tertentu frekuensi penangkapan
bisa dikurangi atau ditambah (Sudirman dan Mallawa, 2004).
2.2.1.
Bagian jaring
Nama
bagian jaring ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun
yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.
jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2.
jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3.
jaring kantong, #3/4”
srampatan
(selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk
memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring.
Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge)
dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang
sama, yakni PE 380 (12,#1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
2.2.2.
Tali Temali
1.
tali pelampung : bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
2.
tali ris atas: bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
3.
tali ris bawah : bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
4.
tali pemberat : bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
5.
tali kolor bahan : bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
6.
tali slambar : bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
2.2.3.
Pelampung
Ada
2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50
dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di
tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding
dengan bagian pinggir.
2.2.4.
Pemberat
Terbuat
dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
2.2.5.
Cincin
Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).
Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).
2.3.
Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan
dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti
ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan
permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal
itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat
mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah
jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan
dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine
terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp),
bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng,
cumi-cumi dll.
2.4.
Daerah Penangkapan
Purse
seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1)
A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2)
Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3)
Kondisi laut bagus
Purse
seine banyak digunakan di pantai utara Jawa / Jakarta, Cirebon, Juwana dan
pantai selatan (Cilacap, Prigi, dll).
2.5.
Teknik Penangkapan (Sitting dan Moulting)
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan
ikan terlebih dahulu.
b) Pada operasi
malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan
menggunakan cahaya.
c) Setelah
fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming
speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula
arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus.
Sesudah
hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini
harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam
keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi
kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa,A.U.1983.Metode
Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB. Bogor.
Damanhuri. 1980. Diktat Fishing Ground. Bagian
Teknik Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Effendi, M.I.
1979. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Tama. Yogyakarta.
Gunarso, W. 1985.
Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya
Dengan Alat, Metoda Dan Taktik Penangkapan. Faperik. IPB. Bogor.
Muhammad, S.
1991. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian dan Rancangan Percobaan. Fakultas Perikanan Universitas
Brawijaya. Malang.
Nedelec, C. 2000.
Definisi Dan Klasifikasi Alat Tangkap
Ikan. Published by Arrangement with the Food and Agriculture
Organization of The United Nation. Diterjemahkan oleh Bagian Proyek
Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan
Ikan. Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar