GELATIN IKAN DAN PEMANFAATANNYA
Latar Belakang
Kebutuhan gelatin bagi industri di Indonesia permintaannya semakin
meningkat, karena gelatin ini banyak dimanfaatkan pada industri farmasi, pangan
dan non pangan.
Gelatin ini diimpor dari negara China, Jepang, India, Perancis, Selandia
Baru dan Australia. Gelatin yang diimpor hampir 90% diproduksi dari bahan baku
kulit babi, kulit sapi dan tulang sapi. Penggunaan bahan baku dari kulit babi,
tentunya akan menimbulkan masalah bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, sedangkan bahan baku dari ternak sapi menimbulkan
masalah bagi masyarakat beragama Hindu ( Agustin, AT, 2013).
Jenis bahan baku gelatin yang saat ini telah
banyak diteliti yaitu dari tulang ikan dan dari kulit ikan. Tulang ikan dan
kulit ikan adalah hasil limbah yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Limbah
industri ikan tuna loin dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gelatin
ikan yang dapat dikembangkan untuk usaha pengolahan gelatin ikan guna
meningkatkan nilai ekonomis.
Ø
Gelatin Ikan
Gelatin adalah ikatan polipeptida yang
dihasilkan dari hidrolisa kolagen tulang dan kulit yang ada turunan potein dari
kolagen, secara fisik dan kimia adalah sama. Dapat dikatakan juga bahwa gelatin
adalah hasil dari denaturasi kolagen. Anonymous (2000) mengatakan bahwa gelatin
adalah derivate dari kolagen yang ditemukan pada kulit dan tulang.
Gelatin yang dengan air apabila dipanaskan
akan membentuk gel pada temperatur di bawah 35 °C, ini unik karena sesuai
dengan suhu tubuh manusia (Anonymous, 2005).
Ø Sifat-sifat Kimia Gelatin
Struktur
kimia gelatin adalah C102H151N31 di dalamnya
adalah asam amino seperti : hidroxyprolin, prolin dan glysine, kandungannnya
tergantung bahan mentahnya (Ockerman dan Hansen, 2000).
Gelatin
bersifat padat, terang, rapuh agak kekuningan sampai jernih dan tidak berbau,
mengandung 9 asam amino esensial yaitu : leusin, sistein, methionin,
phenilalanin, serin, valin threonin, isoleusin dan tirosin (Anonymous, 2006).
Ø Manfaat dan
Fungsi Gelatin
Pada
industri pangan banyak memanfaatkan gelatin, antara lain dalam produk yang
memerlukan pembentukan busa (whipping agent), biasanya pada pembuatan es krim,
juga sebagai stabilizer.
Pada bidang fotografi, maka
gelatin digunakan untuk memperpanjang daya simpan dalam menyimpan foto, yaitu
sebagai fotoresist yang dapat menghindari (coating) dari adanya cahaya yang
sensitif (Ockerman and Hansen, 2000), selanjutnya dikatakan bahwa pada proses
fotografi baik menggunakan gelatin ikan,
karena mempunyai kekuatan gel yang tinggi dan sensitive terhadap cahaya pada
aplikasi foto yang dicoating secara aktif, oleh karena itu dengan gelatin dari
ikan mempunyai keuntungan langsung dapat digunakan tanpa perlakuan yang rumit pada aplikasinya.
Gelatin juga digunakan sebagai
bahan makanan tambahan untuk menambah rasa enak (food aditif), mempunyai sifat
rendah kalori, protein tinggi, serta bebas kandungan gula.
Ø Urutan
Pembuatan Gelatin Tulang Ikan dan Kulit Ikan Tuna
-
Pembuatan Gelatin Tulang Ikan Tuna
Pada tahap persiapan dilakukan
pencucian pada kulit dan tulang. Kulit atau tulang dibersihkan dari sisa-sisa
daging, sisik dan lapisan luar yang mengandung deposit-deposit lemak yang
tinggi. Untuk memudahkan pembersihan maka sebelumnya dilakukan pemanasan pada
air mendidih selama 1-2 menit. Proses penghilangan lemak dari jaringan tulang
yang biasa disebut degresing, dilakukan pada suhu antara titik cair lemak dan
suhu koagulasi albumin tulang yaitu antara 32-80°C sehingga dihasilkan
kelarutan lemak yang optimum (Junianto, dkk, 2006).
Pada tulang, sebelum dilakukan
pengembungan terlebih dahulu dilakukan proses demineralisasi yang bertujuan
untuk menghilangkan garam kalsium dan garam lainnya dalam tulang, sehingga
diperoleh tulang yang sudah lumer disebut ossein. Asam yang biasa digunakan
dalam proses demineralisasi adalah asam klorida dengan konsentrasi 4-7%. Proses
demineralisasi ini sebaiknya dilakukan dalam wadah tahan asam selama beberpa
hari sampai dua minggu (Junianto, dkk, 2006).
Selanjutnya pada kulit dan ossein
dilakukan tahap pengembungan (swelling) yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran dan mengkonversi kolagen menjadi gelatin. Pada
tahap ini perendaman dapat dilakukan dengan larutan asam organik seperti asam
asetat, sitrat, fumarat, askorbat, malat, suksinat, tartarat dan asam lainnya
yang aman dan tidak menusuk hidung. Sedangkan asam anorganik yang biasa
digunakan adalah asam hidroklorat, fosfat, dan sulfat. Jenis pelarut alkali
yang umum digunakan adalah sodium karbonat, sodium hidroksida, potassium
karbonat dan potassium hidroksida (Junianto, dkk, 2006).
Asam mampu mengubah serat kolagen
triple heliks menjadi rantai tunggal, sedangkan larutan perendam basa
hanya mampu menghasilkan rantai ganda. Hal ini menyebabkan pada waktu yang sama
jumlah kolagen yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih banyak daripada
larutan basa. Karena itu perendaman dalam larutan basa membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menghidrolisis kolagen. Menurut Utama (1997), tahapan ini
harus dilakukan dengan tepat (waktu dan konsentrasinya) jika tidak tepat akan
terjadi kelarutan kolagen dalam pelarut yang menyebabkan penurunan rendemen
gelatin yang dihasilkan (Junianto, dkk, 2006).
Tahapan selanjutnya, kulit dan
ossein diekstraksi dengan air yang dipanaskan. Ekstraksi bertujuan untuk
mengkonversi kolagen menjadi gelatin. Suhu minimum dalam proses ekstraksi
adalah 40-50°C hingga suhu 100°C. Ekstraksi kolagen tulang dilakukan dalam
suasana asam pada pH 4-5 karena umumnya pH tersebut merupakan titik isoelektrik
dari komponen-komponen protein non kolagen, sehingga mudah terkoagulasi dan
dihilangkan. Apabila pH lebih rendah perlu penanganan cepat untuk mencegah
denaturasi lanjutan (Junianto, dkk, 2006).
Larutan gelatin hasil ekstraksi
kemudian dipekatkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengeringan. Pemekatan
dilakukan untuk meningkatkan total solid larutan gelatin sehingga
mempercepat proses pengeringan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
evaporator vakum, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 40-50°C atau
60-70°C. Pengecilan ukuran dilakukan untuk lebih memperluas permukaan bahan
sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna. Dengan demikian
gelatin yang dihasilkan lebih reaktif dan lebih mudah digunakan (Junianto, dkk,
2006).
Urutan Pembuatan Gelatin Tulang
Ikan Tuna :
1. Tulang ikan
2. Degreasing
(penghilangan lemak), direndam pada air mendidih selama 30 menit
3. Pengecilan ukuran 2-5 cm2
4. Demineralisasi (perendaman dalam HCl 5%, 48
jam)
5. Ossein
6. Pencucian dengan air mengalir hingga pH
netral (6-7)
7. Ekstraksi dalam waterbath pada suhu
90°C selama 7 jam
8. Ekstrak disaring
9. Dipekatkan dengan evaporator
10. Dikeringkan dengan oven pada suhu 50°C selama
24 jam
11. Pengecilan ukuran/penepungan
12. Gelatin
Ø Pembuatan Gelatin
Kulit Ikan Tuna :
Metode yang digunakan pada
ekstraksi gelatin dari ikan tuna ini yaitu metode asam, sedangkan asam yang
digunakan yaitu asam sitrat. Kulit ikan dibersihkan dari daging yang masih
melekat, kemudian dicuci bersih, dan dibuang sisiknya dan dibersihkan dari
daging yang melekat, kemudian dicuci bersih. Kulit yang sudah dicuci direndam
dalam campuran larutan kapur dan Natrium sulfida dengan konsentrasi
masing-masing 3% dari berat ikan selama 48 jam. Kulit ikan kemudian diangkat
dari rendaman, kemudian dicuci bersih dan dibuang sisik dan daging yang masih
melekat. Kulit ikan diputar di dalam molen dengan ditambahkan air sebanyak 400%
(b/b), dan ammonium sulfat 1% (b/b) selama 30 menit. Kemudian kulit ikan
ditambahkan enzim protease 1% (b/b) kemudian diputar kembali selama 2 jam
dengan kecepatan 12 rpm. Proses ini disebut proses enzimatis (Dewi, F.R. dan
Widodo, 2009).
Proses selanjutnya adalah proses
asam. Setelah, melalui proses enzimatis ikan dicuci bersih lalu direndam dengan
larutan asam sitrat pH 3 selama 12 jam, dicuci bersih hingga mencapai pH netral
atau pH 7. Setelah pH netral tercapai kulit ikan kemudian diektraksi dengan
perbandingan air 1:2 pada waterbath dengan suhu 60°C selama 3 jam.
Ekstrak disaring menggunakan kapas, kain blacu dan saringan. Ekstrak disimpan
dalam chilling room sehingga larutan tersebut menjendal. Gelatin yang
sudah menjendal kemudian dimasukkan ke dalam pemanas bersistem evaporasi, yang
dapat memekatkan larutan gelatin tersebut. Hasil dari evaporai tersbut dimasukkan
ke dalam ekstuder, putar ekstuder sehingga menghasilkan mie-mie gelatin.
Pengeringan larutan gelatin dapat dilakukan dengan penggunaan udara kering
(terhumidifikasi) dan pemanasan. Pemanasan dilakukan bertahap di bawah 40°C
hingga mencapai penurunan kadar air paling tidak 70%. Setelah tercapai suhu
pengeringan dinaikan menjadi 50-55°C sampai diperoleh gelatin kering (24-36
jam). Penghalusan dilakukan dengan menggunakan blender sehingga diperoleh
granula sebesar gula pasir (Dewi, F.R. dan Widodo, 2009).
Ø Urutan
Pembuatan Gelatin Kulit Ikan Tuna :
1. Kulit Ikan Tuna
2. Pengapuran. Direndam dalam larutan kapur 3%, Na2S 3%,
dan air 600% selama 48 jam
3. Dibersihkan dari sisa daging
4. Enzimatis. Kulit direndam dalam air 400%, [(NH4)2SO4]
1%, kemudian diputar selama 30 menit. Enzim protease 1% putar kembali 2 jam
5. Dicuci sampai bersih
6. Direndam dalam larutan asam sitrat pH 3
selama 12 jam
7. Dicuci dengan air mengalir sampai pH netral
(6-7)
8. Kulit diekstraksi dengan perbandingan 1:3
dalam waterbath
9. Selama 2 jam pada suhu 60° C
10. Filtrat disaring menggunakan kapas, kain
blacu dan saringan
11. Penjendelan dalam ruang pendingin selama 24
jam
12. Pemekatan menggunakan evaporator
13. Pengeringan 24-36 jam suhu 45° C-50° C
14. Pembentukan flake gelatin menggunakan
blender
0 komentar:
Posting Komentar