Rabu, 28 Februari 2018

PEMBESARAN BANDENG



PEMBESARAN BANDENG

1. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan hal yang paling vital dalam pembuatan suatu tambak.Kesalahan dalam menentukan lokasi tambak akan mengakibatkan kerugian tidak hanya biaya dan tenaga tetapi juga kerugian waktu. Kasus akibat kesalahan pemilihan lokasi, yaitu tidak berproduksinya suatu tambak setelah dibangun karena tidak dapat diairi, sulit mendapatkan sarana produksi atau sulit mendapatkan tenaga kerja. Lokasi pertambakan hendaknya harus baik dalam pemilihan letak lokasinya yaitu dalam pemilihan lokasinya terletak di tepi jalan dan mudah dijangkau serta tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk. Hal ini didukung oleh pendapat Ditjenkan (1994), bahwa pemilihan lokasi untuk pembesaran bandeng haruslah memenuhi syarat-syarat :
a. Segi Sosial Ekonomi
1. Dekat dengan jalan umum, dimaksudkan untuk memudahkan dalam transportasinya sehinga dapat menghemat ongkos produksi.
2. Dekat dengan rumah, agar mudah dalam pengawasannya.
3. Daerah pengembangan budidaya ikan, bertujuan untuk memudahkan dalam memasarkan hasil.
4. Keamanan terjamin, bebas dari gangguan baik gangguan dari manusia jahil atau
gangguan dari hewan-hewan pengganggu.
5. Perkembangan kota dan industri, lokasi pertambakan tidak terkena daerah pemekaran kota dan bebas dari limbah industri.
6. Mudah mendapatkan tenaga kerja, tenaga haruslah terampil dalam mengurus ikan dan diharapakan yang menguasai teknik perikanan.
b. Segi Teknik
1. Sumber Air
Sumber air dalam kegiatan pembesaran ini menjadi bagian yang vital.
2. Penyediaan Nener
Benih bandeng dalam setiap pertumbuhannya mempunyai ukuran yang berbeda. Hal inilah yang membuat para pengumpul/pedagang memberi nama pada setaip ukuran benih untuk mempermudah penjualannya ke konsumen.
Berikut nama-nama benih beserta ukurannya menurut Ismail et al.(1998), yaitu :
a. Telur           : berdiameter 1,10 – 2,25 mm
b. Larva          : telur yang baru menetas sampai berumur 30 hari.
c. Nener         : benih dengan ukuran 1 – 1,5 cm.
d. Seasem       : benih dengan ukuran 2 – 3 cm.
e. Segilang      : benih dengan ukuran 4 – 5 cm.
f. Sogok         : benih dengan ukuran 5 – 7,5 cm.
g. Fingerling   : benih dengan ukuran 12 - 13 cm, sering disebut juga muda atau yuwana.
Nener yang akan digunakan dalam setiap kegiatan budidaya menurut Ditjenkan (1991), merupakan nener yang sehat dan mempunyai kiteria, sebagai berikut :
a. Mempunyai kebiasaan berenang bergerombol menuju satu arah mengikuti arah jarum jam atau sebaliknya.
b.  Memiliki daya renang yang lebih lincah/agresif. Gerakan lamban atau tidak teratur menandakan bahwa nener tersebut kurang sehat.
c. Cepat mengadakan reaksi apabila ada kegiatan pada wadah pengangkutannya.
Reaksi yang lamban menandakan nener kurang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi pengangkutan yang terlalu lama atau kurang tersedianya pakan.
3.  Persiapan Pembesaran
-    Pembagian Petak Tambak
Bandeng dalam pertumbuhannya mempunyai tahapan-tahapan, dimana tahapan tersebut dibagi dalam beberapa petakan yang berbeda, yaitu :
a. Petak Pendederan (nursery pond)
Luas petakan untuk pendederan adalah 600 m2 dengan bentuk segi panjang dan berdinding beton. Petak ini berfungsi untuk membesarkan atau merawat nener selama 30 hari (Hadie dan Supriatna, 2000). Pemeliharaan selama di petak pendederan, nener mendapatkan makanan dari klekap yang tumbuh dipetak tersebut dan salah satu proses penumbuhan pakan alami yang sangat vital adalah pengeringan. Pengeringan tanah merupakan kunci keberhasilan dalam penumbuhan pakan alami atau klekap, apabila tanah sudah terlihat retak-retak atau saat kita berjalan di atas tanah tersebut, tanah akan turun 2 cm maka pengeringan sudah dianggap cukup. Selanjutnya adalah pengisian air secara bertahap dengan kedalaman air 10 cm yang dilanjutkan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik, yaitu : urea sebanyak 0,5 g/m2 dan NPK 20g/m2. Setelah pertumbuhan klekap dianggap cukup pengisian air berikutnya dinaikkan menjadi 40 cm. Padat penebaran nener pada petak pendederan ini, yaitu 50 ekor/m2. Selama waktu pemeliharaan 30 hari, nener telah tumbuh dan panjangnya mencapai ± 5 – 8 cm, berat 1,85 g/ekor dan siap ditebarkan ke dalam petak penggelondongan (buyaran).
b. Petak Penggelondongan (transition/fingerling pond)
Berbeda dengan petak pendederan maka petak penggelondongan ini lebih luas dan lebih dalam. Luas petak yang digunakan yaitu 1.000 m2 dengan ketingian air 70 cm. Petak penggelondongan ini menurut Hadie dan Supriatna (2000), fungsinya adalah sebagai tempat membesarkan nener hasil dari petak pendederan sampai  tumbuh menjadi gelondongan dengan ukuran 16 cm yang dicapai selama waktu pemeliharaan 30 hari. Padat penebaran nener pada petak ini lebih kecil dari petak pendederan, yaitu 5 ekor/ m2. Nener pun mulai diberikan pakan buatan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, adapun pakan yang digunakan untuk nener dalam penggelondongan ini adalah dengan ukuran diameter pellet 3,3 mm. Proses pemindahan gelondongan dilakukan dengan cara menjaring ikan ke salah satu sudut kolam menggunakan waring, kemudian gelondongan muda ini dimasukkan ke dalam hapa lalu dihitung jumlahnya. Selanjutnya di lakukan pengangkutan dengan menggunakan kantong plastik yang telah diisi air. Tahap berikutnya adalah penebaran gelondongan ke dalam petak pembesaran (rearing pond) melalui proses aklimatisasi.
c.  Petak Pembesaran (rearing pond)
Luas petakan yang digunakan 2.000 m2 dengan padat tebar 5 ekor/m2 sehingga jumlah gelondongan yang tebar sebanyak 10.000 ekor. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad dan Yakob (1998), bahwa luas petakan sebaiknya tidak lebih dari 0,5 ha dan berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar.
Bentuk empat persegi panjang merupakan bentuk ideal karena memudahkan pada saat menggerakkan alat panen (Idel dan Wibowo, 1996). Petak pembesaran ini fungsinya hampir sama dengan fungsi petak penggelondongan dan menurut Hadie dan Supriatna (2000), petak pembesaran merupakan tempat terakhir pemeliharaan ikan untuk menjadi ukuran konsumsi. Pakan yang diberikan pakan untuk nener di petak pembesaran ini pakannya berupa pakan buatan sama seperti pakan yang digunakan penggelondongan.

Persiapan Tambak
Sebelum dilakukan kegiatan pemeliharaan, tambak yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan tambak dilakukan untuk membuang sisa bahan beracun dan bibit penyakit. Kegiatan selama proses persiapan tambak ini antara lain, yaitu : pengeringan atau pengurasan  tambak, perbaikan pematang, pengapuran dan pemupukan serta pengisian air yang dilakukan secara bertahap.
Air diisi secara bertahap dengan tujuan agar kotoran yang terbawa masuk ke dalam tambak bisa diendapkan terlebih dahulu dan untuk menstabilkan suhu air di dalam tambak. Sehingga saat nener dimasukkan suhu air tambak sudah stabil. Waktu yang biasanya dibutuhkan dalam mempersiapkan tambak yaitu selama kurang lebih 14 hari.
Penebaran
Penebaran gelondongan dilakukan pada pagi hari saat suhu masih rendah untuk menghindari agar ikan tidak mengalami stress dan dapat menekan tingkat mortalitas. Suhu air tambak pada saat penebaran adalah 27 0C dengan nilai pH 6,8 dan salinitasnya 10 ppt. Hal yang harus diperhatikan sebelum penebaran adalah kesehatan dan vitalitasnya. Penebaran gelondongan ini melalui proses aklimatisasi (Ditjenkan, 1994) yang meliputi suhu, salinitas dan pH. Ukuran gelondongan pada saat ditebar yaitu 40 g/ekor dan panjangnya 16 cm dengan jumlah penebaran 10.000 ekor. Aklimatisasi suhu dilakukan dengan cara mengapungkan kantong plastik dipermukaan air selama kurang lebih 15 menit atau sampai permukaan dalam plastik mengembun, sedangkan aklimatisasi terhadap peubah lingkungan dilakukan dengan memasukkan air sedikit demi sedikit sampai ikan keluar dari kantong plastik dengan sendirinya .
Selain waktu dan cara penebaran, hal lain yang harus diperhatikan adalah padat penebaran. Padat penebaran harus disesuaikan dengan daya dukung lahan (carrying capacity). Sebelum penebaran jumlah gelondongan yang akan ditebar dihitung jumlahnya. Padat tebar gelondongan pada petak pembesaran ini adalah 5 ekor/m2. Padat penebaran ini sesuai dengan pendapat William et al., (1987) dalam Mayunar (2002), bahwa dengan padat penebaran tinggi akan meningkatkan resiko kematian dan memperlambat pertumbuhan bobot individu. Selain itu, akan terjadi kompetisi terhadap kebutuhan makanan, ruang gerak, dan kondisi lingkungan.




0 komentar:

Posting Komentar