PENGARUH PEMBEKUAN PADA PANGAN
a. Pengaruh Pembekuan Terhadap
Jaringan
Makanan
tidak mempunyai titik beku yang pasti, tetapi akan membeku pada kisaran
suhu tergantung pada kadar air dan komposisi sel. Kurva suhu – waktu
pembekuan umumnya menunjukkan garis datar (plataeau) antara 00 C dan
50 C berkaitan dengan perubahan (fase) air menjadi es, kecuali jika
kecepatan pembekuan sangat tinggi. Telah ditunjukkan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk melampaui daerah pembekuan ini mempunyai pengaruh yang nyata
pada mutu beberapa makanan beku. Umumnya telah diketahui bahwa pada tahapan ini
terjadi kerusakan sel dan struktur yang irreversible yang
mengakibatkan mutu menjadi jelek setelah pencairan, terjadi khususnya sebagai
hasil pembentukan kristal es yang besar dan perpindahan air selama pembekuan
dari dalam sel ke bagian luar sel yang dapat mengakibatkan kerusakan sel karena
pengaruh tekanan osmotis.
Pembekuan
yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar, akan
membentuk kristal-kristal es kecil di dalam sel dan akan mempertahankan
jaringan dengan kerusakan minimum pada membran sel.
b. Pengaruh Pembekuan Terhadap
Mikroorganisme
Pertumbuhan
mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah
kira-0oC belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan
makanan beku kira -12-18 0C di bawahnya akan mencegah
kerusakan mikrobologis, dengan persyaratan tidak terjadi perubahan suhu yang
besar. Mikroorganisme psikofilik mempunyai kemampuan untuk
tumbuh pada suhu 0-5 o C. Jadi penyimpanan yang lama pada
suhu-lemari es baik sebelum atau sesudah pembekuan dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan oleh mikroba. Walaupun jumlah mikroba biasanya
menurun selama pembekuan dan penyimpanan beku (kecuali spora), makanan beku
tidak steril dan acapkali cepat membusuk seperti produk yang tidak
dibekukan jika suhu cukup tinggi dan lama penyimpanan pada suhu tersebut cukup
lama.
Pembekuan
dan penyimpanan makanan beku juga mempunyai pengaruh yang nyata pada kerusakan
sel mikroba. Jika sel yang rusak atau luka tersebut mendapat kesempatan
menyembuhkan dirinya, maka pertumbuhan yang cepat akan terjadi jika
lingkungan sekitarnya memungkinkan.
c. Pengaruh Pembekuan Terhadap
Protein
Pembekuan
hanya menyebabkan sedikit perubahan nilai gizi
protein,.Hal ini dapat dilihat dalam proses pendadihan bahan-bahan yang
berprotein terutama selama pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.
Walaupun nilai biologis protein yang mengalami denaturasi, sebagai bahan
pangan manusia, tidak banyak berbeda dengan protein asli, kenampakan dan
kualitas bahan pangan tersebut mungkin akan berubah sama sekali karena
perlakuan-perlakuan yang demikian. Selama penyimpanan beku jika
seandainya enzim tidak diinaktifkan, proteolisis mungkin terjadi di dalam jaringan
hewan.
d. Pengaruh Pembekuan Terhadap
Enzim
Aktivitas
enzim tergantung pada suhu. Aktivitas enzim
mempunyai pH optimum dan dipengaruhi oleh kadar substrat. Aktivitas
suatu enzim dapat dirusakan pada suhu mendekati 100-2000F.
Walaupun kecepatan reaksinya sangat rendah pada suhu tersebut. Sistem enzim
hewan cenderung mempunyai kecepatan reaksi optimum. Sistem enzim tanaman
enderung mempunyai suhu optimum suhu sekitar 98 0 F atau
sedikit lebih rendah. Pembekuan menghentikan aktivitas mikrobiologis.
Aktivitas enzim hanya dihambat oleh suhu pembekuan. Pengendalian enzim yang
termudah dapat dikerjakan dengan merusak dengan perlakuan pemanasan yang pendek
(balansing) sebelum pembekuan dan penyimpanan.
e. Pengaruh Pembekuan Terhadap
Lemak
Deteriorasi
oksidatif lemak dan minyak bukanlah hal yang asing lagi pada bahan pangan.
Lemak dalam jaringan ikan cenderung lebih cepat menjadi tengik daripada lemak
dalam jaringan hewan. Pada suhu –100C berkembang dalam jaringan
berlemak yang beku sangat berkurang. Lemak yang tengik cenderung
mempunyai nilai gizi yang lebih rendah daripada lemak yang segar. Untuk
mencegah proses tersebut maka proses pembekuan merupakan pencegahan yang sangat
baik hampir pada semua makanan berlemak.
f. Pengaruh Pembekuan Terhadap
Vitamin
Kehilangan
vitamin-vitamin berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
pengolahan, misalnya selama blansing dan pencucian, pemotongan dan
penggilingan. Terkenanya jaringan-jaringan oleh udara akan menyebabkan
hilangnya vitamin C karena oksidasi. Umumnya kehilangan vitamin C terjadi
bilamana jaringan dirusak dan terkena udara. Selama penyimpanan dalam keadaan
beku kehilangan vitamin C akan berlangsung terus. Makin tinggi suhu suhu
penyimpanan makin besar terjadinya kerusakan zat gizi. Dalam bahan pangan beku
kehilangan yang lebih besar dijumpai terutama pada vitamin C daripada vitamin
yang lain. Blansing untuk menginaktifkan enzim adalah penting untuk melindungi
tidak hanya vitamin-vitamin akan tetapi juga kualitas bahan pangan beku pada
umumnya. Secara komersial sudah lama dilakukan penambahan asam askorbat
pada buah-buahan sebelum pembekuan guna melindungi kualitas.
Vitamin
B1 berfungsi menginaktifkan enzim. Kehilangan lebih lanjut tetapi dalam
jumlah yang lebih sedikit selama penyimpanan beku pada suhu dibawah nol pada
buah-buahan, sayuran, daging, dan unggas. Selama preparasi untuk pembekuan
kandungan dalam bahan pangan menjadi berkurang, akan tetapi selama
vitamin B2 penyimpanan beku kerusakan zat gizi hanya sedikit atau tidak rusak
sama sekali.
Vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak dan karoten sebagai prekusor vitamin A selama pembekuan
bahan pangan mengalamin sedikit perubahan, walaupun terjadi kehilangan selama
penyimpanan. Blansing pada jaringan tanaman dapat memperbaiki stabilitas
penyimpanan karoten. Penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku
tanpa dikemas dapat menjurus ke arah terjadinya oksidasi dan perusakan sebagian
besar zat gizi, termasuk vitamin.
g. Pengaruh Pembekuan Terhadap
Parasit
Pembekuan
bahan pangan mempunyai keuntungan dalam mematikan
parasit. Contoh yang terbaik dalam hal ini kita jumpai dalam mematikan Trichinella
spiralis dengan pembekuan. Penurunan suhu bahan pangan yang terkena
infeksi oF atau lebih rendah akan mematikan semua tingkatan kehidupan sampai
0organisme tersebut. Bahan pangan yang dibekukan tidak cocok untuk
pertumbuhan parasit dan kenyataan bahwa infestasi oleh insekta tidak pernah
terjadi.
6. Metode Pembekuan
Metode yang umum digunakan adalah :
a. Penggunaan udara dingin yang
ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah kontak langsung dengan makanan,
misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast), terowongan (tunnel), bangku
fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali (belt) dan lain-lain.
b. Kontak langsung misalnya alat
pembeku lempeng (plate freezer), di mana makanan atau cairan yang telah dikemas
kontak dengan permukaan logam (lempengan, silindris) yang telah didinginkan
dengan mensirkulasi cairan pendingin (alat pembeku berlempeng banyak).
c. Perendaman langsung makanan ke dalam
cairan pendingin, atau menyemprotkan cairan pendingin di atas makanannya
(misalnya nitrogen cair dan freon, larutan gula atau garam).
Metoda pembekuan yang dipilih untuk
setiap produk tergantung pada :
- Mutu produk dan tingkat
pembekuan yang didinginkan .
- Tipe dan bentuk produk ,
pengemasan , dan lain-lain.
- Fleksibilitas yang
dibutuhkan dalam operasi pembekuan.
- Biaya pembekuan untuk teknik
alternatif.
Nitrogen cair (titik didih –196 oC)
dan bahan pendingin bersuhu rendah lainnya telah menjadi sangat penting
akhir-akhir ini sehubungan dengan perannya dalam pembekuan makanan secara cepat
(rapid freezing), di mana teknik pembekuan lainnya menghasilkan mutu
yang rendah pada produk akhir. Perendaman langsung ke dalam cairan nitrogen
telah diganti dengan system penyemprotan langsung pada makanan yang telah
didinginkan terlebih dahulu oleh uap nitrogen yang bergerak berlawanan dengan
aliran makanan dalam terowongan berisulator yang lurus atau berbentuk
spiral. Walaupun biaya operasi dengan menggunakan nitrogen cair ini lebih
tinggi. Cara ini mengurangi oksidasi permukaan makanan yang tidak dikemas dan
hilangnya air dari bahan pangan tersebut, dan keluwesan cara ini memungkinkan
pembekuan untuk berbagai jenis bahan pangan.
Disadur dari buku
Judul : Prinsip Pengawetan Pangan
Penulis
: Dr. drh. Hj. Rr. Retno Widyani, MS,
MH
Ir. Tety Suciaty, MP.
Penerbit
: Swagati Press
0 komentar:
Posting Komentar