BUDIDAYA IKAN LELE
( Clarias )
1.
SEJARAH SINGKAT
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan
kulit licin. Di
Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara
lain: ikan kalang (Padang), ikan maut
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan
Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis),
ikan
lele atau lindi (Jawa
Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali
(Afrika), plamond
(Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).
Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid,
mudfish dan walking catfish.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di
air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan,
rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural,
yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan
lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele
memijah pada musim penghujan.
2.
SENTRA PERIKANAN
Ikan lele banyak
ditemukan di benua Afrika dan
Asia. Dibudidayakan di
Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi
ikan lele ± 970
kg/100m2/tahun. Di India (daerah
Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.
3.
JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut
Hasanuddin Saanin dalam Djatmika
et
al (1986)
adalah:
Kingdom :Animalia
Sub-kingdom :Metazoa
Phyllum :
Chordata
Sub-phyllum :
Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas :
Teleostei
Ordo :
Ostariophysi
Sub-ordo :
Siluroidea
Familia :
Clariidae
Genus :Clarias
Di Indonesia ada
6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
1.
Clarias batrachus, dikenal sebagai
ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera
Barat), ikan maut
(Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2.
Clarias teysmani, dikenal sebagai
lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih
(Padang).
3.
Clarias melanoderma, yang dikenal
sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),
wais (Jawa
Tengah), wiru (Jawa Barat).
4.
Clarias nieuhofi, yang dikenal
sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera
Barat), kaleh
(Kalimantan Selatan).
5.
Clarias loiacanthus, yang dikenal
sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan
penang
(Kalimantan Timur).
6.
Clarias
gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat
fish, berasal
dari Afrika.
4.
MANFAAT
1.
Sebagai bahan makanan
2. Ikan lele dari
jenis C.
batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan
pajangan atau ikan hias.
3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat
bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan
salah satu makanan alami ikan lele.
4. Ikan lele juga
dapat diramu dengan berbagai bahan
obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi
(datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.
5.
PERSYARATAN LOKASI
1.
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya
lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan
blumbang.
2.
Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah
yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3.
Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4.
Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat
dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5.
Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh,
tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6.
Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280°C
Sedangkan untuk pertumbuhan larva
diperlukan kisaran suhu antara 26-
300 °C dan untuk pemijahan
24-280 C.
7.
Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya
cukup, sekalipun
kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O 2.
8.
Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri,
merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
ikan.
9.
Perairan yang banyak
mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami.
Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10. Permukaan
perairan tidak boleh tertutup rapat oleh
sampah atau daun- daunan hidup,
seperti enceng gondok.
11.
Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal
100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60
cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm
untuk
yang dewasa sampai jenuh untuk
burayak; dan kandungan CO kurang dari
12,8 mg/liter, amonium terikat
147,29-157,56 mg/liter.
12.
Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
a.
Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah
dikunjungi/dikontrol.
b.
Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
c.
Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
d.
Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba
mudah dipasang.
e.
Kedalaman air 30-60 cm.
6.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan
ikan lele sebaiknya ukurannya tidak
terlalu luas. Hal ini untuk
memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk
dan
ukuran kolam pemeliharaan bervariasi,
tergantung selera pemilik dan
lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian
dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke 1-6 air harus
dalam keadaan jernih kolam, bebas
dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu
kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas
tertentu masih diperbolehkan.
Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air
(plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan
kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi : -Usia 10-15
minggu, angka secchi = 30-50
-Usia 16-19 minggu, angka secchi =
30-40
-Usia 20-24 minggu, angka secchi =
30
6.2. Penyiapan Bibit
1.
Menyiapkan Bibit
a.
Pemilihan Induk
1.
Ciri-ciri induk lele
jantan:
-Kepalanya lebih kecil dari induk
ikan lele betina.
-Warna kulit dada
agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
-Urogenital
papilla (kelamin) agak menonjol,
memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan
warna kemerahan.
-Gerakannya
lincah, tulang kepala pendek dan agak
gepeng (depress).
-Perutnya lebih langsing dan kenyal
bila dibanding induk ikan lele betina.
-Bila bagian
perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan
cairan putih kental (spermatozoa-mani).
-Kulit lebih halus dibanding induk
ikan lele betina.
2.
Ciri-ciri induk lele betina
-Kepalanya lebih besar dibanding
induk lele jantan. -Warna kulit dada agak terang.
-Urogenital
papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya
agak lebar dan terletak di belakang anus.
- Gerakannya
lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih
gembung dan lunak.
- Bila bagian perut di stripping
secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan
( ovum/telur).
3.
Syarat induk lele yang
baik:
-Kulitnya lebih kasar dibanding
induk lele jantan.
-Induk lele diambil dari lele yang
dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
-Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan
dengan ukuran panjang 20-5 cm.
-Bentuk badan simetris, tidak
bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
-Umur induk jantan di atas tujuh
bulan, sedangkan induk betina berumur
satu tahun.
-Frekuensi pemijahan bisa satu bula
sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat
apabila makanannya mengandung cukup protein.
4.
Ciri-ciri induk lele siap
memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran
antara yang jantan dan yang
betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri
untuk dipijahkan.
5.
Perawatan induk lele:
-Selama masa pemijahan dan masa
perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti
cincangan daging bekicot, larva
lalat/belatung, rayap atau makanan
buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet
dengan kadar protein yang relatif tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena
kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu
menjelang perkawinan atau pemijahan. -Makanan diberikan pagi hari dan sore hari
dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
-Setelah benih berumur seminggu,
induk betina dipisahkan, sedangkan induk
jantan dibiarkan untuk menjaga
anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele
sudah berumur 2 minggu.
-Segera pisahkan induk-induk yang
mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
-Mengatur aliran air masuk yang
bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
b.
Pemijahan Tradisional
1.
Pemijahan di Kolam
Pemijahan
Kolam induk:
-Kolam dapat berupa tanah
seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
-Luas bervariasi, minimal 50 m2.
-Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan
ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman
50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam
disurutkan airnya.
-Pada sisi-sisi kolam ada sarang
peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi
saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi
untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
-Setiap sarang
peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari
pipa paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk
masuknya induk-induk
lele.
-Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
-Kolam dikapur
merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
-Airi kolam
sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.
Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
-Letak kolam
rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan makanan
alami ikan (rotifera).
-Kolam rotifera
dihubungkan ke kolam induk dengan
pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
-Kolam rotifera
diberi pupuk organik untuk memenuhi
persyaratan tumbuhnya rotifera.
-Luas kolam ± 10 m2.
Pemijahan:
-Siapkan induk lele betina sebanyak
2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang;
atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas
kolam (pilih salah satu).
-Masukkan induk yang terpilih ke
kubangan, setelah kubangan diairi selama 4 hari.
-Beri/masukkan makanan yang
berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan
semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang
ditebarkan .
-Biarkan sampai 10 hari.
-Setelah induk dalam kolam selama 10
hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas
lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm.
Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini
induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk
telah memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang,
terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila
makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
-Benih lele
dikeluarkan dari sarnag ke kolam
pendederan dengan cara: air kolam
disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa
pengeluaran.
-Benih-benih lele yang sudah
dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif,
ukuran benih 1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
-Dari seekor
induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih lele.
Pemijahan
induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
2.
Pemijahan di Bak Pemijahan
Secara Berpasangan
Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
-Buat bak dari
semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
-Di dalam bak
dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang
pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat adanya
telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok
supaya kotak menjadi gelap.
-Sarang pemijahan
dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau barang bekas
lain yang memungkinkan.
-Sarang bak
pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
-Sebelum bak
digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4
(dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.
Pemijahan:
-Tebarkan I
(satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air
setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir.
Penebaran dilakukan
pada jam
14.00–16.00.
-
Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif.
Setelah
± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah
memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur
yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
-
Beri makanan anak-anak lele
yang masih kecil (stadium larva)
tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi
cacing dan telur rebus.
3.
Pemijahan di Bak Pemijahan
Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
-Buat bak dari
semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
-Di luar bak,
menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang
dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1
inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
-Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil
untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
-Sebelum
digunakan, bak dikeringkan dan dibilas
dengan larutan desinfektan atau
formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
Pemijahan:
-Tebarkan induk
lele yang terpilih (matang telur)
dalam bak pembenihan sebanyak
2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat
pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak
pembenihan diairi setinggi 1 m.
-Setelah 10 hari
induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50- 60 cm, induk beri makan secara intensif.
- Sepuluh hari kemudian, air dalam
bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam sarang
mencapai ketinggian 20-25 cm.
-Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk
berpasangan masuk
sarang pemijahan,
memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
-
Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-
telur dalam sarang pemijahan telah
menetas dan menjadi benih lele. -Benih lele dikeluarkan melalui
saluran pengeluaran benih untuk
didederkan
di kolam
pendederan.
c.
Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni
merangsang
ikan lele untuk kawin dengan cara
memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa
berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon
gonadotropin: -Gametogenesis: memacu
kematangan telur dan sperma, disebut
Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12
jam penyuntikan, telur mengalami
ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan
membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu
merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
-Mendorong nafsu sex (libido)
2.
Perlakuan dan Perawatan
Bibit
a.
Kolam untuk pendederan:
1.
Bentuk kolam pada minggu
1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi
50 cm. Dinding kolam dibuat tegak
lurus, halus, dan licin, sehingga
apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan
lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara
kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada
lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2.
Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang
saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan
permukaan dalam dinding kolam.
Di antara 2 bingkai dipasang
selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian
dipaku.
3.
Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk
mengeringkan kolam. Pipa
pengeluaran dihubungkan dengan pipa Hal.
plastik yang dapat berfungsi untuk
mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu
pengait sebagai gantungan.
4.
Minggu ketiga, benih dipindahkan ke
kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan
jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5.
Kolam pendederan yang baru
berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang
sebelumnya.
b.
Penjarangan:
1.
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah
lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
-Apabila tidak dilakukan
penjarangan dapat mengakibatkan : -Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan
luka.
-Terjadi
perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme
(ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
-Suasana kolam
tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga
pertumbuhan ikan lele terhambat.
2.
Cara penjarangan pada benih
ikan lele :
-Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000
ekor/m2 -Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
-Minggu 5-6,
kepadatan tebar 525 ekor/m2
c.
Pemberian pakan:
1.
Hari pertama sampai ketiga,
benih lele mendapat makanan dari kantong
kuning telur (yolk sac) yang
dibawa sejak menetas.
2.
Hari keempat sampai minggu
kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai
protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari
yang dibagi dalam
4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air.
Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian
pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%.
Sedikit dari tepung tersebut diberikan
kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa
teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur
nestum.
3.
Minggu ketiga diberi pakan
sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4.
Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5.
Minggu kelima diberi pakan
sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6.
Minggu ketiga diberi pakan
sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7.
Minggu keenam sudah bisa
dicoba dengan pemberian pelet apung.
d.
Pengepakan dan pengangkutan benih
1.
Cara tertutup:
-Kantong plastik
yang kuat diisi air bersih dan
benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari
tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4
bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
-Plastik berisi benih lele
dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
2.
Cara terbuka dilakukan bila
jarak tidak terlalu jauh:
-Benih lele dilaparkan terlebih
dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk
pengangkutan lebih dari 5 jam). -Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit
demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut
dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh
air diganti di tempat yang teduh.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1.
Pemupukan
a.
Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih
lele.
b.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan
dosis 500-700 gram/m2 . Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2 ,
dan amonium nitrat 15 gram/m2 . Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c.
Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan
dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau
kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai
makanan alami lele.
d.
Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele
ditebar.
2.
Pemberian Pakan
a.
Makanan Alami Ikan Lele
1.
Makanan alamiah yang berupa
Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
2.
Makanan berupa fitoplankton
adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula
spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol.
Chlorophyta).
3.
Ikan lele juga menyukai
makanan busuk yang berprotein.
4.
Ikan lele juga menyukai
kotoran yang berasal dari kakus.
b.
Makanan Tambahan
1.
Pemeliharaan di kecomberan
dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis,
tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
2.
Campuran dedak dan ikan
rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
c.
Makanan Buatan (Pellet)
1.
Komposisi bahan (% berat):
tepung ikan=27,00; bungkil kacang
kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00;
dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;
2.
Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan,
dijadikan adonan seperti pasta,
dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak
dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum
diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
3.
Cara pemberian pakan:
-Pellet mulai
dikenalkan pada ikan lele saat
umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian
makanan yang berbentuk tepung.
-Pada minggu 7 dan seterusnya
sudah dapat langsung
diberi makanan yang berbentuk pellet.
-Hindarkan pemberian pakan pada
saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
3.
Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih
ditebarkan:
a.
Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele
yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis
200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama
6 bulan.
b.
Pencegahan penyakit karena
bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg
induk.
c.
Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam
lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
4.
Pemeliharaan Kolam/Tambak
a.
Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2
untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
b.
Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara
mengganti semua air kotor tersebut dengan
air bersih yang telah diendapkan
2 malam.
c.
Kolam yang telah
terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran
dengan dosis 200 gram/m2 selama satu
minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di
dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai
tanah dasar kolam retak-retak.
7.
HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama dan Penyakit
a. Hama pada lele
adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
b. Di alam bebas dan
di kolam terbuka, hama yang sering
menyerang lele antara lain:
berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.
c.
Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan,
hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele
secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit parasit adalah
penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur,
dan protozoa yang berukuran kecil.
1.
Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan
Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang
dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini
digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8
x 1–1,5
mikron.
Gejala: warna tubuh menjadi gelap, kulit
kesat dan timbul pendarahan,
bernafas
megap-megap di permukaan air.
Pengendalian:
memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas
air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan
dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2)
Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
2.
Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium
fortoitum ).
Gejala: tubuh ikan
berwarna
gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati,
ginjal, dan limpa). Posisi
berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring,
bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian : memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan
Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram
/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
3.
Penyakit karena
jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh
menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan
yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi
sekumpulan benang halus
seperti kapas, pada daerah luka
atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya.
Penyerangan pada
telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada
Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur
direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama
15 menit.
4.
Penyakit Bintik Putih dan
Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang
amuboid,
mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala: (1) ikan yang diserang sangat
lemah dan selalu timbul di
permukaan air; (2) terdapat
bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering
menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding
kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan
kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara
perendaman ikan yang terkena infeksi pada
campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green
Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam,
kemudian ikan diberi air yang segar.
Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5.
Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus
dan Dactylogyrus. Cacing
Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing
Gyrodactylus
menyerang kulit
dan sirip.
Gejala: insang yang dirusak menjadi
luka-luka,
kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan
terganggu.
Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2)
Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
(3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam
larutan Kalium
-Permanganat (KMnO 4) 0,01% selama
± 30 menit; (4)
memakai
larutan NaCl 2% selama ± 30
menit; (5) dapat juga memakai
larutan NH4OH 0,5% selama
± 10 menit.
6.
Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna
merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena
darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.
Pengendalian : selalu diamati pada saat
mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
7.2. Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan
tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian
kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1.
Bila suhu terlalu tinggi,
kolam diberi peneduh sementara dan air
diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
2.
Bila pH terlalu rendah,
diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan
gas-gas beracun (H 2S, CO2), maka air
harus segera diganti.
4.
Bila makanan kurang, harus
ditambah dosis makanannya.
8.
PANEN
8.1. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan:
1. Lele dipanen pada
umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat
rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2. Pada lele Dumbo,
pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300
gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai
berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3. Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4. Kolam dikeringkan
sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring.
5.
Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar
lebih dahulu.
6. Bila penangkapan
menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan,
sehingga lele mudah ditangkap.
7.
Setelah dipanen, piaralah
dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama
1-2 hari tanpa diberi makan agar
bau tanah dan bau amisnya hilang.
8.
Lakukanlah penimbangan
secepat mungkin dan cukup satu kali.
8.2. Pembersihan
Setelah ikan lele
dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1. Kolam
dibersihkan dengan cara
menyiramkan/memasukkan larutan kapur
sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding
kolam sampai rata.
2. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau
larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3. Kolam dibilas
dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari
langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.
9.
PASCAPANEN
1. Setelah dipanen,
lele dibersihkan dari lumpur dan
isi perutnya. Sebelum dibersihkan sebaiknya lele dimatikan
terlebih dulu dengan memukul
kepalanya memakai muntu atau kayu.
2. Saat mengeluarkan
kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan daging
terasa pahit.
3. Setelah isi perut
dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam masakan.
11.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Arifin, M.Z. 1991. Budidaya
lele. Dohara prize. Semarang.
2.
Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan
Analisa Usaha. C.V. Simplex. Jakarta.
3.
Djatmika, D.H., Farlina,
Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex. Jakarta.
4.
Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman.
Penerbit Swadaya. Jakarta.
5.
Simanjutak, R.H.
1996. Pembudidayaan Ikan Lele
Lokal dan Dumbo. Bhratara. Jakarta.
6.
Soetomo, M.H.A. 1987.
Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
7.
Susanto, H. 1987. Budidaya
ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman