Selasa, 24 Februari 2015

BUDIDAYA BELUT ( Synbranchus )



 
        BUDIDAYA BELUT
(  Synbranchus )


1.            SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis   ikan konsumsi air tawar   dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.



2.            SENTRA PERIKANAN


Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di  daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.



3.            JENIS


Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus  bengalensis Mc clell (belut  rawa);  Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belutkali/laut)


Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

4.           MANFAAT


Manfaat dari budidaya belut adalah:
1.   Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2.   Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3.   Sebagai obat penambah darah.


5.            PERSYARATAN LOKASI
1.  Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2.  Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak  tercemar bahan-bahan kimia  beracun,  dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3.  Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
4.   Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2  cm. Sedangkan  untuk perkembangan selanjutnya belut  dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.



6.            PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan


1.  Perlu diketahui bahwa jenis kolam  budidaya  ikan belut  harus  dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu  untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.


2.    Bangunan  jenis-jenis kolam  belut secara umum  relatif sama  hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.


3.    Ukuran  kolam induk kapasitasnya 6  ekor/m2 . Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2 . Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya  100 ekor/m2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2 , 
hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4.   Pembuatan  kolam  belut  dengan  bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.


5.   Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat  penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.


6.  Media  dasar  kolam  terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan  beberapa saat agar sampai  menjadi lumpur  sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2. Penyiapan Bibit
1.     Menyiapkan Bibit


a.  Anak  belut yang sudah  siap  dipelihara secara intensif adalah  yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b.  Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c.   Pemilihan bibit bisa diperoleh  dari kolam  peternakan atau pemijahan.
     Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ±  30 cm dan belut jantan   
     berukuran  ±  40 cm.
d.  Pemijahan dilakukan  di kolam  pemijahan dengan  kapasitas  satu ekor pejantan  dengan dua  ekor betina untuk kolam seluas 1  m2 . Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan  belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam  ukuran ini  belut  segera  diambil untuk ditempatkan  di  kolam pendederan calon benih/calon  bibit.  Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon  bibit selama     ± 1 (satu) bulan  sampai  anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan  ukuran  ini  anak belut  sudah bisa diperlihara  dalam kolam belut untuk konsumsi selama  dua bulan  atau empat bulan.
2.   Perlakuan dan Perawatan Bibit

Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1.   Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran  yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2.    Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3.   Pemberian Vaksinasi
4.   Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan  pada  pemeliharaan  belut adalah menjaga  kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

7.     HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu  
    kehidupan belut.
2.  Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
    antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan 
    ikan gabus.
3.  Di  pekarangan,  terutama yang ada  di perkotaan,  hama yang sering
    menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak
    banyak diserang hama.

7.2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah  penyakit yang disebabkan oleh organisme  tingkat  rendah  seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

8.    PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1.  Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2.    Berupa hasil  akhir pemeliharaan belut yang siap  dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).

Cara Penangkapan  belut sama seperti menangkap ikan lainnya  dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9.   PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang  besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut  dapat  diterima  oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

10.        ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya


Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1.     Biaya Produksi
a.        Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,-Rp.      28.000,-
b.         Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp.    225.000,-
c.        Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp.      45.000,-
d.         Lain-lain  Rp.      30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp.    328.000,-

 2.    Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- = Rp. 750.000,-

3   Keuntungan Rp.    422.000,-


4.     Parameter Kelayakan Usaha 2,28

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya  ikan  belut,  baik  dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.



11.        DAFTAR PUSTAKA

1.   Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI).  
                      Jakarta.
2.   Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta


Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas Editor : Kemal Prihatman



























0 komentar:

Posting Komentar