Jumat, 20 Februari 2015

BUDIDAYA IKAN GURAME ( Osphronemus gouramy)







BUDIDAYA IKAN GURAME
( Osphronemus gouramy)






1.            PENDAHULUAN


Gurami merupakan salah satu ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting yang  merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani. Hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil.

Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal,lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.

Gurame  merupakan  ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat  namun harganya relatif meningkat setiap saat. Jenis ikan ini tidak memerlukan air yang mengalir.


Untuk memberi petunjuk bagi masyarakat yang berminat di bawah ini diuraikan tata cara budidayanya.



2.            JENIS


Jenis ikan gurame yang dikenal  masyarakat  berdasarkan  bentuknya  ada  2 (dua) yaitu:
1.                Gurame angsa (soang) : badan relatif panjang, sisik relatif lebar.  Ukuran yang bisa dicapainya berat 8 kg, panjang 65 cm.
2.                Gurame Jepang : badan relatif pendek dan sisik lebih kecil.  Ukuran yang dicapai hanya 45 cm dengan berat kurang dari 4,5 kg.
Jika dilihat dari warnanya terdapat gurame hitam, putih dan belang.



3.            MEMILIH INDUK
Induk yang dipakai sebaiknya mencapai umur 3 tahun.


Untuk membedakan induk jantan dan betina bisa dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
1.                Induk betina
Ikan  betina  mempunyai dasar sirip dada yang gelap atau  berwarna kehitaman, warna dagu ikan betina keputih-putihan atau sedikit coklat, jika diletakkan di lantai  maka ikan betina tidak menunjukan  reaksi apa-apa. Sebaiknya sudah berumur 3~7 tahun.
2.                Induk jantan
Ikan jantan mempunyai dasar sirip berwarna terang atau keputih-putihan,
mempunyai dagu yang berwarna kuning, lebih tebal daripada betina dan
menjulur.  Induk jantan  apabila diletakkan pada  lantai  atau tanah akan  
 menunjukan reaksinya dengan cara mengangkat pangkal sirip ekornya ke atas.
Selain mengetahui perbedaan induk jantan dan betina, perlu juga diketahui demi keberhasilan pembenihan gurame ini.


Induk telah berumur 3~7 tahun.  Berbeda dengan induk ikan tambakan, induk ikan gurame ini semakin bertambah umurnya akan mengeluarkan telur semakin banyak, perut akan membulat dan relatif penjang dengan warna badan terang. Sisik-sisiknya usahakan tidak cacat/hilang dan masih dalam keadaan tersusun rapi.


Induk betina yang cukup umur dan matang kelamin ditandai dengan perutnya akan membesar ke belakang atau di dekat lubang dubur.  Pada lubang anus akan nampak putih kemerah-merahan.  Dan apabila kita coba untuk meraba perutnya akan teras lembek.



4.            PEMIJAHAN


Pemasukan  air  dilakukan  pagi-pagi sekali, sehingga menjelang jam  10.00 kolam  telah berisi air setengahnya.  Induk-induk yang telah lolos seleksi dimasukkan dalam kolam dengan  hati-hati dan  penuh  kasih  sayang. Perbandingan jumlah antara induk jantan dan betina biasa 1 : 1 - 14.  Dengan harapan induk jantan paling sedikit bisa mengawini dua ekor induk betina dalam satu tarikan.


Setelah  dilepaskan  dalam  kolam  pemijahan biasanya induk jantan tidak otomatis langsung membuat  sarang,  tetapi  terlebih dahulu berjalan-jalan, berenang kesana-sini mengenal wilayahnya.  Setelah 15 hari sejak dilepaskan, induk jantan biasanya sudah langsung disibukkan oleh kegiatannya membuat sarang.


Garis tengah sarang biasanya kurang lebih 30 cm, yang biasanya dikerjakan oleh induk jantan ini selama seminggu (7 hari).  Setelah sarang selesai dibuat, induk jantan cepat-cepat mencari dan merayu induk betina untuk bersama- sama memijah disarang.  Induk betina ini akan menyemprotkan telur-telurnya kedalam sarang melalui lubang sarang yang  kecil,  kemudian  jantan akan menyemprotkan spermanya, yang akhirnya terjadilah pembuahan didalam istana ijuk ini.   Tidak seperti  halnya  ikan mas  yang  pemijahannya  hanya beberapa jam saja, pemijahan ikan gurame ini biasanya berlangsung cukup lama.  Induk jantan bertugas menjaga sarang selama pemijahan berlangsung. Setelah pemijahan selesai, biasanya giliran  induk betina  yang  bertugas menjaga keturunannya, dengan terlebih dulu menutup lubang sarang dengan ijuk atau rumputan kering.

 Dengan nalurinya sebagai  orang tua yang baik,  biasanya  induk betina  ini menjaga anaknya dengan tak lupa mengipaskan siripnya terutama sirip ekor kearah sarang.  Gerakan sirip induk betina ini akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air.  Air dengan kandungan oksigen yang cukup akan membantu menetaskan telur-telur dalam sarang.   Sebab  seperti  diketahui, telurpun butuh oksigen  dalam prosesnya  menjadi benih ikan.   Sementara dengan kasih sayang induk betina menjaga keturunanya, induk jantan akan kembali menyusun sarang dan  memikat  induk betina  yang  lainnya  untuk melanjutkan keturunannya.
Dari atas kolam kita bisa mengetahui induk-induk yang telah memijah tanpa turun ke kolam dengan melihat adanya bau amis, dan terlihat adanya lapisan minyak tepat di atas sarang pemijahan.



5.            PENETASAN


Penetasan telur bisa dilakukan  di paso,  aquarium atau  pun ember-ember plastik.    Cara memindahkan telur  dari dalam sarang ke paso/aquarium dilakukan dengan hati-hati tidak terlalu kasar untuk menghindari agar telur tidak pecah.  Sarang bahan dari ijuk yang ada 5 cm dibawah permukaan air dan telah ditutup rapat, diangkat dengan cara dimasukkan kedalam ember yang berisi  3/4  bagian  ember.  Sarang  menghadap ke atas dan ditenggelamkan kemudian perlahan-lahan tutup sarang dibuka, maka telur-telur akan keluar dan mengambang dipermukaan air. Selanjutnya telur diangkat dengan mengunakan piring kecil untuk dipindahkan ke pasoaquarium atau ember bak yang telah diisi air bersih yan sudah diendapkan.  Penggantian air dilakukan secara rutin agar telur-telur menetas dengan  sempurna dan telur yang tidak menetas segera dikeluarkan.
Telur akan menetas dalam tempo 30 ~ 36 jam.

6. Pemeliharaan Larva

Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom  sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium. Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran
dari sisa pakan dan Faeces .

Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 s/d 20 ekor/liter. Pakan mulai dilakukan pada saat larva berumur 5 s/d 6 hari berupa cacing Tubifex, Artenia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 s/d 30 0C, nilai pH 6,5 s/d 8,0 dan ketinggian air 15 s/d 20 cm.



7. PENDEDERAN


Selama 5 hari benih-benih belum membutuhkan makanan tambahan, karena masih  mengisap  kuning  telur  (yolk sack).  Setelah lewat masa itu benih membutuhkan makanan yang harus disuplai dari luar.  Oleh karenya jika masih belum ditebarkan di kolam harus diberi makan infusoria.


Jika benih hendak ditebarkan di kolam, kolam harus dikeringkan dan dipupuk dengan pupuk kandang 1 kg/m2 .Setelah seminggu benih ditebarkan, yaitu ketika air kolam sudah berubah menjadi kehijau-hijauan.  Benih gurame umur 7 hari dapat  dipasarkan kepada  para pendedar dengan system jual sarang sehinga frekwensi pembenihan dapat ditingkatkan.


Padat tebar pendederan 50 ~ 100 ekor/m2 , sementara kolam yang digunakan berkisar 50 - 250 m2 .



8.    PENUTUP


Meskipun pemeliharaan gurame relatif membutuhkan waktu lama namun harga jual yang tinggi tetap akan memberi keuntungan.
































0 komentar:

Posting Komentar