Sabtu, 17 Oktober 2015

Pengelolaan Pakan dalam Pemeliharaan Kepiting Bakau



Pengelolaan Pakan dalam Pemeliharaan Kepiting Bakau


Di alam, larva kepiting memakan berbagai organisme renik plankton seperti Diatomae, larva-larva dari Echinodermata, moluska dan cacing, dsb. Didalam bak pemeliharaan , pakan yang diberikan juga harus disesuaikan dengan sifat alami dari larva itu.
                                    
1. Pakan Alami
-    Dalam pemeliharaan larva kepiting diberi pakan berupa pakan alami dari berbagai organisme planktonhewani (zooplankton) danfitoplankton yang ukurannya sesuai dengan stadia Zoea.
-    Pakan untuk Zoea – 1 sampai Zoea-3. berupa zooplankton Brachionus sp dan fitoplankton jenis Chaetoceros sp. yang dihasilkan dari kultur di laboratorium.
-    Pakan untuk Zoea- 4 dan Zoea -5 dan Megalopa berupa nauplii Artemia yang ditetaskan dari kista Artemia dan fitoplankton Chaetoceros sp. dan ditambah Tetraselmis sp.. Kegunaan dari fitoplankton itu walaupun mungkin secara langsung tidak dimakan oleh larva kepiting, tetapi berguna sebagai penyeimbang lingkungan dalam air karena fitoplankton itu dalam proses fotosintesisnya dapat menyerap zat-zat hara yang beracun bagi larva kepiting yang dipelihara.

Dosis Brachionus , Chaetoceros yang diberikan kira-kira 10 liter ( satu ember) kultur yang sudah disaring sehingga padat untuk bak volume 1 M3. Demikian juga Tetraselmis sp. juga sebanyak 10 liter kultur yang sudah disaring. Sedangkan untuk Zoea-4, Zoea-5 dan Megalopa dosis nauplii Artemia diperkirakan 2 gram kista ditetaskan untuk diberikan kepada setiap 100 000 larva kepiting. Jadi jika kita memelihara seluruhnya 5 juta larva kepiting , maka setiap hari perlu di tetaskan kista artemia sebanyak 10 gram. Tetasan nauplii artemia tsb. diberikan pada pagi hari, setelah dilakukan pembersihan bak dengan sipon dan air bak dig anti 1/3 volume dengan air yang segar.

2. Pakan Buatan
Dalam pemeliharaan larva kepiting selain pakan alami juga diberi pakan buatan. Pakan buatan mengacu kepada jenis pakan yang diberikan kepada larva udang windu. Tujuan pemberian pakan buatan ini untuk melengkapi zat nutrisi yang kemungkinan tidak terdapat pada pakan alami. Larva kepiting mulai stadium Zoea -1 sudah dapat memakan pakan buatan banyaknya ransum dan ukuran jenis pakan buatan yang diberikan dirubah sesuai dengan tingkat perkembangan larva.
     
-       Larva stadium Z-1 dan Z-2 diberi pakan sebanyak 0,5 ppm. Artinya kedalam bak pemeliharaan larva yang volume airnya 1 M3 (1000 liter) diberi pakan berupa butir-butir mikropelet sebanyak 0,5 gram . Jika volume air 5 M3 maka banyaknya pakan 5 x 0,5 gram. = 2,5 gram.per-M3 volume air bak.
-       Untuk stadium Zoea-3, dosis pakan 0,6 ppm ; atau sebanyak 0,6 gram per-M3 air bak.
-       Untuk stadium Zoea-4 , dosis pakan 0,65 ppm ; atau sebanyak 0,65 gram per- M3 air bak. 
-       Untuk stadium Zoea-5, dosis pakan 0,75 ppm ; atau sebanyak 0,75 gram per-M3 air bak. 

Mulai stadium Megalopa sampai instar ( stadium Crab) ransum pakan ditingkatkan menjadi 1 ppm sekali pemberian. Pemberian pakan buatan (mikropelet) tsb. sehari diberi kan 6 kali , yaitu berselang waktu 4 jam. Dengan cara itu diharapkan larva dapat terus menerus mendapat makanan, pakan tidak boleh berlebihan dan karena selalu ada pakan di dalam air pemeliharaan, larva menjadi berkurang sifat kanibalismenya.
                                    
Ukuran partikel pakan juga harus disesuaikan dengan ukuran stadium larva. Untuk stadium Zoea-1 sampai Zoea-5 ukuran pelet 50 mikron, diberbesar bertahap sampai 100 mikron . Selanjutnya untuk stadium Megalopa dan Crab ukuran pelet lebih besar yaitu 200 mikron sampai 500 mikron.Ukuran-ukuran besarnya mikropelet  itu dapat di baca pada kaleng wadah pakan larva yang dijual.

Stadium Megalopa lebih suka tinggal didasar bak (benthic)dan makan Artemia yang sudah ditetaskan berumur 4-5 hari (instar 4-5). Dosis pakan tetasan kista sebanyak 3 gram untuk 100 000 ekor Megalopa per-hari. Ukuran panjang total tubuhnya 4,1 mm. Sifatnya cenderung kanibal. Sehingga terjadi banyak penyusutan jumlahnya. Untuk mengurangi kanibalisme, di dalam air bak perlu diberi tempat persembunyian berupa rumbai-rumbai yang dapat dibuat dari tali rafiyah yang diikat segerombol diberi pemberat agar dapat ditegakkan didalam air. Jumlah rumbai-rumbai ini hendaknya cukup banyak. Lama masa Megalopa ini 7 hari, bermetamorfosa menjadi stadium Crablet (benih kepiting).

Pada stadium Crab-1 sampai Crab-5 yaitu benih kepiting , bentuk dan organ tubuhnya sudah seperti pada kepiting dewasa.Panjang karapas 2 mm sampai 3 mm; berat badannya 5 – 9 mg. Pada stadia Crab anakan kepiting makan dari dasar bak Pakan yang diberikan berupa daging ikan , cumi-cumi yang masih segar dan dibersihkan, lalu dicacah . Dosis pakan perhari diperkirakan sebanyak 50-100 gram untuk 100 000 ekor benih Crab-1 sampai Crab-5. Pemberiannya pakan secara dionggokkan pada 4-5 titik. Sementara diberi pakan itu , aerator dihentikan. Kemudian harus diamati apakah pakan yang diberikan itu segera habis dalam waktu 10 menit. Bila cepat habis, maka selang 3 - 4 jam , perlu diberi lagi cacahan pakan yang sama. Demikian dalam sehari pemberian pakan untuk stadium Crab sebanyak 6
kali. Bila Crab terlihat sangat rakus atau nafsu makan bagus, maka dosis pakan harus dinaikkan. Sebaliknya kalau nafsu makan kurang, atau lambat memakannya, maka pada pemberian berikutnya dosis pakan dikurangi.

Pengamatan dan pengaturan dosis pakan itu penting , untuk mencegah terjadinya kanibalisme, bila benih crab itu kelaparan dan pakannya kurang. Sebaliknya jika pakan terlalu banyak bersisa, menyebabkan kualitas air menurun karena pembusukan sisa pakan itu. Hal ini akan menyebabkan banyak kematian pada benih kepiting.
    
Penelitian telah dilakukan pada pertumbuhan benih stadia Crab dimana pada umur 50 hari (terhitung sejak Zoea-1) berat badannya mendekati 500 mg panjang karapas mendekati 10 mm ( 1 cm). Ini ukuran yang diperkirakan sudah cukup kuat untuk di jual sebagai benih untuk di deder pada tempat yang lebih luas di luar ruangan. Misalnya didalam hapa yang dipasang ditambak yang subur dengan pakan alaminya. Namun tentu saja harus selalu dilindungi terhadap hama pemangsa karena itu masih di pelihara didalam hapa.

                        3. Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air tempat larva kepiting dipelihara , merupakan faktor penting yang harus dijaga agar tetap dalam kondisi optimumdan stabil.Dalam Panti Pembenihan, biasanya dilakukan pergantian air bak larva sebanyak 20-40% dari volume bak setiap 2 hari. Penggantian air dilakukan dengan lebih dahulu menyedot air dari dasar bak menggunakan sipon yaitu slang berdiameter 2 -3 inci yang diberi tutup ujungnya dengan kain kelambu yang lubangnya tidak terlalu kecil, memungkinkan kotoran yang mengendap didasar bak tersedot. Sebagian air dari dasar bak akan terbuang sebanyak 20-40% volume. Kemudian bak diisi lagi dengan air yang masih segar dan salinitas 30-33ppt , suhu 28-30 oC sama dengan air yang lama.

Sedangkan kadar Oksigen tentu dapat dipertahankan 6-7 ppm bila aerator terus menerus terpasang. Dan dijaga kebersihannya. Kotoran-kotoran dan sisa-sisa pakan didalam air akan
membusuk dan menyerap banyak O2. Karena itu kebersihan air dan dasar serta dinding bak harus dijaga, dengan cara di sipon dengan cermat. Penggantian air itu dimulai pada zoea-2 sebanyak 20% setiap 2 hari sekali , sampai Zoea-3 , selanjutnya sampai Zoea 5 ganti air sebanyak 40%.

Pada stadium Megalopa, sebaiknya dipanen, untuk memindahkan Megalopa kedalam bak lain yang sudah dipersiapkan dalam kondisi bersih dan diberi rumbai-rumbai untuk persembunyian terhadap sesamanya. Megalopa bersifat benthic yaitu senang berada didasar bak. Ukuran besarnya panjang karapas 2,1 mm, panjang abdomen 1,87 mm, panjang tubuh total dari ujung duri rostral sampai ujung belakang abdomen 4,1mm. Padat penebaran Megalopa 10-20 ekor/M3.diperkirakan dapat mengurangi sifat kanibalisme.

Sumber : pusluh.kkp.go.id

0 komentar:

Posting Komentar