Pengelolaan
Pakan dalam Pemeliharaan Kepiting Bakau
Di alam, larva kepiting memakan berbagai organisme renik plankton
seperti Diatomae, larva-larva dari
Echinodermata, moluska dan cacing, dsb. Didalam bak pemeliharaan , pakan yang diberikan juga harus disesuaikan
dengan sifat alami dari
larva itu.
1. Pakan Alami
- Dalam pemeliharaan larva kepiting diberi
pakan berupa pakan alami dari
berbagai organisme
planktonhewani (zooplankton) danfitoplankton yang ukurannya sesuai dengan stadia Zoea.
- Pakan untuk Zoea – 1 sampai Zoea-3. berupa
zooplankton Brachionus sp dan fitoplankton jenis Chaetoceros sp. yang dihasilkan dari kultur di laboratorium.
- Pakan untuk Zoea- 4 dan Zoea -5 dan Megalopa
berupa nauplii Artemia yang
ditetaskan dari kista
Artemia dan fitoplankton Chaetoceros sp. dan ditambah Tetraselmis sp.. Kegunaan dari fitoplankton itu walaupun mungkin secara
langsung tidak dimakan oleh larva kepiting,
tetapi berguna sebagai penyeimbang lingkungan dalam air karena fitoplankton itu dalam proses fotosintesisnya
dapat menyerap zat-zat hara yang beracun bagi larva kepiting yang dipelihara.
Dosis Brachionus , Chaetoceros yang diberikan kira-kira 10 liter (
satu ember) kultur yang sudah disaring sehingga
padat untuk bak volume 1 M3. Demikian juga Tetraselmis sp. juga sebanyak 10 liter kultur yang sudah disaring. Sedangkan untuk Zoea-4, Zoea-5 dan Megalopa dosis nauplii
Artemia diperkirakan 2 gram kista ditetaskan
untuk diberikan kepada setiap 100 000 larva kepiting. Jadi jika kita memelihara seluruhnya 5 juta larva
kepiting , maka setiap hari
perlu di tetaskan
kista artemia sebanyak 10 gram. Tetasan nauplii artemia tsb. diberikan pada
pagi hari, setelah dilakukan
pembersihan bak
dengan sipon dan air bak dig anti 1/3 volume dengan air yang segar.
2. Pakan Buatan
Dalam pemeliharaan larva kepiting selain pakan alami juga diberi
pakan buatan. Pakan buatan mengacu kepada
jenis pakan yang diberikan kepada larva udang windu. Tujuan pemberian pakan buatan ini untuk melengkapi
zat nutrisi yang
kemungkinan tidak
terdapat pada pakan alami.
Larva kepiting mulai
stadium Zoea -1 sudah dapat memakan pakan buatan banyaknya ransum dan ukuran jenis pakan buatan yang diberikan
dirubah sesuai dengan tingkat perkembangan larva.
-
Larva stadium Z-1 dan Z-2 diberi pakan sebanyak 0,5 ppm. Artinya
kedalam bak pemeliharaan larva yang volume airnya 1 M3 (1000 liter) diberi
pakan berupa butir-butir mikropelet sebanyak 0,5 gram . Jika volume air 5 M3
maka banyaknya pakan 5 x 0,5 gram. = 2,5 gram.per-M3 volume air bak.
-
Untuk stadium Zoea-3, dosis pakan 0,6 ppm ; atau sebanyak 0,6 gram
per-M3 air bak.
-
Untuk stadium Zoea-4 , dosis pakan 0,65 ppm ; atau sebanyak 0,65
gram per- M3 air bak.
-
Untuk stadium Zoea-5, dosis pakan 0,75 ppm ; atau sebanyak 0,75
gram per-M3 air bak.
Mulai stadium Megalopa sampai instar ( stadium Crab) ransum
pakan ditingkatkan menjadi 1 ppm sekali pemberian. Pemberian pakan buatan
(mikropelet) tsb. sehari diberi kan 6 kali , yaitu berselang waktu 4 jam.
Dengan cara itu diharapkan larva dapat terus menerus mendapat makanan, pakan
tidak boleh berlebihan dan karena selalu ada pakan di dalam air pemeliharaan,
larva menjadi berkurang sifat kanibalismenya.
Ukuran partikel pakan juga harus disesuaikan dengan ukuran stadium
larva. Untuk stadium Zoea-1 sampai Zoea-5
ukuran pelet 50 mikron, diberbesar bertahap sampai 100 mikron . Selanjutnya untuk stadium Megalopa dan Crab
ukuran pelet lebih besar yaitu 200 mikron sampai 500
mikron.Ukuran-ukuran besarnya mikropelet itu dapat di baca pada
kaleng wadah pakan larva yang dijual.
Stadium Megalopa lebih suka tinggal didasar bak (benthic)dan makan
Artemia yang sudah ditetaskan berumur 4-5 hari
(instar 4-5). Dosis pakan tetasan kista sebanyak 3 gram untuk 100 000 ekor Megalopa per-hari. Ukuran
panjang total tubuhnya 4,1 mm. Sifatnya cenderung
kanibal. Sehingga terjadi banyak penyusutan jumlahnya. Untuk mengurangi kanibalisme, di dalam air bak perlu
diberi tempat persembunyian berupa rumbai-rumbai yang
dapat dibuat dari tali rafiyah yang diikat segerombol diberi pemberat agar dapat ditegakkan didalam air.
Jumlah rumbai-rumbai ini hendaknya cukup banyak. Lama masa Megalopa ini 7 hari, bermetamorfosa menjadi stadium Crablet (benih kepiting).
Pada stadium Crab-1 sampai Crab-5 yaitu benih kepiting , bentuk
dan organ tubuhnya sudah seperti pada kepiting
dewasa.Panjang karapas 2 mm sampai 3 mm; berat badannya 5 – 9 mg. Pada stadia Crab anakan kepiting makan
dari dasar bak Pakan yang diberikan berupa daging ikan
, cumi-cumi yang masih segar dan dibersihkan, lalu dicacah . Dosis pakan perhari diperkirakan
sebanyak 50-100 gram
untuk 100 000 ekor
benih Crab-1 sampai Crab-5. Pemberiannya pakan secara dionggokkan pada 4-5
titik. Sementara diberi pakan itu , aerator dihentikan. Kemudian harus diamati apakah pakan yang diberikan itu segera habis
dalam waktu 10 menit.
Bila cepat habis,
maka selang 3 - 4 jam , perlu diberi lagi cacahan pakan yang sama. Demikian dalam sehari pemberian pakan untuk stadium
Crab sebanyak 6
kali. Bila Crab terlihat sangat rakus atau nafsu makan bagus, maka
dosis pakan harus dinaikkan. Sebaliknya kalau nafsu
makan kurang, atau lambat memakannya, maka pada pemberian berikutnya dosis pakan dikurangi.
Pengamatan dan pengaturan dosis pakan itu penting , untuk mencegah terjadinya kanibalisme, bila benih crab itu kelaparan dan
pakannya kurang.
Sebaliknya jika pakan
terlalu banyak bersisa, menyebabkan kualitas air menurun karena pembusukan sisa pakan itu. Hal ini akan menyebabkan
banyak kematian
pada benih kepiting.
Penelitian telah dilakukan pada pertumbuhan benih stadia Crab
dimana pada umur 50 hari (terhitung sejak Zoea-1)
berat badannya mendekati 500 mg panjang karapas mendekati 10 mm ( 1 cm). Ini ukuran yang diperkirakan
sudah cukup kuat
untuk di jual sebagai
benih untuk di deder pada tempat yang lebih luas di luar ruangan. Misalnya didalam hapa yang dipasang ditambak yang
subur dengan pakan
alaminya. Namun tentu
saja harus selalu dilindungi terhadap hama pemangsa karena itu masih di pelihara didalam hapa.
3.
Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air tempat larva kepiting dipelihara , merupakan faktor
penting yang harus dijaga agar tetap dalam kondisi
optimumdan stabil.Dalam Panti
Pembenihan, biasanya
dilakukan pergantian air bak larva sebanyak 20-40% dari volume bak setiap 2 hari. Penggantian air dilakukan dengan lebih dahulu menyedot air dari
dasar bak menggunakan sipon yaitu slang
berdiameter 2 -3 inci yang diberi tutup ujungnya dengan kain kelambu yang lubangnya tidak terlalu kecil,
memungkinkan kotoran
yang mengendap
didasar bak tersedot. Sebagian air dari dasar bak akan terbuang sebanyak 20-40% volume. Kemudian bak diisi lagi dengan air
yang masih segar dan
salinitas 30-33ppt ,
suhu 28-30 oC sama dengan air yang lama.
Sedangkan kadar
Oksigen tentu dapat
dipertahankan 6-7 ppm bila aerator terus menerus terpasang. Dan dijaga kebersihannya. Kotoran-kotoran dan sisa-sisa
pakan didalam air akan
membusuk dan menyerap banyak O2. Karena itu kebersihan air dan
dasar serta dinding bak harus dijaga, dengan cara
di sipon dengan cermat.
Penggantian air itu
dimulai pada zoea-2 sebanyak 20% setiap 2 hari sekali , sampai Zoea-3 , selanjutnya sampai Zoea 5 ganti air sebanyak
40%.
Pada stadium Megalopa, sebaiknya dipanen, untuk memindahkan
Megalopa kedalam bak lain yang sudah dipersiapkan
dalam kondisi bersih dan diberi rumbai-rumbai untuk persembunyian terhadap
sesamanya. Megalopa bersifat benthic yaitu
senang berada didasar
bak. Ukuran besarnya panjang karapas 2,1 mm, panjang abdomen 1,87 mm, panjang tubuh total dari ujung duri rostral
sampai ujung belakang
abdomen 4,1mm. Padat
penebaran Megalopa 10-20 ekor/M3.diperkirakan dapat mengurangi sifat
kanibalisme.
Sumber
: pusluh.kkp.go.id
0 komentar:
Posting Komentar