PENGOLAHAN IKAN
TUNA KALENG
Ikan tuna yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan tuna kaleng
harus memenuhi persyaratan dalam SNI 01-2712.1-1992, yaitu (Eko, H.R dan Teuku
Muamar, 2007):
1.
Ikan yang digunakan segar atau beku, utuh atau tanpa isi perut.
2.
Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar
3.
Bahan baku harus bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan
pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat alami
lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan.
Berdasarkan medium jenis medium yang digunakan, produk tuna kaleng
dibedakan atas produk tuna in oil dan tuna in water/brine (Eko,
H.R dan Teuku Muamar, 2007).
Berikut ini adalah proses pengalengan ikan tuna (Eko, H.R dan
Teuku Muamar, 2007):
- Penerimaan bahan baku
Pada tahap pemeriksaan bahan baku
diambil 5% untuk dilakukan pengujian terhadap suhu, kadar histamin, kadar garam
dan organoleptik. Selain itu, dilakukan pengujian honeycomb, brosis dan
parasit dengan menggunakan test pack pada 2 ekor ikan tuna.
Bahan baku yang dipindahkan dari mobil
pengangkut ke cold storage tidak boleh lebih dari 3 jam. Penyimapanan
bahan baku dalam cold storage pada suhu -18 C dan lama penyimpanan maksimal 3 bulan. Sebelum diolah ikan
tunah harus melalui proses pelelehan terlebih dahulu.
- Penyiangan
Proses ini diawali dengan pemotongan
tuna menjadi 7-8 bagian yang terbagi menjadi 4 atau 5 bagian tengah, 1 bagian
leher, 1 bagian kepala, dan 1 bagian ekor. Kemudian proses dilanjutkan dengan
pengambilan isi perut dan insang. Limbah dari proses penyiangan ini biasanya
dimanfaatkan menjadi tepung ikan.
- Penyusunan dalam rak
Penyusunan bagian-bagian tuna dalam rak
dipisahkan berdasarkan bagian badan, ekor, dan kepala. Pemisahan ini dilakukan
karena setiap bagian ikan memiliki waktu pemasakan pendahuluan (precooking)
yang berbeda.
- Pemasakan pendahuluan (precooking)
Tujuan dari pemasakan pendahuluan ini
adalah untuk memudahkan proses pembersihan daging ikan, mengurangi kandungan
air, lemak dan membuat daging ikan menjadi lebih kompak. Proses pemasakan
dilakukan di dalam cooker dengan mengalirkan uap panas. Pengaliran uap
panas dihentikan apabila telah mencapai suhu 100C. Setelah diberi uap panas dilakukan penyemprotan dengan
air agar tekstur menjadi kompak.
- Pendinginan
Pendinginan dilakukan dalam ruang
pendingin selama ±3 jam. Pendinginan ini bertujuan untuk membuat daging lebih
kompak dan padat, sehingga memudahkan proses pengolahan selanjutnya.
- Pembuangan kepala dan kulit ikan
Proses pembuangan kepala dilakukan
dengan tangan setelah diambil dagingnya. Proses pembuangan kulit dilakukan
menggunakan pisau tajam dengan cara mengikis kulit sesuai arah otot daging
ikan. Pada tahapan ini juga dilakukan pembuangan tulang dan sisik.
- Pembersihan daging
Pembersihan daging ikan bertujuan untuk
memisahkan daging ikan dari daging gelap, tulang yang terdapat dalam daging dan
sisik yang masih tersisa setelah proses skinning. Proses pembersihan
daging ikan menghasilkan beberapa bagian daging antara lain solid, chunk,
flake, daging hitam, dan daging cucian. Bagian daging ini nantinya
disortir untuk memisahkan sisa daging hitam atau coklat yang masih ada, tulang,
dan sisik. Pensortiran juga dimaksudkan untuk menghindari adanya brosis, honeycomb
dan parasit pada ikan sehingga mutu ikan tetap terjaga.
- Pemotongan daging
Pemotongan dimaksudkan untuk memperoleh
bentuk dan ukuran ikan yang sesuai dengan kalengnya. Proses pemotongan
dilakukan menggunakan pisau yang tajam yang menghasilkan daging solid
dan serpihan (flake). Daging solid yang merupakan hasil utama
pemotongan dikikis dengan pisau dan menghasilkan serpihan yang nantinya
diisikan ke dalam kaleng.
- Pengisian daging ke dalam kaleng
Pengisian daging ke dalam kaleng
dilakukan dengan cara menata daging ikan ke dalam kaleng sesuai dengan tipe
produk (solid, chunk, flake, standar, dan grated).
Daging solid yang diisikan dalam satu kaleng berjumlah 2-3 potongan,
pengisian dilakukan sepadat mungkin sesuai dengan net weight, oleh
karenanya ditambahkan flake.
- Penambahan medium
Medium yang digunakan dalam pengalengan
tuna adalah minyak nabati atau air garam. Pada medium minyak nabati biasanya
ditambahkan garam sebanyak 2,8% dari berat medium. Pengisian medium tidak boleh
berlebih karena mempengaruhi kaleng saat penutupan dan dapat menyebabkan kaleng
membengkak atau bocor. Pengisian medium harus sampai batas head space
atau 6-10% dari tinggi kaleng. Suhu medium tidak boleh kurang dari 70°C, karena
suhu yang tinggi akan membuat kondisi vakum yang semakin tinggi.
- Penutupan kaleng
Penutupan kaleng dilakukan dengan
sistem double seaming secara otomatis menggunakan vacuum seamer,
yaitu mesin penutup kaleng yang sekaligus dapat melakukan penghampaan udara
dalam kaleng.
- Sterilisasi
Proses sterilisasi diawali dengan
penyusunan kaleng dalam keranjang sterilisasi. Selanjutnya keranjang dimasukkan
dalam retort dan disemprot dengan air yang mengandung khlorin 2 ppm
selama 10 menit. Proses sterilisasi berlangsung pada suhu 120C selama 2,8 menit. Setelah proses
berakhir dilakukan pendingian dengan menyemprotkan air yang mengandung klorin 2
ppm selama 30 menit untuk mencegah over cooking.
- Pendinginan dan pemeraman kaleng
Ikan tuan kaleng yang masih dalam
keranjang sterilisasi didinginkan dalam runag terbuka selam 24 jam. Uji
pemeraman dilakukan untuk mengetahui kesempurnan sterilsasi. Pemeraman
dilakukan dengan cara memasukkan ikan kaleng yang telah dingin ke dalam suatu
ruangan dengan suhu kamar dengan posisi terbalik. Kemudian dilakukan pengecekan
terhadap kerusakan. Daging yang dianggap rusak adalah kaleng yang menggembung
atau bocor. Pemeraman dilakukan selama 7 hari.
- Pelabelan
Label berisikan keterangan tentang ikan
yang dikalengkan, medium yang digunakan, berat bersih, nama produsen, tanggal
kadaluarsa, dan kandungan gizi.
- Pengepakan
Tuna kaleng dipak dalam master
carton. Desain master carton berisi tanggal produksi, jenis produk,
jumlah kaleng, dan nama produsen.
0 komentar:
Posting Komentar