Rabu, 28 Februari 2018

PEMBESARAN BANDENG



PEMBESARAN BANDENG

1. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan hal yang paling vital dalam pembuatan suatu tambak.Kesalahan dalam menentukan lokasi tambak akan mengakibatkan kerugian tidak hanya biaya dan tenaga tetapi juga kerugian waktu. Kasus akibat kesalahan pemilihan lokasi, yaitu tidak berproduksinya suatu tambak setelah dibangun karena tidak dapat diairi, sulit mendapatkan sarana produksi atau sulit mendapatkan tenaga kerja. Lokasi pertambakan hendaknya harus baik dalam pemilihan letak lokasinya yaitu dalam pemilihan lokasinya terletak di tepi jalan dan mudah dijangkau serta tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk. Hal ini didukung oleh pendapat Ditjenkan (1994), bahwa pemilihan lokasi untuk pembesaran bandeng haruslah memenuhi syarat-syarat :
a. Segi Sosial Ekonomi
1. Dekat dengan jalan umum, dimaksudkan untuk memudahkan dalam transportasinya sehinga dapat menghemat ongkos produksi.
2. Dekat dengan rumah, agar mudah dalam pengawasannya.
3. Daerah pengembangan budidaya ikan, bertujuan untuk memudahkan dalam memasarkan hasil.
4. Keamanan terjamin, bebas dari gangguan baik gangguan dari manusia jahil atau
gangguan dari hewan-hewan pengganggu.
5. Perkembangan kota dan industri, lokasi pertambakan tidak terkena daerah pemekaran kota dan bebas dari limbah industri.
6. Mudah mendapatkan tenaga kerja, tenaga haruslah terampil dalam mengurus ikan dan diharapakan yang menguasai teknik perikanan.
b. Segi Teknik
1. Sumber Air
Sumber air dalam kegiatan pembesaran ini menjadi bagian yang vital.
2. Penyediaan Nener
Benih bandeng dalam setiap pertumbuhannya mempunyai ukuran yang berbeda. Hal inilah yang membuat para pengumpul/pedagang memberi nama pada setaip ukuran benih untuk mempermudah penjualannya ke konsumen.
Berikut nama-nama benih beserta ukurannya menurut Ismail et al.(1998), yaitu :
a. Telur           : berdiameter 1,10 – 2,25 mm
b. Larva          : telur yang baru menetas sampai berumur 30 hari.
c. Nener         : benih dengan ukuran 1 – 1,5 cm.
d. Seasem       : benih dengan ukuran 2 – 3 cm.
e. Segilang      : benih dengan ukuran 4 – 5 cm.
f. Sogok         : benih dengan ukuran 5 – 7,5 cm.
g. Fingerling   : benih dengan ukuran 12 - 13 cm, sering disebut juga muda atau yuwana.
Nener yang akan digunakan dalam setiap kegiatan budidaya menurut Ditjenkan (1991), merupakan nener yang sehat dan mempunyai kiteria, sebagai berikut :
a. Mempunyai kebiasaan berenang bergerombol menuju satu arah mengikuti arah jarum jam atau sebaliknya.
b.  Memiliki daya renang yang lebih lincah/agresif. Gerakan lamban atau tidak teratur menandakan bahwa nener tersebut kurang sehat.
c. Cepat mengadakan reaksi apabila ada kegiatan pada wadah pengangkutannya.
Reaksi yang lamban menandakan nener kurang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi pengangkutan yang terlalu lama atau kurang tersedianya pakan.
3.  Persiapan Pembesaran
-    Pembagian Petak Tambak
Bandeng dalam pertumbuhannya mempunyai tahapan-tahapan, dimana tahapan tersebut dibagi dalam beberapa petakan yang berbeda, yaitu :
a. Petak Pendederan (nursery pond)
Luas petakan untuk pendederan adalah 600 m2 dengan bentuk segi panjang dan berdinding beton. Petak ini berfungsi untuk membesarkan atau merawat nener selama 30 hari (Hadie dan Supriatna, 2000). Pemeliharaan selama di petak pendederan, nener mendapatkan makanan dari klekap yang tumbuh dipetak tersebut dan salah satu proses penumbuhan pakan alami yang sangat vital adalah pengeringan. Pengeringan tanah merupakan kunci keberhasilan dalam penumbuhan pakan alami atau klekap, apabila tanah sudah terlihat retak-retak atau saat kita berjalan di atas tanah tersebut, tanah akan turun 2 cm maka pengeringan sudah dianggap cukup. Selanjutnya adalah pengisian air secara bertahap dengan kedalaman air 10 cm yang dilanjutkan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik, yaitu : urea sebanyak 0,5 g/m2 dan NPK 20g/m2. Setelah pertumbuhan klekap dianggap cukup pengisian air berikutnya dinaikkan menjadi 40 cm. Padat penebaran nener pada petak pendederan ini, yaitu 50 ekor/m2. Selama waktu pemeliharaan 30 hari, nener telah tumbuh dan panjangnya mencapai ± 5 – 8 cm, berat 1,85 g/ekor dan siap ditebarkan ke dalam petak penggelondongan (buyaran).
b. Petak Penggelondongan (transition/fingerling pond)
Berbeda dengan petak pendederan maka petak penggelondongan ini lebih luas dan lebih dalam. Luas petak yang digunakan yaitu 1.000 m2 dengan ketingian air 70 cm. Petak penggelondongan ini menurut Hadie dan Supriatna (2000), fungsinya adalah sebagai tempat membesarkan nener hasil dari petak pendederan sampai  tumbuh menjadi gelondongan dengan ukuran 16 cm yang dicapai selama waktu pemeliharaan 30 hari. Padat penebaran nener pada petak ini lebih kecil dari petak pendederan, yaitu 5 ekor/ m2. Nener pun mulai diberikan pakan buatan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, adapun pakan yang digunakan untuk nener dalam penggelondongan ini adalah dengan ukuran diameter pellet 3,3 mm. Proses pemindahan gelondongan dilakukan dengan cara menjaring ikan ke salah satu sudut kolam menggunakan waring, kemudian gelondongan muda ini dimasukkan ke dalam hapa lalu dihitung jumlahnya. Selanjutnya di lakukan pengangkutan dengan menggunakan kantong plastik yang telah diisi air. Tahap berikutnya adalah penebaran gelondongan ke dalam petak pembesaran (rearing pond) melalui proses aklimatisasi.
c.  Petak Pembesaran (rearing pond)
Luas petakan yang digunakan 2.000 m2 dengan padat tebar 5 ekor/m2 sehingga jumlah gelondongan yang tebar sebanyak 10.000 ekor. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad dan Yakob (1998), bahwa luas petakan sebaiknya tidak lebih dari 0,5 ha dan berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar.
Bentuk empat persegi panjang merupakan bentuk ideal karena memudahkan pada saat menggerakkan alat panen (Idel dan Wibowo, 1996). Petak pembesaran ini fungsinya hampir sama dengan fungsi petak penggelondongan dan menurut Hadie dan Supriatna (2000), petak pembesaran merupakan tempat terakhir pemeliharaan ikan untuk menjadi ukuran konsumsi. Pakan yang diberikan pakan untuk nener di petak pembesaran ini pakannya berupa pakan buatan sama seperti pakan yang digunakan penggelondongan.

Persiapan Tambak
Sebelum dilakukan kegiatan pemeliharaan, tambak yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan tambak dilakukan untuk membuang sisa bahan beracun dan bibit penyakit. Kegiatan selama proses persiapan tambak ini antara lain, yaitu : pengeringan atau pengurasan  tambak, perbaikan pematang, pengapuran dan pemupukan serta pengisian air yang dilakukan secara bertahap.
Air diisi secara bertahap dengan tujuan agar kotoran yang terbawa masuk ke dalam tambak bisa diendapkan terlebih dahulu dan untuk menstabilkan suhu air di dalam tambak. Sehingga saat nener dimasukkan suhu air tambak sudah stabil. Waktu yang biasanya dibutuhkan dalam mempersiapkan tambak yaitu selama kurang lebih 14 hari.
Penebaran
Penebaran gelondongan dilakukan pada pagi hari saat suhu masih rendah untuk menghindari agar ikan tidak mengalami stress dan dapat menekan tingkat mortalitas. Suhu air tambak pada saat penebaran adalah 27 0C dengan nilai pH 6,8 dan salinitasnya 10 ppt. Hal yang harus diperhatikan sebelum penebaran adalah kesehatan dan vitalitasnya. Penebaran gelondongan ini melalui proses aklimatisasi (Ditjenkan, 1994) yang meliputi suhu, salinitas dan pH. Ukuran gelondongan pada saat ditebar yaitu 40 g/ekor dan panjangnya 16 cm dengan jumlah penebaran 10.000 ekor. Aklimatisasi suhu dilakukan dengan cara mengapungkan kantong plastik dipermukaan air selama kurang lebih 15 menit atau sampai permukaan dalam plastik mengembun, sedangkan aklimatisasi terhadap peubah lingkungan dilakukan dengan memasukkan air sedikit demi sedikit sampai ikan keluar dari kantong plastik dengan sendirinya .
Selain waktu dan cara penebaran, hal lain yang harus diperhatikan adalah padat penebaran. Padat penebaran harus disesuaikan dengan daya dukung lahan (carrying capacity). Sebelum penebaran jumlah gelondongan yang akan ditebar dihitung jumlahnya. Padat tebar gelondongan pada petak pembesaran ini adalah 5 ekor/m2. Padat penebaran ini sesuai dengan pendapat William et al., (1987) dalam Mayunar (2002), bahwa dengan padat penebaran tinggi akan meningkatkan resiko kematian dan memperlambat pertumbuhan bobot individu. Selain itu, akan terjadi kompetisi terhadap kebutuhan makanan, ruang gerak, dan kondisi lingkungan.




MEMBUAT KOMUNIKASI EFEKTIF



MEMBUAT KOMUNIKASI EFEKTIF

Penyuluh perikanan dalam tugasnya sehari-hari dituntut untuk bisa melakukan komunikasi yang efektif dengan para pelaku utama perikanan dan juga kepada masyarakat lain yang berhubungan dengan usaha perikanan, maupun dengan anggota masyarakat yang lainnya. Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan penyampaian suatu informasi kepada masyakat. Pada tulisan ini akan saya sampaikan mengenai permasalahan komunikasi yang pada permulaannya dimulai dengan pengertian dasar komunikasi.

I. DASAR – DASAR  KOMUNIKASI
A.  Mengapa manusia melakukan komunikasi?
• Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan dilakukan melalui komunikasi.
• Hasrat dan upaya manusia untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan.
• Upaya manusia untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain.
• Upaya manusia untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.

B.   Pengertian komunikasi
Pengertian Komunikasi :
•   Pengiriman atau tukar menukar informasi, ide (Oxford Dictionary)
•   Proses lewatnya informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain (Keith Davis)
•   Proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti (Phil Astrid Susanto)
•           Proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang dalam (Rogers & Kincaid, 1981).
•   Proses dimana suatu ide dialirkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Rogers, 1986).
•   Proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan mengggunakan media dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua pihak serta saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolis (Marpaung dan Renaldi, 2001)
•           Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Onong Uchjana Effendy)
•           Komunikasi sebagai kombinasi skill, science dan art (Severin dan Tankard (1992)
Dalam ”Oxford Dictionary” (terbitan Oxford University press, tahun 1956) kita dapati bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah ”The sending or exchange of information , idea, etc.” yang artinya “pengiriman atau tukar –menukar informasi, ide, dan sebagainya”.
Selanjutnya Keith Davis dalam bukunya ”Human relation at work” menyebutkan ”Communication is the process of passing  information and  understanding from one person to another”. Artinya adalah proses lewatnya informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Sedangkan Phil Astrid Susanto dalam bukunya ”komunikasi dalam teori dan praktek” menyebutkan ”komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti”.
Dari pendapat para ahli tersebut kita dapat merumuskan bahwa ”komunikasi adalah penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang lain, dengan menggunakan lambang-lambang dan penyampaian tersebut merupakan suatu proses”.
               
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media dan cara penyampaian informasi yang difahami oleh kedua pihak, serta saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolik, sedangkan teknik komunikasi efektif adalah merupakan keterampilan dan kemampuan inter disipliner yang harus dikuasai oleh setiap orang khususnya dalam mewujudkan misi pelayanannya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

C.   Tujuan Komunikasi
Dipandang dari segi manfaat atau keuntungan komunikasi dapat memiliki beberapa tujuan di antaranya adalah:
•   Informative -> memberikan informasi (pendekatan pada pikiran : gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya)
•   Persuasive -> menggugah perasaan (pendekatan pada emosi : keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dll)
•   Entertainment -> menghibur
•   Mengubah sikap/perilaku (to change the behavior)
•   Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
•   Mengubah masyarakat (to change the society)

Dalam berkomunikasi kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Dalam melakukan proses komunikasi kepada masyarakat perikanan kita berbicara dengan pelaku utama beserta keluarganya. Kalau berbicara harus jelas apa tujuaannya. Demikian pula dalam hal komunikasi melalui bahan-bahan tulisan seperti poster, folder, pamflet, dan sebagainya, tujuannya harus jelas. Kejelasan tujuan sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa tujuan yang jelas, sulit bagi kita untuk mengharapkan respon yang benar dari proses komunikasi.
Tujuan komunikasi yang jelas mengandung beberapa dimensi dan dimensi tersebut dapat dilihat dari segi:  (1) Siapa dan (2) Bagaimana.
1.    Siapa
Dalam hal siapa yang berkomunikasi terdapat dua dimensi sebagai pelaku dalam komunikasi, yaitu sumber (pengirim) dan penerima. Tujuan berkomunikasi dari kedua dimensi ini harus relevan, agar dapat terjadi komunikasi yang efektif. Tujuan si pengirim dan si penerima pesan harus berkaitan, artinya dalam melakukan kegiatan penyuluhan perikanan tujuan penyuluh harus berkaitan dengan tujuan orang yang disuluh (sasaran) yaitu pelaku utama bidang perikanan dan keluarganya. Pada saat kita akan datang berkunjung kepada sasaran, tujuan kedatangan kita harus diberitahukan sebelumnya agar mereka tahu tentang tujuan kita dan hubungannya dengan tujuan mereka. Penjelasan tentang tujuan komunikasi ini pun penting dalam setiap kegiatan komunikasi, seperti dalam surat menyurat, menulis artikel dan sebagainya. tujuannya harus dikemukakan lebih dahulu dengan jelas.

Dalam komunikasi, kita mengenal dua jenis penerima atau sasaran, yaitu: sasaran yang direncanakan (intended receiver) dan sasaran yang tidak direncanakan  (unintended receiver).
Jika kita menulis  sesuatu misalnya tentang teknologi budidaya ikan nila, maka pada diri kita harus sudah terbayang siapa sasaran yang dimaksud (intended) misalnya para pembudidaya dan keluarganya. Apakah tulisan tersebut akan dibaca oleh orang lain yang bukan kita maksudkan (unintended) yaitu bukan pembudidaya, tidak menjadi soal, yang penting informasi atau pesan (message) yang kita sampaikan harus sesuai dengan keadaan/kebutuhan sasaran utama yang kita programkan.
Dalam berkomunikasi dengan sasaran melalui tulisan ataupun lisan setiap penyuluh harus selalu sadar akan sasaran utama (intended) tersebut dan jangan terpengaruh oleh yang bukan sasaran (ununtended). Dengan kata lain penyuluh harus memperhatikan tujuan sasaran yang disuluh. Penyuluhan diusahakan agar mencapai sasaran, sehingga dapat memusatkan tujuan yang sesuai keinginan penyuluh, sehingga dengan demikian tujuan pengirim berkaitan dengan tujuan sasaran.

2. Bagaimana
Dalam tujuan komunikasi  harus jelas efek (hasil) yang  yang dikehendaki, baik oleh sumber/pengirim maupun oleh sasaran/penerima (pelaku utama dan keluarganya). Kita berkomunukasi bukan hanya sekedar menyampaikan pesan tapi mengharapkan kelanjutannya.  Bila kita mengirim surat, kita tidak puas dengan mengirim dan hanya sekedar tiba di alamat saja, akan tetapi kita mengharapkan respons atau balasan dari si penerima. Lebih jauh dari itu, setelah surat tersebut dibalas kita pun mengharapkan lanjutannya, dan tindakan-tindakan lain sesuai tujuan yang diharapkan. Sebagai penyuluh perikanan selalu punya keinginan agar apa yang disuluhkan dapat dilaksanakan atau diterapkan oleh pelaku utama beserta keluarganya. Hal yang harus selalu kita ingat adalah memikirkan tentang apa yang dikehendaki oleh sasaran, yaitu hasil apa yang mereka harapkan dari berkomunikasi dengan penyuluh tersebut. Akan tetapi kalau hal tersebut ditanyakan kepada mereka mungkin mereka tidak akan membawanya, hal ini bukan karena mereka tidak mempunyai harapan.

Sekarang persoalannya ialah bagaimana agar pada saat berkomunikasi dengan orang lain, mereka akan mau memperhatikan dengan sebaik-baiknya? Salah satu cara adalah dengan memperhitungkan dan memperhatikan dengan sebaik-baiknya dengan harapan dan keinginan mereka. Hal ini tentu merupakan pekerjaan yang tidak gampang, akan tetapi setiap penyuluh harus berusaha  dan harus mampu mengorek dan menganalisis keinginan dan harapan-harapan dari sasaran yang akan diajak berkomunikasi dalam penyuluhan perikanan.

Kita ambil suatu contoh, misalnya kita menghadapi seorang pembudidaya yang sedang bingung memikirkan ikan nila yang sedang dipelihara di kolamnya terancam hama penyakit (belum menyerang), pembudidaya tersebut cemas, khawatir bila hama-hama penyakit betul-betul menyerang ikannya maka panennya akan gagal. Dalam situasi yang demikian wajar kalau pembudidaya sangat mengharapkan bantuan untuk mencegah serangan hama penyakit ikan yang dipeliharanya. Dengan demikian pada keadaan tersebut bila tenaga pendamping/penyuluh berbicara tentang hama penyakit ikan nila dan cara-cara pemberantasannya, maka pembudidaya akan menunjukkan respons yang baik terhadap pembicaraan tenaga pendamping/penyuluh tersebut. Berbeda halnya seandainya penyuluh berbicara soal tunggakan kredit usahanya, maka mungkin pembudidaya tersebut tidak akan memperhatikan sama sekali pembicaraan penyuluh karena hal tersebut bukan merupakan harapan dan keinginan dari pelaku utama pada saat tersebut.


IKLIM, CUACA DAN ANGIN DALAM PENENTUAN LOKASI TAMBAK GARAM



IKLIM, CUACA DAN ANGIN
DALAM PENENTUAN LOKASI TAMBAK GARAM

Pendahuluan

Komoditas garam merupakan komoditas strategis. Sehari-hari, garam merupakan pelengkap kelezatan cita rasa sebuah makanan. Kegunaan penting garam lainnya adalah bagi kesehatan, diantaranya  menjaga keseimbangan cairan tubuh dan berperan dalam produksi hormon tiroid. Garam juga digunakan dalam industri kimia, farmasi, dan industri lainnya..
Teknik produksi garam di Indonesia menggunakan teknik solar evaporator, atau mengandalkan panas matahari untuk mengeringkan air asin yang berasal dari laut. Garam diproduksi dengan cara menguapkan air laut yang dipompa di lahan pergaraman. Kondisi cuaca menjadi salah satu penentu keberhasilan target produksi garam. Karena mengandalkan sepenuhnya ada sinar matahari, maka produksi garam tidak dapat dilakukan sepanjang tahun. Dalam setahun, periode produksi berlangsung selama lima bulan, Juni hingga Oktober. Pada bulan tersebut cuaca memasuki musim kemarau dan matahari bersinar terik.

Cuaca dan Iklim
Apakah yang dimaksud dengan cuaca dan iklim? Yang dimaksud dengan cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Iklim dapat terbentuk karena adanya:
a.  Rotasi dan revolusi bumi sehingga terjadi pergeseran semu harian matahari dan tahunan; dan
b. Perbedaan lintang geografi dan lingkungan fisis. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya penyerapan panas matahari oleh bumi sehingga besar pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi.
Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut Meteorologi. Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, dan curah hujan.

Iklim Indonesia dengan curah hujan relatif tinggi dan dipengaruhi oleh keragaman iklim seperti El- Nino Southern Oscillation (ENSO) menjadi faktor pembatas pada produktifitas dan proses produksi garam dengan sistem evaporasi. Semakin tinggi konsentrasi air garam di dalam kolam peminihan, semakin sensitif kolam tersebut terhadap curah hujan. Curah hujan dan frekuensi hari hujan selama produksi mempengaruhi penurunan produktifitas garam. Sebaliknya, panjang musim kemarau meningkatkan produktifitas garam.
Penentuan awal musim pembuatan garam adalah dengan cara mengamati perilaku iklim sebagai berikut :
a.  Curah hujan tahunan mendekati atau melebihi curah hujan tahunan rata-rata pada masing-masing lahan pegaraman.
b.  Curah hujan dalam 2 (dua) dekade berturut-turut dibawah 50 mm/dekade.
c.  Kecepatan angin minimal 5 mm/detik.
d.  Arah angin dari arah timur.
e.  Kelembaban udara dibawah 70 %.
f.  Konsentrasi air laut > 2 °Be.
g.  Penguapan air laut 4 – 5 m

Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat panas disebut Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau temperatur udara dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi.

Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Ø Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus.
Ø Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima bumi.
Ø Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
Ø Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi.
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan. Besarnya tekanan udara diukur dengan barometer dan dinyatakan dengan milibar (mb).

Tekanan udara dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Tekanan udara tinggi, lebih dari 1013 mb.
2) Tekanan udara rendah, kurang dari 1013 mb.
3) Tekanan di permukaan laut, sama dengan 1013 mb.

G.  ANGIN
Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang angin, yaitu meliputi:
1) Kecepatan Angin
Kecepatan angin dapat diukur dengan suatu alat yang disebut Anemometer. Kecepatan angin dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
a)  Relief Permukaan Bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya besar dan rintangannya banyak, maka angin akan berkurang kecepatannya.
b)  Ada Tidaknya Tumbuh-tumbuhan
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan sebaliknya, bila pohon-pohonannya jarang maka sedikit sekali memberi hambatan pada kecepatan angin.
c)  Tinggi dari Permukaan Tanah
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan hambatan karena bergesekan dengan muka bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di atas permukaan bumi bebas dari hambatan-hambatan.
2) Kekuatan Angin
Kekuatan angin ditentukan oleh kecepatannya, makin cepat angin bertiup maka makin tinggi/besar kekuatannya.
3) Arah Angin
Menurut seorang ahli meteorologi bangsa Belanda yang bernama Buys Ballot mengemukakan hukumnya yang berbunyi: Udara mengalir dari daerah maksimum ke daerah minimum. Pada belahan utara bumi, udara/angin berkelok ke kanan dan di belahan selatan berkelok ke kiri. Pembelokan arah angin terjadi karena adanya rotasi bumi dari barat ke timur dan karena bumi bulat. Dalam mempelajari cuaca, diantaranya perlu mengetahui arah angin. Arah angin dapat diketahui melalui arah baling-baling angin.
4) Macam-macam Angin
Angin dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
a) Angin tetap, yaitu angin yang arah tiupnya tetap sepanjang tahun, seperti:
- angin passat, yaitu angin yang bertiup terus menerus dari daerah maksimum subtropis utara dan selatan (30° - 40°) menuju ke minimum khatulistiwa.
- angin barat, yaitu angin antipassat (angin yang berhembus di atas angin passat pada ketinggian (30 km dan arahnya berlawanan dengan angin passat).
- angin timur, yaitu angin yang bertiup dari kedua daerah maksimum kutub menuju daerah minimum subpolar (lintang 66 1/2°C LU dan LS°.
b) Angin periodik. Angin ini dibagi menjadi:
- Angin periodik harian meliputi angin darat dan angin laut; angin gunung dan angin lembah.
- Angin periodik setengah tahunan, disebut juga dengan angin muson (musim).
c) Angin lokal, yaitu angin yang bertiup pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Misalnya : angin kumbang, angin fohn, angin brubu, angin bahorok, angin gending, dan lain-lain.