BUDIDAYA TIRAM
Tiram |
Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa
dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel
pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang
mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram
jenis ini adalah Filipina.
A. Sistematika
A. Sistematika
Famili
: Ostreidea
Species
: Crassostrea iredalei
Nama
dagang : Oysters
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1.
Ciri fisik
Tiram
merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding
cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated).
Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea
agak memanjang dan cekung.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian
pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang
yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang
berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan
makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad.
Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.
Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).
Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.
Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).
Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.
Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan
budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi.
Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya
tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus
diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan
jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta
konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi
dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.
D. Wadah Budi Daya
Jenis
wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi
daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar.
Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m. Rak dapat terbuat dari
kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi
kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak.
Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m
ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang
dipasang memanjang.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor. Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor. Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.
E. Pengelolaan Budi Daya
1.
Pengumpulan benih
Benih
tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia,
belum ada Hatchery yang menyediakan benih tiram, jadi benih harus dikumpulkan
dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat,
yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan
genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat
dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur
dengan laju pengendapan lumpur rendah.
2.
Pernbesaran
Benih
yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen
(konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang
digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan
yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi
daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang
sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang
dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi
benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang
diatur 80 cm.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan
makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.).
Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah
Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi penempelan
teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu,
untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual
pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
G. Panen
Panen
mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm
panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak
benih tiram menempel pada substrat. Namur demikian, tingkat kesuburan perairan
sangat menentukan.
Sumber : Penebar Swadaya, 2008
0 komentar:
Posting Komentar