PEMANFAATAN LIMBAH NON
EKONOMIS IKAN MENJADI GELATIN
Gelatin
merupakan protein hasil hidrolisis kolagen tulang dan kulit yang banyak
digunakan untuk berbagai keperluan industri, baik industri pangan maupun
non-pangan karena memiliki sifat yang khas, yaitu dapat berubah secara
reversibel dari bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin, dapat membentuk
film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid.
Pada suhu 71°C gelatin mudah larut dalam air dan membentuk gel pada suhu 49°C.
Gelatin memiliki sifat larut air sehingga dapat diaplikasikan untuk keperluan
berbagai industri.
Industri
yang paling banyak memanfaatkan gelatin adalah industri pangan. Dalam bidang
farmasi, gelatin dapat digunakan dalam bahan pembuat kapsul, pengikat tablet
dan pastilles. Dalam industri fotografi, gelatin digunakan sebagai pengikat
bahan peka cahaya. Dalam industri kertas, gelatin digunakan sebagai sizing
paper. Dengan kegunaan tersebut penggunaan gelatin sangat meluas hingga untuk
produk-produk keperluan sehari-hari.
Gelatin
merupakan suatu turunan protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang,
dan tulang rawan. Tulang dan kulit ikan keras (teleostei) merupakan limbah dari
proses pengolahan hasil perikanan yang selama ini tidak dimanfaatkan dan akan
menimbulkan kerugian terutama pencemaran lingkungan jika dalam jumlah besar.
Penggunaan tulang ikan keras ini dapat dijadikan sebagai suatu alternatif non
konvensional untuk mencari sumber gelatin selain dari kulit dan tulang sapi
maupun babi. Tulang ikan mengandung kolagen. Apabila kolagen dididihkan di
dalam air yang dikombinasikan dengan perlakuan asam atau basa, akan mengalami
transformasi menjadi gelatin. Kandungan kolagen pada tulang ikan keras
(teleostei) berkisar 15-17%, sedangkan pada tulang ikan rawan (elasmobranch)
berkisar 22-24%.Nilai ini sangat
menguntungkan karena tulang ikan yang selama ini merupakan limbah non ekonomis
dapat dimanfaatkan dan bernilai tinggi.Proses yang dilakukan untuk membuat
gelatin dari tulang ikan antara lain:pembersihan tulang dari daging-daging dan
lemak dengan cara dididihkan dengan air (degreasing), penjemuran,
penumbukan tulang, ekstraksi dengan pengadukan, dan juga setelah degreasing dilakukan
perendaman dengan menggunakan larutan HCl 5 % selama 48 jam, pencucian untuk
menetralkan pH ossein, ekstraksi dengan dandang dan soxhlet selama waktu
tertentu dan volume larutan pengekstraksi berbeda, penyaringan, pemekatan,
pengovenan selama 24 jam dan pengecilan ukuran, kemudian yang terakhir adalah
analisa hasil.
Proporsi
bagian tubuh ikan bervariasi tergantung jenis dan ukuran ikan. Kulit dan tulang
ikan dapat diperoleh dari limbah industri fillet ikan yang banyak ditemukan di
berbagai tempat di Indonesia, baik untuk tujuan pemasaran lokal maupun ekspor.
Selain itu, tulang dan kulit ikan dapat diperoleh dari limbah pada industri
pengalengan/fillet tuna maupun ikan-ikan dasar ekonomis penting.
Salah
satu model yang dapat dikembangkan untuk produksi gelatin ini adalah dengan
menempatkan kegiatan pengolahan gelatin ini pada industri fillet ikan yang
menghasilkan limbah non ekonomis sebagai bagian produksi. Sebagai contoh,
industri fillet ikan memanfaatkan limbah tulang, kulit, dan bagian tubuh lain
untuk menghasilkan gelatin. Dengan model ini, industri fillet tersebut akan
mendapatkan nilai komersial tambahan sekaligus mendapatkan cara untuk mengatasi
limbahnya.
Model
lain adalah dengan mengembangkan usaha pengolahan gelatin ini di daerah sentra
perikanan. Bahan baku dapat diperoleh dengan mengumpulkan limbah tulang dan
kulit dari industri atau pengolahan ikan di sekitarnya. Dengan model ini akan
tumbuh usaha-usaha baru pengumpulan limbah tersebut sehingga membuka usaha dan
lapangan kerja baru. Di sisi lain, model ini sekaligus membantu mengatasi
masalah penanganan limbah.
Karena
itu, ikan sebagai bahan baku gelatin memiliki peluang besar untuk dikembangkan.
Terlebih lagi gelatin dari ikan ini dapat menggunakan kulit dan tulang ikan
yang pada dasarnya adalah limbah industri pengolahan ikan. Sumber bahan bakunya
pun banyak ditemukan. Maka pengembangan produksi gelatin dengan bahan baku ikan
tidak hanya mampu mengatasi masalah yang bertentangan dengan agama, tetapi juga
dapat diproduksi menggunakan bahan yang cukup murah, membuka lapangan kerja
baru, yang sekaligus membantu mengatasi masalah lingkungan.
Sumber :
Muhammad Tauhid Maulana, A.Md dan berbagai referensi lainnya. Dipublikasikan sebagai bahan informasi publik dan bukan dikomersilkan
0 komentar:
Posting Komentar