PEMBUATAN GARAM RAKYAT DENGAN TEKNOLOGI GEO MEMBRAN
Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini
adalah rendahnyanya kualitas dan kuantitas terhadap kebutuhan garam nasional
seiring dengan bertambahnya penduduk dan pesatnya perkembangan industri yang
terkait garam (mineral). Ada beberapa permasalahan pokok yang perlu
diselesaikan secara bersama oleh instansi yang terkait dengan produksi garam
nasional. Permasalahan tersebut di antaranya tentang penerapan teknologi dan teknis
produksi.
Masalah Penerapan Teknologi
Petani garam dalam proses pembuatan garam menggunakan cara
yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut di dalam Petak Penggaraman
dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apa pun. Dengan demikian
walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat
beragam. Selain itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh
rakyat sempit.
a. Areal sarana
Tambak garam pola tradisional |
Luas areal pada pegaraman rakyat yang dimiliki secara
perorangan sangat kecil yaitu berkisar antara 0,5 sampai dengan 5 hektar per
unit dengan penataan Petak Peminihan dengan Petak Kristalisasi yang tidak
memenuhi persyaratan dimana Petak Peminihan lebih sangat luas dibandingkan
dengan petak kristalisasi.
b. Proses
Secara umum dalam proses produksi garam rakyat adalah total
kristalisasi , dimana air tua yang berada di Meja Peminihahan bila dianggap
mencukupi kepekatanya langsung dialirkan ke Meja–Meja Kristalisasi, tanpa
pengontrolan kepekatan larutan air garam yang memenuhi syarat. Selain hal
tersebut juga pada saat pemadatan atau pengolahan di Meja
Kristalisasi kurang bagus atau kurang padat, sehingga pada saat pemanenan
kemungkinan permukaan meja tanahnya akan ikut terbawa yang mengakibatkan warna
kristal garam menjadi keruh atau coklat.
c. Produktifitas
Produktifitas rata–rata petani garam berkisar 60 ton sampai
80 ton per hektar per musim dikarenakan petakan–petakan yang digunakan selama
proses produksi garam masih belum tertata secara benar atau tetap sama
secara turun temurun tanpa sentuhan teknologi apa pun.
d. Mutu garam
Garam yang dihasilkan dalam bentuk kristal yang kecil dan
rapuh hal ini dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya
serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 s.d 5 hari.
Masalah Teknis Produksi
a. Teknis Produksi
Peralatan dan cara produksi masih sederhana, saluran air
bahan baku tidak tertata sehingga pasokan air sebagai bahan baku tidak
kontinyu. Kemampuan sumberdaya manusia petani garam dalam peningkatan produksi
masih terpusat di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan di wilayah lain
kualitas sumberdaya manusianyanya masih harus ditingkatkan.
b. Iklim
Musim kemarau di pulau Jawa relatif pendek yaitu berkisar
empat sampai lima bulan per tahun dengan kelembaban yang tinggi, sehingga
produksi garam masih rendah. Di wilayah Indonesia Timur musim kemarau dapat
berlangsung antara tujuh sampai delapan bulan.
c. Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan garam rakyat rata–rata masih rendah
yaitu sekitar 60 s.d 80 ton/ha/musim.
d. Kualitas Produk
Kualitas produk tidak seragam dengan kandungan zat pencemar
yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam
melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya, oleh Karena itu garam rakyat
cenderung dijual dengan kualitas seadanya. Sebagai perbandingan garam konsumsi
produksi PT. Garam mengandung NaCl 95 % – 97 %, sedangkan garam rakyat
mengandung NaCl lebih kecil dari 95%.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana garam rakyat belum tertata dan kurang
memadai. Tata letak pegaraman rakyat umumnya tidak teratur dan
terpencar-pencar, sarana jalan yang menghubungkan petak/lahan dengan jalan raya
sebagai sarana transportasi hampir dikatakan tidak ada atau tidak memadai. Hal
ini menyebabkan biaya angkut ke tepi jalan raya (transportasi ke atas truk
pengangkut) menjadi tinggi sehingga pendapatan pembudidaya garam pada umumnya
menjadi lebih kecil.
Tambak garam pola semi intensif |
Sehubungan hal itu perlu ada sentuhan teknologi bagi
pembudidaya garam rakyat. Langkah awal adalah penataan lahan yang ada yaitu
merubah lahan dari tradisional menjadi semi intensif. Lahan tradisional umumnya
terdiri dari: Kolam Penampung Air Muda, Kolam Peminihan, Meja Kristalisasi.
Kolam Penampung Air Tua hanya ada di sekitar Meja Kristalisasi yang berbentuk
parit. Pada lahan semi intensif terdiri dari: Kolam Penampung Air Muda, Kolam
Peminihan, Kolam Ulir, Kolam Penampung Air Tua dan Meja Kristalisasi. Dari
perbedaan tersebut pada lahan semi intensif akan cepat didapat air tua
yaitu dengan penambahan Kolam Ulir, dan untuk meningkatkan produksi garam
diperluasnya Meja Kristalisasi. Dengan penambahan petak ini tidak perlu
dikawatirkan kekurangan air tua karena stok air tua sudah tersedia di Kolam Penampung
Air Tua.
Untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang perlu dilaksanakan
oleh pembudidaya garam adalah pengontrolan air tua yang akan dilepas ke Meja
Kristalisasi dimana air tua yang akan dilepas harus mempunyai kepekatan 25° Be
agar didapat kristal garam yang baik, yaitu kristal garam tersebut tidak mudah
rapuh dengan waktu pemanenan minimal 10 hari.
Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah
kondisi Meja Kristalisasi, karena pada umumnya pembudidaya garam rakyat selama
musim kemarau ingin memanen garamnya secara terus menerus, tidak lagi
memperhatikan kondisi lapisaan atas meja kristalisasi.Padahal dengan pemanenan
yang terus menerus menyebabkan tanah lapisan atas Meja Kristalisasi akan rusak,
sehingga didapat kristal garam yang warnanya keruh atau kecoklatan. Untuk
mencegah hal tersebut pembudidaya garam rakyat dianjurkan menerapkan teknologi
geo membaran.
Lahan Garam dengan Teknologi Geo Membran
Berdasarkan tinjauan masalah teknologi dan produksi garam
rakyat maka saat ini telah diterapkan metode pembuatan garam dengan
teknologi geo membaran. Dengan metode tersebut diperoleh garam yang berkualitas
sesuai standar SNI dan produksi garam yang dihasilkan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan.
Tahapan Teknologi Geo Membaran
a. Lahan tambak yang digunakan harus
dirubah tata letaknya, yaitu dari lahan
tradisional menjadi semi intensif. Perubahan tata letak ini dimaksudkan untuk
meningkatkan hasil produksi, dimana pada lahan semi intensif terdiri dari
beberapa petakan, yaitu:
a. Kolam Penampung Air Muda
b. 2 Buah Kolam Peminihan
c. Kolam Ulir
d. Kolam Penampung Air Tua
e. Meja Kristalisasi
Perubahan lahan tersebut dapat meningkatan produksi secara
nyata yaitu mencapai 40% hingga 60%. Peningkatan produksi terjadi karena
efisiensi pemanfaatan lahan yakni 35 % luas lahan digunakan untuk Kolam
Penampung Air Tua, Kolam Peminihan, Kolam Ulir dan Kolam Penampung Air Tua,
sedangkan 65 % digunakan untuk Meja Kristalisasi.
Selain produksi meningkat keuntungan yang lain dari sistem
semi intensif ini adalah masa produksi yang lebih cepat. Dalam waktu 14 hari
akan didapat air tua, sedangkan pada lahan tradisional memerlukan waktu sampai
30 hari.
b. Melapisi Meja Kristalisasi
dengan Terpal Plastik
Untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang saat ini menjadi
tuntutan pasar maka petani garam harus mau menambah sarana yang ada. Karena
saat ini produksi garam rakyat dinilai kurang memenuhi syarat SNI, yakni nilai
NaCl yang rendah, warna buram kecoklatan dan rapuh. Oleh karena itu
dikembangkanlah teknologi geo membaran. Didalam teknologi geo membran seluruh
meja kristalisasi dilapisi terpal plastik. Hal ini untuk menjamin terhadap
kebersihan produksi garam.
Dengan teknologi Geo Membran pembudidaya garam rakyat selama
musim garam dapat memanen garamnya secara terus menerus, tidak perlu khawatir
lagi terhadap kualitas garam yang dihasilkan karena kristal–kristal garam
tersebut tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga akan didapat kristal garam
yang putih, bersih dan berbobot. Selain pada Meja Kristalisasi yang dilapisi
dengan terpal plastik juga pada Saluran Pemasukan Air Tua dari Kolam Penampung
Air Tua ke Meja Kristalisasi perlu dilapisi terpal plastik. Ini dimaksudkan
untuk mencegah lumpur tanah yang ada pada saluran pemasukan jangan sampai
terbawa masuk ke Meja Kristalisasi, pada saat membagi masuknya air tua ke
Meja–Meja Kristalisasi.
c. Terpal Plastik yang digunakan.
Terpal plastik yang digunakan untuk geo membaran bisa
menggunakan plastik nomor A12 atau plastik HDPE dengan ketebalan 500 mikron. Plastik
ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dapat digunakan sampai empat musim
garam dengan perawatan yang baik. Di dalam perawatan plastik ini, apabila tidak
musim garam harus di lepas dari meja kristalisasi kemudian dicuci dan digulung
kembali dan disimpan dalam bak air. Jangan disimpan di tempat kering, karena
kemungkinan dirusak tikus.
d. Cara Pemasangan Terpal Plastik
- Ukur luasan terpal plastik yang akan digunakan.
- Buat ‘galengan’ pada Meja Kristalisasi sesuai dengan luasan plastik.
- ‘Gulug’ atau padatkan Meja Kristalisasi agar permukaannya rata.
- Bentangkan plastik pada Meja Kristalisasi hingga menutupi seluruh permukaan galengan/tanggul.
- Kuatkan sisi-sisi plastik dengan cara memberi pasak kayu pada bagian tepinya.
Sumber : http://www.bppp-tegal.com
0 komentar:
Posting Komentar