HUBUNGAN KUALITAS
PERAIRAN
DENGAN PRODUKTIFITAS KOLAM
Hubungan
suhu dengan produktifitas kolam
Suhu
merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan
zat/unsure yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama
dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air.
Secara
langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses
fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum
fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya suhu berperan dalam
membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi
distribusi vertikal fitoplankton (Mahmuddin, 2009).
Kelarutan
berbagai jenis gas di dalam air semua aktivitas biologis dan fisiologis di dalam
ekosistem sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka kelarutan
oksigen di dalam air menurun (Sastrawijaya, 2000 dalam Sinaga, 2009).
Hubungan
pH dengan produktifitas kolam
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai
nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah.
Nilai pH yang sangat
rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH
yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik
semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik. Sementara pH yang tinggi akan
menyebabkan keseimbangan antara ammonium dan
ammoniak dalam air akan tergangu, dimana kenaikan
pH di atas netral akan meningkatkan
konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat
toksik bagi organisme (Barus, 2004, hlm: 60). Derajat
keasaman perairan tawar berkisar dari 5-10 (Dirjen DIKTI Depdikbud, 1994, hlm: 12). Setiap organisme mempunyai pH yang optimum
bagi kehidupannya. Perkembangan alga Cyanophyceae
akan sangat jarang dalam perairan apabila pH dibawah 5 (Shubert, 1984, hlm:
401- 403).
Hubungan
kecerahan dengan produktifitas kolam
Kecerahan
menurut Raharja (1997) adalah ukuran transparansi perairan yang dapat diamati
secara visual dengan menggunakan alat bantu yang disebut secchi disc maka
perairan yang kecerahannya baik akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap
daya tembus sinar matahari di perairan tersebut yang berguna bagi proses
fotosintesis. Kedalaman suatu perairan merupakan salah faktor yang membatasi
kecerahan suatu perairan. Kecerahan juga sangat ditentukan oleh intensitas
cahaya matahari dan partikel-partikel organik dan anorganik yang
melayang-layang di kolom air (Sidabutar dan Edward, 1995).
Menurut
Nybakken (1992) dalam Siagian (2009), menyatakan bahwa adanya zat-zat
tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut
dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan cahaya yang
mencolok. Penetrasi cahaya sering dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air,
membatasi zona fotosintesa dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.
Kekeruhan terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap.
Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh fitoplankton, ukuran kekeruhan ini
merupakan indikasi produktifitas (Odum, 1993).
Hubungan
plankton dengan produktifitas kolam
Produktivitas primer dalam bentuk plankton dianggap salah satu
unsur yang penting pada salah satu mata rantai perairan. Plankton-plankton yang
ada dalam perairan akan sangat berguna dalam menunjang sumberdaya ikan,
terutama dari golongan konsumen primer. Densitas dan diversitas fitoplankton
dalam perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tersebut. Densitas
fitoplankton akan tinggi apabila perairan yang didiami subur (Boyd 1982).
Hubungan
DO dengan produktifitas kolam
Disolved oxygen (DO)
merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut
merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan,
terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme
air. Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan
maksimum oksigen di dalam air, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini
akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Dengan peningkatan suhu akan
menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin
rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut semakin tinggi (Barus,
2004).
Sumber
utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui
kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis.
Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologi organisme air terutama adalah
dalam proses respirasi. Nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami
fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh
perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis dari tumbuhan
yang menghasilkan oksigen (Schwrobel, 1987 dalam Barus, 2004). Nilai DO
yang berkisar antara 5,45-7,00 mg O2/l cukup baik bagi proses
kehidupan biota perairan. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar
antara 6-8 mg O2/l (Barus, 2004).
Tingginya
produktivitas primer pada air kolam dipengaruhi oleh kadar DO pada perairan
tersebut. Kadar DO dalam air kolam itu sendiri dipengaruhi oleh intensitas
cahaya yang masuk ke dalam perairan tersebut, dimana intensitas cahaya sangat
mempengaruhi proses fotosintesis yang dilakukan oleh biota perairan, misalnya
ganggang dan fitoplankton. Dari hasil proses fotosintesis tersebut, dihasilkan
oksigen. Sehingga oksigen yang terlarut inilah yang mempengaruhi besar atau
kecilnya kadar DO dalam perairan tersebut. Dengan diketahuinya kadar DO
menggunakan metode botol terang dan botol gelap, maka produktivitas primer air
kolam dapat diketahui.
Hubungan
antara pupuk dengan produktifitas kolam
Pupuk
merupakan salah satu sumber atau tambahan nutrient dan zat hara yang dapat
digunakan pada kolam. Zat hara memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan
produktivitas primer, dengan banyaknya kelimpahan zat hara pada suatu perairan
maka akan dapat memacu pertumbuhan produktivitas primer, karena zat hara sangat
di perlukan untuk pertumbuhan produktivitas primer khususnya bagi pertumbuhan
fitoplankton. Elemen-elemen nutrien utama yang dibutuhkan dalam jumlah besar
adalah karbon, nitrogen, fosfor, oksigen, silikon, magnesium, potassium, dan
kalsium, sedangkan nutrien trace element dibutuhkan dalam konsentrasi
sangat kecil, yakni besi, copper, dam vanadium (Levinton, 1982). Menurut
Parsons et al. (1984), alga membutuhkan elemen nutrien untuk
pertumbuhan. Beberapa elemen seperti C, H, O, N, Si, P, Mg, K, dan Ca
dibutuhkan dalam jumlah besar dan disebut makronutrien, sedangkan elemen-elemen
lain dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit dan biasanya disebut mikronutrien
atau trace element.
Pada
beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan faktor pembatas yang
penting bagi produktivitas. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika
suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah
yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian disebut nutrient pembatas (limiting
nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor
merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2
kadang-kadang membatasi produktivitas. Sehingga dapat diketahui bahwa pupuk
factor penting bagi sumber nutrient yang sangat mempengaruhi produktifitas
kolam.
DAFTAR
PUSTAKA
Barus,
T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Boyd, C. E., 1982. Water
Quality in Ponds for Aquaculture.
Birmingham Publishing Co.
Birmingham, Alabama.
Campbell,
N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi Ekologi. http://hal.125-132/pembelajaranekologi_2.pdf.
Diakses pada 29 kelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Medan: USU Press
Mei 2012
Siagian,
Cypriana. 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Keterkaitannya dengan
Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatra Utara
Siberu,
Paskalis, Dr. M.Pd. 2002. Jurnal Pendidikan Penabur : Pembelajaran