Sejenis ikan tropis yang memancarkan cahaya merah akan menjadi binatang peliharaan pertama yang direkayasa, demikian diungkapkan para ilmuwan. Ikan jenis zebra ini sesungguhnya dirancang sebagai detektor adanya racun-racun yang ada di alam.
“Ikan ini semula dikembangkan untuk membantu menanggulangi polusi lingkungan,” kata Alan Blake dan rekan-rekannya dari Yorktown Technologies, perusahaan yang mendaftarkan ikan tersebut sebagai ikan peliharaan. “Mereka direkayasa agar memancarkan cahaya bila berada di lingkungan yang beracun atau tidak sehat.”
Ikan zebra (Brachydanio rerio) biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan. Dengan rekayasa genetis, ikan ini dapat memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya. Warna merah atau hijau yang bersinar itu diambil dari warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur-telur ikan zebra. Dengan gen ubur-ubur itu, tubuh ikan zebra dapat memancarkan cahaya. Nah, agar bisa digunakan sebagai indikator polusi, maka para peneliti memasukkan gen pemicu yang akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung zat tertentu.
Gambar : Ikan zebra (Brachydanio rerio) hasil rekayasa genetik
Menurut Blake, sejauh ini tidak ada bukti bahwa ikan-ikan hasil rekayasa tersebut akan menimbulkan ancaman pada lingkungan. “Ikan-ikan ini hanya akan memancarkan warna terang di bawah segala macam sinar, namun tidak akan mencemari lingkungan.”
Ikan yang kini disebut Glofish ini mulanya dikembangkan oleh Zhiyuan Gong dari National University of Singapore. Menurut Gong, meski saat ini ikan tersebut hanya memiliki dua warna tambahan, namun sebenarnya ia bisa dikembangkan untuk memiliki lima warna berbeda, dimana masing-masing warna akan bersinar sesuai dengan jenis bahan polutan yang dijumpai ikan.
Tujuan Rekayasa
Genetik :
1.
Untuk
mengetahui cara pengolahan dan membantu menciptakan produk organisme baru dari
hasil rekayasa genetika.
2.
Untuk
mengetahui sejauh mana tentang hasil rekayasa genetika.
3.
Untuk
mengetahui bagaimana teknologi DNA dalam bidang bioteknologi, yakni teknologi
rekayasa genetika.
Teknologi Rekayasa
Genetika
“Ikan zebra (Brachydanio
rerio) berfluoresens pertama hasil rekayasa genetika berhasil dikembangkan
oleh para ilmuwan untuk mendeteksi adanya polutan, bahkan mulai dipasarkan
sebagai binatang peliharaan.” Cuplikan informasi tersebut hanyalah salah satu
contoh bagaimana teknologi DNA telah meluncurkan revolusi dalam bidang
bioteknologi, yakni teknologi rekayasa genetika. Keberhasilan ini tentunya
membawa angin segar dan kontribusi yang sangat besar, terutama dalam bidang
rekayasa genetika ikan dan akuakultur karena selain bermanfaat bagi penelitian
dasar juga dapat ditujukan untuk penggunaan komersial.
Rekayasa genetika atau genetic engineering pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang dilakukan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan dalam satu sel atau organisme, bahkan dari satu organisme ke organisme lain yang berbeda jenisnya. Dalam upaya melakukan rekayasa genetika, para ilmuwan menggunakan teknologi DNA rekombinan. Sementara organisme yang dimanipulasi dengan menggunakan teknik DNA rekombinan disebut genetically modified organisme (GMO) yang memiliki sifat unggul bila dibandingkan dengan organisme asalnya. Seiring dengan kemajuan biologi molekuler sekarang ini memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies karena DNA mudah diekstraksi dari sel-sel. Kemudian disusunlah suatu konstruksi molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA yang telah mengalami penyusunan molekuler dinamakan DNA rekombinan sedangkan gen yang diisolasi dengan metode tersebut dinamakan gen yang diklon.
Sejarah dan Perkembangan Rekayasa Genetika
Semenjak ditemukannya struktur DNA oleh Watson dan Crick
(1953), kemudian mulai berkembanglah teknologi rekayasa genetika pada tahun
1970-an dengan tujuan untuk membantu menciptakan produk dan organisme baru yang
bermanfaat. Sejarah membuktikan bahwa teknik rekayasa genetika terus-menerus
mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Awal
mulanya digunakan teknik konservatif yang dipelopori oleh Gregor Mendel dalam
proses perkawinan silang (breeding) untuk mendapatkan bibit unggul yang
bersifat hibrid. Proses ini memakan waktu lama dan memiliki kekurangan, yakni
muncul sifat yang tak dinginkan dari tanaman atau hewan tetuanya. Sampai
akhirnya lahirlah rekayasa genetika modern menggunakan teknologi DNA
rekombinan. Rekombinasi dilakukan secara in vitro (di luar sel organisme),
sehingga dimungkinkan untuk memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di
antara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan hewan ataupun dapat
mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam waktu cepat.
Sejak dimulainya perkembangan rekayasa genetika, beberapa teknik terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam rangka menuju teknologi DNA rekombinan yang lebih maju. Teknik-teknik yang telah dikembangkan tersebut antara lain:
Sejak dimulainya perkembangan rekayasa genetika, beberapa teknik terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam rangka menuju teknologi DNA rekombinan yang lebih maju. Teknik-teknik yang telah dikembangkan tersebut antara lain:
1. Poliploidisasi
2. Androgenesis
3. Ginogenesis
4. Kloning
5. Chimeras
6. Transgenik
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan
rekayasa genetika atau teknologi DNA rekombinan sebagai berikut:
1.
Isolasi
DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI).
2.
Isolasi
plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vektor.
3.
Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA
ke dalam vektor.
(a.) Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi
endonuklease.
(b.) Penyambungan ke vektor menggunakan DNA
ligase.
4. Transformasi ke sel mikroorganisme inang.
5. Pengklonan sel-sel (dan gen asing).
6. Identifikasi sel inang yang mengandung DNA
rekombinan yang diinginkan
7. Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan
DNA.
Rekayasa genetika
telah merambah di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang perikanan yang
menghasilkan ikan kualitas unggul, sebagai contoh antara lain:
• Ikan zebra yang biasanya berwarna perak
dengan garis-garis hitam keunguan, setelah disisipi dengan gen warna ubur-ubur
yang disuntikkan ke telur ikan-ikan zebra maka dapat memendarkan warna hijau
atau merah dari tubuhnya. Gen pemicu dari ubur-ubur akan mengaktifkan pancaran
cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung bahan
polutan tertentu.
• Ikan karper transgenik dengan pertumbuhan mencapai tiga kali dari ukuran normalnya karena memiliki gen dari hormon pertumbuhan ikan salmon (rainbow trout) yang ditransfer secara langsung ke dalam telur ikan karper. Begitu pula penelitian lainnya memberikan hasil yang serupa, yakni seperti pada ikan kakap (red sea bream) dan salmon Atlantik yang juga sama-sama disisipi oleh gen growth hormone OPAFPcsGH.
• Ikan goldfish yang disisipi dengan ocean pout antifreeze protein gene diharapkan dapat meningkatkan toleransi terhadap cuaca dingin.
• Ikan medaka transgenik yang mampu mendeteksi adanya mutasi (terutama yang disebabkan oleh polutan) sangat bermanfaat bagi kehidupan hewan akuatik lainnya dan di bidang kesehatan manusia. Ikan tersebut setelah disisipi dengan vektor bakteriofag mutagenik, kemudian vektor DNA dikeluarkan dan disisipkan ke dalam bakteri pengindikator yang dapat menghitung gen mutan.
• Ikan transgenik menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan setelah ditransplantasikan gen tomat. Namun bisa juga sebaliknya apabila penerapan ditujukan untuk dunia pertanian, maka gen ikan yang hidup di daerah dingin dapat dipindahkan ke dalam tomat untuk mengurangi kerusakan akibat dari pembekuan.
Berbagai
kontroversi menyelimuti produk-produk hasil rekayasa genetika.
Kekhawatiran-kekhawatiran mengenai produk rekayasa genetik yang memiliki
kemungkinan bersifat racun, menimbulkan alergi serta terjadi resistensi
terhadap bakteri dan antibiotik selalu terjadi dalam masyarakat. Memang DNA
rekombinan yang diproduksi dengan cara buatan itu dapat berbahaya jika tidak
disimpan secara layak dan tindakan pencegahan yang ketat perlu diterapkan pada
pekerjaan semacam ini. Jadi hanya galur-galur non-patogenik yang dipergunakan
sebagai inang atau galur-galur lain yang dapat tumbuh dalam kondisi
laboratorium. Namun demikian, hal ini tidaklah menyurutkan para saintis untuk
terus memperbaiki kualitas penelitian di bidang rekayasa genetika semata-mata
adalah demi kemaslahatan bersama. Pada akhirnya, kita harus mempertimbangkan
masalah-masalah sosial, etika dan moral ketika teknologi gen menjadi lebih
ampuh.
Rekayasa genetika modern menggunakan
teknologi DNA rekombinan. Rekombinasi dilakukan secara in vitro (di luar sel
organisme), sehingga dimungkinkan untuk memodifikasi gen-gen spesifik dan
memindahkannya di antara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan
hewan ataupun dapat mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan
dalam waktu cepat.
DNA rekombinan yang diproduksi dengan cara buatan itu dapat berbahaya jika tidak disimpan secara layak dan tindakan pencegahan yang ketat perlu diterapkan pada pekerjaan semacam ini.
SUMBER :
2. Agorsiloku. Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika.
http://agorsiloku.wordpress.com
3. Amarullah, Zakky. Rekayasa Genetika. http://senyawa-kimia.blogspot.com
3. Amarullah, Zakky. Rekayasa Genetika. http://senyawa-kimia.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar