Usaha
pembenihan udang windu dilakukan untuk menutup kebutuhan benih ditambak yang
jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah benih yang tersedia di
alam. Berbagai masalah timbul dalam usaha pembenihan, meningkatkan daya pikir
dan semangat para pengelola untuk menghadapi segala resiko yang ada.
Salah satu masalah yang penting adalah serangkaian penyakit, baik dalam proses
pembenihan maupun proses pembesaran di tambak. Masalah penyakit ini sebagaian
besar terjadi dan mempengaruhi produksi udang pada tingkat pembenihan. Beberapa
cara pengobatan dilakukan, tetapi perlu diketahui bahwa tindakan pengobatan
pada dasarnya merupakan suatu usaha yang tidak diutamakan untuk diterapkan dalam
pembenihan atau pembesaran udang. Tindakan yang paling tepat dalam menangani
masalah penyakit adalah tindkan pencegahan.
Menurut Soetomo (1990), klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) adalah
sebagai berikut :
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Crustaceae
Sub
Kelas
: Malascrotasca
Ordo
: Decapoda
Sub
Ordo
: Natantia
Famili
: Penaeidae
Sub
Famili
: Penaeidae
Genus
: Penaeus
Species
: Penaeus monodon
Morfologi Udang
Windu
Udang Penaeid seperti halnya udang lainnya, yaitu hewan air yang beruas dimana
tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Anggota badan ini umumnya
bercabang dua atau biramus (Mujiman, 1989). Secara morfologi tubuh udang windu
dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cephalothorax (kepala dan dada), dan
abdomen (perut). Bagian cephalothorax tertutup oleh carapace atau segmentasinya
tidak terlihat jelas dari luar. Ruas – ruas pada udang penaeid secara
keseluruhan berjumlah 20 buah, termasuk bagian badan dimana terletak mata
bertangkai. Pada tiap-tiap ruas terdapat anggota badan yang fungsinya bermacam
– macam.
Pada ruas kepala pertama terdapat mata majemuk yang bertangkai. Antena
(Antenules) mempunyai dua buah flagella pendek yang berguna sebagai alat peraba
dan pelindung. Antena II (Antenae)
mempunyai dua cabang pula yaitu cabang
pertama (Eksopodite) disebut prosartema berbentuk pipih dan tidak beruas,
sedang cabang kedua berupa cambuk panjang yang berfungsi sebagai alat perasa
dan peraba.
Anggota badan
yang terletak pada tiga ruas terakhir berfungsi sebagai alat bantu mulut. Alat
ini berupa mandibula yang bertugas menghancurkan makanan yang keras dan dua
pasang mandibula berfungsi membawa makanan ke mandibula.
Dada
terdiri dari delapan ruas, masing – masing ruas mempunyai sepasang anggota
badan yang disebut thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai ketiga memegang
makanan. Thoracopoda keempat sampai keenam berfungsi sebagai kaki jalan yang
disebut periopoda. Ciri khas udang penaeide adalah periopoda satu sampai tiga
memiliki capit kecil.
Bagian perut (abdomen)
mempunyai enam ruas. Ruas pertama sampai kelima memiliki anggota badan yang
disebut pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang, oleh karena
itu bentuknya pendek, kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae). Ruas
keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang disebut uropoda
yang bersama telson berfungsi sebagai kemudi.
Sifat dan
Kelakuan
a.
Sifat Noktunal
Sifat Noktunal adalah sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam.
Pada waktu siang mereka lebih suka beristirahat. Apabila didalam suatu tambak
udang aktif bergerak pada waktu siang, ini bertanda bahwa ada sesuatu yang
tidak beres. Mungkin karena makanannya kurang, kadar garam meningkat, suhu
naik, ogsigen kurang ataupun karena timbul senyawa-senyawa beracun seperti asam
sulfide (H2S), zat asam arang (CO2), amoniak (N2H3).
b. Sifat
Kanibalisme
Sifat kanibalisme yaitu suatu sifat suka memangsa sejenisnya sendiri. Sifat ini
sering timbul pada udang yang sehat. Dalam keadaan yang kekurangan makanan ,
sifat kanibalisme akan tampak lebih nyata. Sifat demikian ini sudah nampak pada
waktu udang masih burayak, yaitu mulai tingkat mysis.
c.
Ganti Kulit
Udang mempunyai kerangka luar yang keras. Oleh karena itu untuk tumbuh menjadi
besar mereka perlu membuang lulit lama, dan mengantinya dengan kulit yang baru.
Udang muda lebih sering berganti kulit dari pada udang
dewasa
Pengetahuan mengenai sumber penyakit yang sering menyerang udang windu,
selain sangat membantu dalam upaya pengobatan juga bermanfaat dalam menentukan
tindakan yang harus dilakukan petani untuk mencegah serangan suatu penyakit
yang mungkin akan dialami oleh udang atau ikan yang dibudidayakan.
Sumber penyakit yang sering menyerang udang ditambak dapat dikelompokkan
menjadi beberapa bagian
:
HAMA UDANG DI
TAMBAK
Hama adalah
hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan ganguan pada udang. Hama
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Golongan
Hama Predator (Pemangsa)
Golongan hama
pemagsa (Predator) merupakan golongan yang sangat merugikan karena memagsa
udang secara langsung, yang termasuk golongan ini adalah :
-
Golongan Ikan Buas
Golongan ikan buas yaitu : kakap (Lates Colcalifer), payus atau bandeng
lelaki (Elops hawaiensis), kuro (Polynemus Sp), kerong-kerong (therapon
Spp), mayung atau keting (Arius maculates), belut (Synbranchus
bengalensis).
-
Ketam-ketaman
Golongan
predator ketam – ketaman yakni kepiting, (Scyla serata ), ketam bulum
(sesarma SP)
-
Ular.
Ular yang
antara lain adalah: ular kadut (cereberns rhynchops).
-
Bangsa burung.
Bangsa burung
antar lain adalah: Burung blekok (Ardeola rallloides speciosa ), cagak
(Ardea cinerea rectirostris), Pecuk gagakan (Phalocrocoray corbo simensis),
Pucuk ulo (Anhinga rufa melanogaster).
b. Golongan
Hama Penyaing (Kompetitor)
Golongan
hama penyaing merupakan hama yang dapat menyaingi udang dalam hidupnya,
baik mengenai makanan maupun tersedianya oksigen di dalam tambak. Yang
termasuk golongan ini adalah : Ikan liar yaitu Mujair (Tilapia
mossambica), Belanak (Bugil Spp), Pernet (Aplocheilus javanicus),
Rekret (Ambassis gynocephalus), dan Siput yaitu Trisipan (Cerithidea
alata), Cerithidea djariensis dan Cerithidea autodorata, Larva
nyamuk Cyronomas longilobus, jenis udang yaitu udang kecil kecil Cardina
dentaculata, jenis ketam yaitu seasorina SP.
c. Golongan
Hama Pengganggu
Hama jenis ini merupakan hama yang suka merusak lingkungan tambak yaitu merusak
pematang tanah dasar dan pintu air, yang termasuk golongan ini adalah:
-
Bangsa udang yang suka membuat lubang – lubang di
pematang sehingga dapat mengakibatkan bocoran.
-
Udang tanah (Thallasina anomala), udang kecil -
kecil (Cardina dentaculata), ini juga suka membuat lubang – lubang
di pematang.
-
Hewan – hewan pengerek kayu pintu air seperti remis
pengerek (Teredo navalis) dll.
-
Tritip (Belanus SP), dan tiram (Crossostrea
Sp) yang suka menempel pada bangunan – bangunan pintu air.
Cara
penanggulangannya dan upaya pemberantasan hama tambak dikenal dengan dua cara
yaitu:
A. Cara Mekanis
B. Cara Kimiawi.
a.1.
Pemberantasan Secara Mekanis
Pemberantasan cara
mekanis yaitu cara pemberantasan yang dilakukan pada saat pengeringan
rehabilitasi tambak, dengan cara mencari, menangkap, dan mematikannya, namun
untuk tambak yang sukar dikeringakan maka alterantif lain adalah dengan cara
kimiawi.
b.2.
Pemberantasan Secara Kimiawi
Pemberantasan
secara kimiawi yaitu suatu cara pemberantasan yang umum dilakukan yaitu dengan
bantuan racun nabati dan pestisida yang dianjurkan.
Penggunaan
racun nabati untuk pemberantasan hama tambak biasanya berupa perasan (ekstrak),
sebagai contoh adalah rotenon (C23H22 O6) dan
saponin, yang merupakan
pestisida yang bersifat selektif yang pada dosis tertentu bahan
tersebut mematikan ikan tetapi tidak mematikan udang yang dibudidyakan.
Rotenone yang
terdapat di dalam akar tuba (Dierrisellipica) dianggap yang paling
efektif untuk memeberantas benih ikan buas dan ikan buas yang memangsa udang
daya racunnya lebih sempurna apabila salinitas (kadar garam) air tambak
rendah, sehingga diperlukan dosis yang lebih rendah.
Cara penggunaan
untuk diolah sendiri adalah :
-
Akar tuba yang kering yang telah ditimbang sesuai
dengan kebutuhan dipotong kecil-kecil, direndam dalam air selama sehari
semalam.
-
Kemudian ditumbuk apabila sudah hancur kemudian
direndam dalam air dan diperas sampai air perasan menjadi putih.
-
Kemudian saring ampasnya, dan diambil air yang
berwarna putih seperti susu dan berbau tajam (ekstrak) yang kemudian
langsung dapat digunakan.
Cara
Pemberantasannya
-
Setelah selesai tahap pengeringan, maka tambak
diisi dengan air dengan ketinggian 30-40 cm.
-
Dipercikan secara merata ke seluruh air dengan dosis
10 kg/Ha.
-
Aplikasi yang tepat adalah pada waktu pagi hari
-
Pengaruh akar tuba akan hilang setelah 2-5 hari.
-
Setelah satu minggu sudah siap untuk ditaburi benur
Saponin yang terdapat dalam bungkil biji
teh (Camellia cinensis) sangat efektif untuk memberantas ikan buas siput
dan ketam, ampas yang terdapat di dalam biji teh setelah diekstrsaksi
mengandung 10-13%.
Cara
penggunaan untuk pengolahan sendiri adalah:
-
Biji teh dikeringkan kemudian ditumbuk sampai halus ,
-
Kemudianj direndam dalam air dan diperas-peras agar
saponinnya melarut (ekstrak).
-
Larutan saponin sudah bisa
digunakan untuk pemberantasan hama tambak.
Saponin yang terdapat dalam bentuk bungkil biji teh dosis pemakaiannya adalah
15-18 kg per hektar dengan kedalaman air 10-15 cm. sedangkan dalam bentuk
tepung biji teh dosis pemakainnya adalah 150 kg – 180 kg perhektar dengan
kedalaman air rata - rata 30 cm.
PENYAKIT UDANG
DI TAMBAK
Penyakit
menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai gangguan beberapa fungsi sebagian
atau seluruh organ tubuh dikarenakan adanya factor abiotik (Kualitas air,
makanan dan lainnya) dan factor biotk (organisme penyebab penyakit atau
pathogen). Masalah utama yang merupakan kendala yang utama dalam budidaya
udang adalah masalah manajemen, pakan dan penyakit.
Di
dalam budidaya udang windu penyakit dapat menyebabakan kerugian ekonomis.
Kerugian yang ditimbulkan tergantung kepada:
1. Persentase
populasi udang yang terserang penyakit
2. Umur udang yang
terinfeksi penyakit.
3. Parahnya
penyakit
4. Adanya infeksi
sekunder.
Penyakit kebanyakan bersifat infektif tetapi tidak dilupakan bahwa factor -
factor non-infektif juga sangat berperan dalam kesehatan udang. Peran ini
berhubungan dengan :
1.
Lingkungan tempat hidup udang : udang terkungkung oleh air beserta semua jenis
organisme dan polusi.
2. Sifat
udang yang nonkturnal yaitu, sifat yang aktif mencari makan pada waktu malam
hari dan kanibal ( sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri ). Sifat ini dapat
mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme apabila terjadi difensiesi
makanan, intoksidasi oleh asam sulfide ( H2S ), Amoniak ( NH3)
dan steress akibat kurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air.
Penyebab penyakit pada udang dapat
dibagi menyadi dua kelompok :
Non-infeksi : -
Stres
-
Intoksikasi (keracunan)
- Defisiensi (kekurangan
makanan )
Infeksi : - virus
- Bakteri
- Jamur
- Protozoa
- Metazoa
Pada
umunya intoksikasi (keracunan) dan infesi virus terjadi secara mendadak dan
mengakibatkan kematian udang secara tajam. Intoksikasi dan infeksi virus yang terjadi hanya beberapa jam atau
beberapa hari dan sebagian besar populasi udang yang dibudidayakan bisa musnah.
Infeksi bakteri lamanya berlangsung dari beberapa hari sampai baberapa
minggu dan masih bisa memberikan informasi yang di perlukan tentang penyebabnya.
Pemberian
pakan yang berlebihan dapat mengkibatkan tinggihnya kadar Amoniak karena
terjadi akumulasi ( penimbunan) sisa makanan dan kotoran udang yang mengandung
nitrogen amoniak yang terlarut dalam air terdapat dalam bentuk ion ( NH4+)
dalam bentuk union (NH3) dan selalu dalam persenyawaan equilibrium.
Amoniak (NH3) adalah senyawa union yang bersifat racun terhadap
udang keseimbangan kadar NH3 dan NH4 tergantung pada
suhu, pH, salinitas, alkalinitas, dan oksigen terlarut.
1. Penyakit Disebabkan Oleh Virus
Sampai
dengan saat sekarang ada 3 jenis penyakit yang disebabkan oleh virus pada udang
windu yang dibudidayakan yaitu, Monodon Baculo Virus (MBV), Infection Hypodermal
and Hematopoietic Necrosi Virus (IHHNV) dan Hepantopancreatic Parvo-
like virus (HPP).
Jenis virus yang sering di isolasi dari tubuh larva udang penaeid adalah
kelompok Baculo virus yang terdapat pada sel- sel epithel
hepatopankreas dan usus pada udang yang terserang penyakit sekresi rendi
(mucus) mengalami peningkatan, permukaan kulit dan ingsang di tempeli oleh
kotoran (lumpur) sehingga permukaan tubuh menjadi kasar.Tanda-tanda kerusakan
pada hati (hepatopankreas) adalah terjadi pembengkakan berwarna pucat disertai
dengan lubang- lubang kecil dibagian usus tengah (midgut) dalam jumlah banyak,
padat dan berwarna hitam (melamin).
Penyakit yang disebabkan oleh Monodon Baculo Virus (MBV)
yang dapat mengakibatkan kematian yang cukup tinggi yaitu
memusnahkan 90 % udang pada stadia pasca larva hanya dalam lebih kurang dua
minnggu pemeliharaan. Penyakit ini sering diketemukan menyerang pada PL 20 ke
atas.
Namun ada dua
jenis penyakit yang ganas disebabkan oleh virus yaitu:
a.
Penyakit Kepala kuning (Yellow Head disease)
yang disebabkan oleh virus YHV (Yellow
Head Baculo Virus).
Gejala: mula – mula
nafsu makan meningkat dalam beberapa hari kemudian berhenti sama aekali. Kepala
dan insang berwarna kuning.
b. Penyakit
Bercak Putih (White Spot Diseas)yang disebabakan oleh virus SEMBV (Systim Ektodermal
and Mesodermal Baculo Virus). Udang yang sakit tampak lemah dan
berenang ke pinggir tambak, usus kosong, Tubuh pucat dan kemerah – merahan dan
kadang ditempeli organisme penempel.
Gejala khas berupa bercak
putih dengan diameter 1-2 mm, mula-mula terlihat di karapas dibagian kepala dan
bila sudah parah bercak putih menyebar keseluruh tubuh.
Sampai dengan sekarang ini belum
diketemukan cara untuk memberantas
penyakit virus maupun
jenis obat yang efektif untuk penyakit ini, oleh karena itu tindak pencegahan adalah
langkah yang paling tepat. Upaya
penanggulangan dapat dilakukan antara lain dengan jalan mengganti air secara
rutin setiap hari minimal 5 % dari total volume air tambak, penggunanaan pakan
harus dipantau secara ketat agar tidak menimbulkan penimbunan sisa pakan yang menyebabkan pembusukan, mengeluarkan tanah dasar
tambak berwarna hitam dan berbau busuk, mengiosolasi daerah yang terserang
penyakit. Dalam keadaan parah perlu segera
dilakukan tindakan pemusnahan dengan jalan pembakaran dan penguburan.
2. Penyakit Disebabkan Oleh Bakteri
Meskipun
bakteri sangat umum menyerang udang namun infeksinya bersifat “oportunis’’
yang mana bakteri tersebut bukan merupakan penyebab utama timbulnya penyakit
pada udang. Dalam kondisi dimana udang mengalami stress maka bakteri
tersebut akan menimbulkan gerjala-gejala sakit. Hampir semua jenis bakteri yang
menyerang udang bersifat motil, oxidase positif dan berbentuk silindir atau
batang ( rods) dengan ukuran 0,5-3,0 µm dan negative.
Bakteri yang bersifat pathogen
terhadap udang terbagi dalam dua kelompok yaitu bakteri non-filamen
dan bakteri berfilamen ( Leucothrix mucor). Bakteri yang non
- filamen antara lain adalah genera Vibrio, Aeromonas Sp, Pseudomonas
Sp, Beneckea Sp dan Flavobacterium Sp. Bakteri yang berfilamen adalah
bakteri yang berbentuk benang (filament)
dan menyerang tubuh bagian luar terutama insang.
Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri antara lain adalah :
a. Penyakit Bercak – Merah ( Red
Discoloration Disease)
Ciri – ciri udang yang terserang
penyakit ini antara lain kondisi badan lemah, berenag lambat, tidak
mempunyai nafsu makanan dan badan berwarna bercak – bercak kemerahan (red
discoloration ).
Udang yang terserang adalah
mulai dari stadia mysis dan penyebabnya adalah bakteri yang termasuk
genera vibria yang sensitif terhadap choloramphenicol 20 ppm, furazolidona 10
ppm dan prefuran 1,0 ppm.
Pencegahannya adalah dengan menyaring air yang masuk, pengatian air
secara teratur dan mengadakan desinfeksi air dan ozonisasi pada bak kolam
pemeliharaan dan mereduksi kadar amoniak atau bahan organik.
b. Penyakit bercak Cokelat – putih
pada cangkang ( Brown white dicolaration of carapace disease)
Berdasarkan
pengamatan menyerang udang dewasa dengan ciri- ciri pada cangkang ( carapace)
dijumpai bercak- bercak cokelat berbentuk bulat yang pada infeksi berat
terdapat pada batas warnah disekeliling bercak cokelat
yang dapat menimbulkan luka pada jaringan di bawahnya. Luka yang memberi
peluang bagi pathogen yang lainnya untuk
menginfeksi.
Berdasarkan
penelitian penyakit ini disebabkan oleh bakteri penghambat kitin ( chitine)
yang berasosiasi antara lain: Beneckea, Vibrio
Spp,Flavobacterium sp, dan pseudomonas sp, Cara
menanggulanginya dapat dilakukan dengan jalan memperbaikai mutu air, pengaturan
pakan, dan pengaturan padat penebaran, yang sesuai dengan kondisi lahan. Atau
dengan jalan dapat memberikan antibiotika. Antibiotik
merupakan bahan organik yang berasal
dari mikroba yang merupakan racun untuk menghambat pertumbuhan organisme lain,
yang sasaran utamanya adalah menghambat sintesa unsur pokok peptidoglikan dinding
sel bakteri bersatu dengan sterol di dalam membran sel sehingga mempengaruhi
permeabilitas dan menghambat sintesa protein. Khususnya menghambat fungsi
ribosom. Antibiotika ini dapat diberikan melalui percampuran dengan telur
ayam atau telur bebek mentah denngan perbandingan 1 butir telur untuk 10
kg pakan. Campuran telur dengan antibiotika disemprotkan pada pakan yang
dikeringkan di tempat yang teduh lalu ditebar ke dalam tambak. Dosis yang di
anjurkan unutk penggunaan antibiotika adalah: Teramycin 30 mg/kg pakan,
Erytromycin 40 mg / kg pakan, furanance /Tilocion 100 mg / kg pakan. Pemberian antibiotika dalam makanan dilakukan terus menerus 3 hingga
5 hari, kecuali bagi Furanance / Tylocin selama 14 hari
c. Penyakit Insang Hitam (Black
Gill Disease)
Penyakit ini sering dijumpai di
tambak yang sukar untuk mengadakan pergantian air, dengan ciri – ciri pada
insang berwarna kehitaman seperti luka yang terbakar. Insang hitam tersebut
oleh bakteri benang dari jenis Leucothrix sp. Penanggulangannya
dilakukan dengan cara pergantian air sesering mungkin. Pengendalian pertumbuhan bakteri tersebut dengan
menggunakan Cuprisulfat 1ppm atau Cutrine plus 0,05 ppm bersamaan dengan
penggantian air terus menerus selama 24 jam. Pengobatan untuk
udangnya dapat diberikan Kalium Permanganat (PK) 5-10 ppm selama 1 jam
atau Furance 1 ppm.
3. Penyakit Disebabkan
Oleh Protozoa
Protozoa merupakan salah satu
penyebaba penyakit pada udang yang dinamakan organisme ektokomensal yang biasa
menempel pada bagian luar tubuh udang namun tidak menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh di mana ia menempel. Parasit ini sangat berbahaya jika terdapat
dalam jumlah banyak menempel dan menutupi seluruh permukaan tubuh yang meliputi
insang, kaki renang dan kaki jalan sehingga mengakibatkan kesulitan dalam
pergerakan, pernafasan, makan, dan proses pergantian kulit.
Penyakit ini terdiri dari:
a. Penyakit udang kapas atau
penyakit udang susu
penyakit
ini disebabkan oleh Protozoa yang meliputi 3 generasi 20aitu: Nosema, Thelohania,
dan Pleistophora. Penyakit ini menyerang pada tubuh udang sehingga tubuh
udang tersebut berwarna putih buram, putih susu, dan lembek. Umumnya menyerang
udang yang dipelihara pada perairan dengan kandungan bahan organik cukup tinggi
(lebih besar dari 70 %). Cara Pencegahan yang paling efektif
sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun demikian upaya yang
dilakukan antara lain dengan melakukan penggantian air untuk mengurangi bahan
organik dalam tambak serta menumbuhkan pakan alami.
b. Penyakit Lumutan atau penyakit
udang bersepatu.
Penyakit ini biasa menempel bagian luar tubuh yaitu pada insang, karapas, kaki
renang, kaki jalan, ekor kipas, dan terkadang di mata. Pada infeksi berat
memperlihatkan pergerakan lemah berenang lambat dan otot abdomen terlihat
pucat, jenis penyakit ini sering dijumpai pada tambak yang airnya tidak
dikelola dengan baik. Penyebabnya adalah jenis Zoothamnium sp, Epistylis Sp,
Verticella Sp, dan Acineta Sp.
Penanggulangannya dapat
dilakukan pergantian secar teratur,mengurangi pemasukan bahan organik,
pemberian bahan stabilisator air seperti Zeolit (3-5 ppm), Dolomit atau Kaptan
(2-3 ppm). Menambah jumlah kincir air agar kandungan oksigen perairan meningkat
serta pemberian formalin 25 ppm.
4. Penyakit Defisiensi (Kekurangan
Makanan).
Dalam
pertumbuhan udang memerlukan unsure – unsur nutrient yang penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnuya baik
protein, lemak, karbohidrat, maupun Vitamin. Beberapa unsure ini harus disuplai
terus menerus agar udang bisa tumbuh, berkembang dan bereproduksi.
Apabila salah satu atau beberapa unsur ini kekurangan bisa mengakibatkan
penyakit. Misal saja kekurangan Vitamin dapat menyebabkan penyakit seperti:
Penyakit Hitam Mematikan
Penyakit
ini sering terjadi pada udang yang kekurangan Vitamin C (Ascorbic acid) dan
umumnya dijumpai pada perairan tambak yang miskin makanan alami
(Alga Plankton).
Penanggulanganya adalah menambah vitamin
C. sebanyak 2.000 mg perkilogram pakan yang diberikan serta penumbuhan pakan
alami.
Secara ringkas upaya
penanggulangan penyakit dapat dilakukan melalui:
- Peningkatan Kesehatan Udang
- Imunisasi pada udang baik dengan pemberian Vaksin
maupun Imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh udang
sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kelangsungan hidup udang.
- Suplemen Vitamin C dan astaxanthin dalam pakan untuk
meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan penyakit.
- Penggunaan
bakteri Probiotik antara lain: Lactobacillus sp
strain non-patogen, Bacillus Spp.
- Peningkatan
Kualitas Budidaya
Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip bioromediasi
yaitu penguraian limbah dengan menggunakan mikroba seperti Nitrosomonas,
Nitrobacter, dan spirulina.
- Cara penanggulangan penyakit yang utama adalah mencegah
terjadinya infeksi dan kontaminasi pathogen penyebab penyakit antara lain:
Pencucian dasar
tambak dilakkukan 2 kali yaitu, dengan cara menggelontorkan atau dengan cara
mengisi tambak sampai ketinggian 30 cm, kemudian dibiarkan sehari semalam
setelah itu dibuang sampai habis. Pencucian kedua dimaksudkan :
-
untuk membuang sisa – sisa penggelontoran pertama
yang belum terbuang.
-
menggunakan
sistim tertutup. (closed system), semi- tetutup (semi – closed
system). dan resirkulasi untuk mencegah pemasukan penyakit dari luar.
-
Adapun penyakit
yang menyerang pada pembesaran udang windu adalah :
NO
|
NAMA PENYAKIT
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGOBATAN KIMIA
|
PENGOBATAN ALAMI
|
1
|
Kepala Kuning
|
-
Nafsu makan Berkurang
- Insang berwarna kuning
|
Furazulidon 20 mg/l rendam 5 hari
bila perlu diulang-ulang
|
Direndam dgn ekstrak mahkota
dewa
|
NO
|
NAMA PENYAKIT
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGOBATAN KIMIA
|
PENGOBATAN ALAMI
|
2
|
Bercak putih
|
- Udang Lemah
- Berenang kepingir tambak
- Tubuh pucat kemerah-merahan
- Ditempeli organisme penempel
|
Malachite green oxalat 0,1-0,2
mg/l direndam secara berulang-ulang
|
Direndam dengan ekstrak sambiloto
dan daun mahkota dewa
|
3
|
Bercak coklat pada cangkang
|
Pada cangkang bercak coklat
berbentuk bulat
|
- Teramycin campur dlm pakan 30 mg/kg pakan
-
Erytromycin
campur dlm pakan 40 mg/kg pakan selama 5 hari
|
Dapat diolesi dengan kunyit dan lengkuas.
|
4
|
Insang Hitam
|
Pada insang berwarna
kehitam-hitaman seperti terbakar
|
-Cuprin sulfat 1 ppm
- Cutrine plus 0,05ppm
- Kalium permanganate 5 – 10 ppm/l direndam selama 1
jam
|
Direndam dgn ekstrak umbi kunyit dan daun sirih 10 ml/l air.
|
DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaya, Darmawan, dkk. 1997.
Budidaya udang windu dengan pengendalian mutu air secara biologis. BBPBAP :
Jepara.
Adiwidjaya, Darmawan, dkk. 1997.
Sistem semi resirkulasi dan biofilter pada petak tandon air dapat
mengantisifasi kegiatan budidaya udang windu. BBPBAP : Jepara.
Adiwidjaya, Darmawan, dkk. 2003.
Budidaya udang putih lokal (P. Merguiensis dan P.
Indicus) sistem tertutup. Dept. Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan
Budidaya BBPBAP : Jepara
Buwono, Ibnudwi. 1993. Tambak udang
windu sistem pengelolaan berpola intensif. Kanisius : Yogyakarta
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keaneka
ragaman hayati laut. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Dept. Kelautan dan Perikanan. 2004.
Media Budidaya Air Payau. Dept. Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan
Budidaya BBPBAP : Jepara
0 komentar:
Posting Komentar